Ngaji, Dakwah, dan Bisnis Gas Pol! (Part 1)


TintaSiyasi.com -- Sobat. Judul di atas adalah yel-yel saat penulis ngisi para pengusaha Muslim atau Muslim preneur. Ketika saya teriakan, “Muslim preneur! Mereka menjawab dengan penuh semangat, 'Ngaji! Dakwah! Bisnis! Gas pol!'”.  Artikel kali ini kita akan bahas kenapa kita harus ngaji kemudian berdakwah dan bisnis, semuanya harus gas pol atau sungguh-sungguh.

Sobat. Inti dari semua ilmu adalah engkau harus tahu apa itu ketaatan dan ibadah. Ketahuilah Inti ketaatan dan ibadah adalah mengikuti Allah dan Rasul-Nya (Asy-syari) terhadap perintah dan larangan, baik perkataan maupun perbuatan. Maksudnya setiap perkataan, perbuatan, dan yang engkau tunggalkan sesuai dengan sabda dan perbuatannya yakni dengan mengikuti syariat.

Berkenaan dengan hal ini, Imam al-Hasan al-Bashri ra  berkata, “Tuntutlah ilmu ini dengan tidak merusak ibadah dan kerjakanlah ibadah dengan tidak melalaikan ilmu". Rasulullah SAW bersabda, “Ilmu itu adalah imam bagi amal, sedangkan amal adalah makmum bagi ilmu”. Maka engkau harus mengetahui kewajiban-kewajiban syari yang telah diperintahkan dan wajib untuk dilaksanakan dengan semestinya. Engkau juga wajib mengetahui larangan-larangan yang harus ditinggalkan”. Demikian penjelasan Imam al-Ghazali.

Ingatlah sobat. Barangsiapa yang meremehkan ilmu-ilmu yang tercantum di dalam Al-Qur'an, sedangkan Allah SWT telah memuliakan ilmu-ilmu tersebut dengan sebutan nur (cahaya), hikmah (kebijaksanaan), dan huda (petunjuk), niscaya orang itu akan terjerumus ke dalam hal-hal yang haram dan akhirnya akan menuai kehancuran!

Sobat. Wajib mendahulukan ilmu daripada ibadah adalah bahwa ilmu yang bermanfaat akan membuahkan rasa takut kepada Allah SWT dan keagungan-Nya. 

Allah berfirman :

 وَمِنَ ٱلنَّاسِ وَٱلدَّوَآبِّ وَٱلۡأَنۡعَٰمِ مُخۡتَلِفٌ أَلۡوَٰنُهُۥ كَذَٰلِكَۗ إِنَّمَا يَخۡشَى ٱللَّهَ مِنۡ عِبَادِهِ ٱلۡعُلَمَٰٓؤُاْۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ (٢٨)

Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” (QS. Fathir (35) : 28).

Pada ayat ini, Allah menambah penjelasan lagi tentang hal-hal yang menunjukkan kesempurnaan dan kekuasaan-Nya. Allah menciptakan binatang melata dan binatang ternak, yang bermacam-macam warnanya sekalipun berasal dari jenis yang satu. Bahkan ada binatang yang satu, tetapi memiliki warna yang bermacam-macam. Mahasuci Allah pencipta alam semesta dengan sebaik-baiknya. Sejalan dengan ini firman Allah:

Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah penciptaan langit dan bumi, perbedaan bahasamu dan warna kulitmu (ar-Rum/30: 22).
 
Demikianlah Allah menunjukkan tanda-tanda kekuasaan-Nya seperti tersebut di atas untuk dapat diketahui secara mendalam. Hanya ulama yang benar-benar menyadari dan mengetahui tanda-tanda kekuasaan Allah, sehingga mereka benar-benar tunduk kepada kekuasaan-Nya dan takut kepada siksa-Nya.

Ibnu 'Abbas berkata, "Yang dinamakan ulama ialah orang-orang yang mengetahui bahwa Allah itu Mahakuasa atas segala sesuatu". Di dalam riwayat lain, Ibnu 'Abbas berkata, "Ulama itu ialah orang yang tidak mempersekutukan Tuhan dengan sesuatu apa pun, yang menghalalkan yang telah dihalalkan Allah dan mengharamkan yang telah diharamkan-Nya, menjaga perintah-perintah-Nya, dan yakin bahwa dia akan bertemu dengan-Nya yang akan menghisab dan membalas semua amalan manusia".

Ayat ini ditutup dengan suatu penegasan bahwa Allah Mahaperkasa menindak orang-orang yang kafir kepada-Nya. Dia tidak mengazab orang-orang yang beriman dan taat kepada-Nya, tetapi Maha Pengampun kepada mereka. Dia kuasa mengazab orang-orang yang selalu berbuat maksiat dan bergelimang dosa, sebagaimana Dia kuasa memberi pahala kepada orang-orang yang taat kepada-Nya dan mengampuni dosa-dosa mereka, maka sepatutnya manusia itu takut kepada-Nya.

Sobat. Ketika seseorang mendapat ilmu lalu tidak mengamalkannya, ilmu itu justru akan semakin menjadi penghujat dirinya kelak. Sebagaimana yang disabdakan Rasulullah SAW, “Manusia yang paling pedih azabnya pada hari kiamat kelak adalah orang yang berilmu tapi Allah tak jadikan ilmunya bermanfaat”.

Rasulullah SAW bersabda, “Manusia yang paling bahagia atas syafaatku adalah orang yang mengatakan Laa ilaaha illaallah dengan tulus dari hati dan jiwanya”.

Hasan al-Bashri berkata, “Siapa yang menunaikan hak dan kewajibannya. Maka ia akan masuk surga. Bukan hanya sekedar pembicaraan”.

Sobat. Mencapai Allah dan makrifatullah adalah hilangnya tabir pembatas, seperti nafsu syahwat, maksiat, harta haram, dan sebagainya yang menghalangi seorang hamba dari Tuhan. Maka kenalilah Allah sehingga rasa khusyuk kembali hadir di hatimu. Hati nuranimu kembali ke dalam pekerjaanmu, akal pikiranmu kembali menunjuki, dan jiwa kembali pada kesuciannya. []


Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
CEO Educoach, Penulis Buku Gizi Spiritual, Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo, Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Posting Komentar

0 Komentar