Introspeksi Diri atas Perbuatan yang Sudah dan Akan Dilakukan

TintaSiyasi.com -- Sobat. Para ulama sepakat soal kewajiban introspeksi diri atas perbuatan-perbuatan yang telah dan akan dilakukan. Melakukan introspeksi diri atas perbuatan yang telah lalu bisa dilakukan dengan cara memperhatikan ketakwaan yang terkait dengan hati dan anggota tubuh. Ia mencermati setiap anggota tubuh demi anggota tubuh dan setiap ketaatan demi ketaatan. Jika semua hal tersebut telah aman, baik rukun, syarat, waktu, maupun faktor-faktornya, bersyukurlah kepada Allah SWT sebab itu bagian dari nikmat paling sempurna dari Allah kepada hamba-Nya.

Sobat. Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Atsqolani dalam kitabnya Fath al-Bari menjelaskan ada empat tingkat jihad melawan hawa nafsu :
Pertama. Mempelajari Agama
Kedua. Mengamalkan Ilmu
Ketiga. Mengajari orang yang tidak tahu.
Keempat. Dan Menyeru orang untuk meng-esakan Allah serta memerangi orang yang menistakan agama dan mengingkari nikmat-Nya.

Sobat. Cara yang paling efektif dalam memerangi hawa nafsu adalah memerangi setan, dengan menepis kerancuan dan keraguan yang dibisikkannya, penilaian baik tentang sesuatu yang diharamkan, dan sikap berlebihan yang membuat orang terjerumus dalam syubhat. Kesempurnaan jihad melawan hawa nafsu ini adalah menyadari kondisi diri dalam setiap keadaan, sebab orang lalai adalah orang yang paling mudah digoda dan dijerumuskan syetan dalam perbuatan terlarang (Fath al-Bari, XII, h. 338).

Sobat. Yang terbaik adalah seorang melakukan introspeksi diri malam demi malam. Jika menemukan kekuranga pada perbuatan yang di siang hari, segera susul dengan taubat dan istighfar. Inilah yang dilakukan amirul mukminin Umar ibn al-Khaththab ra sepanjang hidupnya. Jika seseorang melihat dirinya berbuat dzalim pada siang hari, hendaknya ia bergegas meminta maaf kepada orang yang didzalimi, jika memungkinkan. Jika Tidak memungkinkan, bertekadlah melakukannya ketika memungkinkan bertemu.

Sobat. Memohon ampunan dan taubat adalah sunnah para Nabi, media para wali, dan jalan orang-orang saleh. Dengannya mereka berdoa dan mendekatkan diri, dengannya mereka ditolong dan diselamatkan, dan dengannya diberi rahmat dan diangkat derajatnya. Itu merupakan ketaatan pertama yang dengannya seseorang mendekatkan diri kepada Penciptanya.

Orang yang pertama diberi pertaubatan oleh Allah adalah Ayah umat manusia; Adam dan Ibu mereka, Hawa.

قَالَا رَبَّنَا ظَلَمۡنَآ أَنفُسَنَا وَإِن لَّمۡ تَغۡفِرۡ لَنَا وَتَرۡحَمۡنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡخَٰسِرِينَ (٢٣)

Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi” (QS. Al-A’raf (7) : 23).

Sobat. Setelah Adam dan istrinya menyadari kesalahan yang diperbuatnya, yaitu menuruti ajakan setan dan meninggalkan perintah Allah, dia segera bertobat, menyesali perbuatannya. Allah mengajarkan kepada keduanya doa untuk memohon ampun. Kemudian dengan segala kerendahan hati dan penuh khusyuk, mereka pun berdoa.

Keduanya berkata, "Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi" (al-A'raf/7: 23).

Berkat ucapan doa yang benar-benar keluar dari lubuk hatinya dengan penuh kesadaran disertai keikhlasan, maka Allah memperkenankan doanya, mengampuni dosanya dan melimpahkan rahmat kepadanya. Firman Allah: 

فَتَلَقَّىٰٓ ءَادَمُ مِن رَّبِّهِۦ كَلِمَٰتٖ فَتَابَ عَلَيۡهِۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلتَّوَّابُ ٱلرَّحِيمُ (٣٧)

Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, lalu Dia pun menerima tobatnya. Sungguh, Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang (al-Baqarah/2: 37).

Sobat. Dalam ayat ini diterangkan bahwa setelah Adam as dikeluarkan dari surga, dia menerima ilham dari Allah SWT yang mengajarkan kepadanya kata-kata untuk bertobat. Lalu Adam bertobat dan memohon ampun kepada Allah dengan menggunakan kata-kata tersebut, yang berbunyi sebagaimana disebutkan dalam QS.al-A'raf(7): 23.

Setelah Adam berdoa memohon ampunan kepada Allah dengan mengucapkan kata-kata tersebut, Allah pun menerima tobatnya, dan melimpahkan rahmat-Nya kepada Adam. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat dan Maha Pengasih. Sebab Allah senantiasa memberikan maaf dan ampunan serta rahmat-Nya kepada orang-orang yang bertobat dari kesalahannya. 

Tobat yang diterima Allah adalah tobat yang memenuhi hal-hal sebagai berikut:
Pertama. Menyesali dan meninggalkan segala kesalahan yang telah dilakukan.
Kedua. Menjauhi dan tidak mengulangi lagi kesalahan-kesalahan dan perbuatan-perbuatan semacam itu.
Ketiga. Mengiringi perbuatan dosa itu dengan perbuatan-perbuatan yang baik.
Dalam hal ini Rasulullah saw telah bersabda:
"Iringilah perbuatan jahat itu dengan perbuatan baik, niscaya perbuatan baik itu akan menghapuskan dosanya" (Riwayat at-Tirmidzi dari Abi dzarr).

Dalam ayat ini ada dua macam sifat Allah swt yang disebutkan sekaligus, yaitu "Maha Penerima tobat", dan "Maha Pengasih". Hal ini merupakan isyarat tentang jaminan Allah kepada setiap orang yang bertobat menurut cara-cara yang tersebut di atas, bahwa Allah swt akan melimpahkan kepadanya kebajikan dan ampunan-Nya.

Kehendak Allah SWT atas perbuatan baik ada enam : pertama. Seseorang melakukannya demi mengharapkan pahala-Nya. Kedua. Seseorang melakukannya karena takut akan siksa-Nya. Ketiga. Seseorang melakukannya karena malu kepada-Nya. Keempat. Seseorang melakukannya karena cinta kepada-Nya. Kelima. Seseorang melakukannnya demi memuliakan dan mengagungkan-Nya. Keenam. Seseorang melakukannya karena alasan-alasan di atas sekaligus. 

Sobat. Agar amal kita menjadi amal saleh maka harus dilandasi dengan Iman dan benar-benar ikhlas dan hanya mengharap Allah SWT dan amal itu benar sesuai dengan ketentuan syariat. []


Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
CEO Educoach, Penulis Buku Gizi Spiritual, Dosen pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo, Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Posting Komentar

0 Komentar