Doa laksana Senjata bagi Orang Mukmin

TintaSiyasi.com -- Sobat. Doa maupun ta’awwudz (mohon perlindungan) adalah laksana senjata. Yang namanya senjata itu sangat tergantung kepada siapa yang memakainya, bukan hanya karena ketajamannya. Jika sebuah senjata itu benar-benar tajam, sedangkan  tangan  yang menggunakannya kuat, dan lagi tidak ada tameng yang menghalanginya maka sudah tentu musuh akan terhantam.

Tapi jika salah satu di antara tiga faktor ini tidak terpenuhi, pengaruh dan hasilnya pun akan berkurang. Jika doa yang dipanjatkan itu sendiri tidak baik, atau jika pendoa tidak menghimpun antara hati dan lisannya dalam berdoa, atau jika ada penghalang  yang  merintangi  keterkabulan doa maka pengaruh dan hasilnya tidak akan terwujud.

Sobat. Dalam shahih Muslim disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, "Setiap hamba masih saja akan dikabulkan doanya, asalkan ia tidak memanjatkan doa yang mengandung dosa atau pemutusan jalinan kekerabatan,selama ia tidak tergesa-gesa". Para sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, apa yang dimaksud dengan ketergesaan dalam berdoa?" Beliau menjawab, "Ia mengatakan, 'saya sudah berdoa, saya sudah berdoa, namun aku lihat belum juga dikabulkan permintaanku. Lantas ia merasa jemuh dan akhirnya tidak mau berdoa lagi" (HR. Muslim).

Oleh karena itu, barangsiapa yang mendapatkan  bimbingan untuk memanjatkan doa, sesungguhnya ia dikehendaki oleh Allah untuk  dikabulkan doanya. Sebab Allah SWT berfirman :

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌۖ أُجِيبُ دَعۡوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِۖ فَلۡيَسۡتَجِيبُواْ لِي وَلۡيُؤۡمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمۡ يَرۡشُدُونَ(١٨٦)

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran” (QS. Al-Baqarah (2) : 186).

Sobat. Di dalam ayat ini, Allah menyuruh hamba-Nya agar berdoa kepada-Nya, serta Dia berjanji akan memperkenankannya, tetapi pada akhir ayat ini Allah menekankan agar hamba-Nya memenuhi perintah-Nya dan beriman kepada-Nya agar mereka selalu mendapat petunjuk.

Di dalam hadis banyak diterangkan hal-hal yang bertalian dengan doa antara lain:

Pertama. Sabda Rasulullah SAW:
Tiga macam orang tidak ditolak doanya, yaitu Imam yang adil, orang yang sedang berpuasa hingga ia berbuka dan doa seorang yang teraniaya (Riwayat Muslim).

Kedua.  Sabda Rasulullah SAW:
"Senantiasa diterima permohonan setiap hamba, selama ia tidak mendoakan hal-hal yang menimbulkan dosa atau memutuskan hubungan silaturrahim (dan) selama tidak meminta agar segera dikabulkan. Rasulullah ditanya, "Apakah maksud segera dikabulkan ya Rasulullah?" Beliau menjawab, "Maksudnya ialah seorang hamba yang berkata, "Saya sesungguhnya telah berdoa, tetapi saya lihat belum diperkenankan, karena itu ia merasa kecewa lalu tidak berdoa lagi" (Riwayat Ahmad, at-Tirmidzi, an-Nasa'i dan Ibnu Majah).

Walaupun ada pendapat yang mengatakan bahwa Allah SWT Mahakuasa, Maha Mengetahui dan mengatur segalanya, diminta atau tidak diminta Dia berbuat sekehendak-Nya, sehingga manusia tidak perlu berdoa, tetapi pendapat itu bertentangan dengan ayat ini dan hadis-hadis Nabi Muhammad.

Sobat. Apabila di antara doa yang dipanjatkan kepada Allah ada yang belum dikabulkan, maka ada beberapa sebab:
Pertama. Tidak memenuhi syarat-syarat yang semestinya.
Kedua. Tidak mutlak Allah memberikan sesuai dengan yang dimohonkan oleh hamba-Nya, tetapi diganti atau disesuaikan dengan yang lebih baik bagi pemohon, baik di dunia maupun di akhirat. Dalam ayat ini Allah menghubungkan antara doa yang dijanjikan akan dikabulkan-Nya itu dengan ketentuan bahwa hamba-hamba-Nya harus mematuhi segala perintah-Nya dan beriman kepada-Nya.

Sobat. Selain itu doa hendaklah dilakukan dengan khusyuk, sungguh-sungguh dan dengan sepenuh hati, dan bukan doa untuk menganiaya orang, memutuskan hubungan silaturahim dan lain-lain perbuatan maksiat. Memang segala sesuatu harus menurut syarat-syarat atau tata cara yang baik dan dapat menyampaikan kepada yang dimaksud. Kalau seorang berkata, "Ya Tuhanku berikanlah kepadaku seribu rupiah", tanpa melakukan usaha, maka dia bukanlah berdoa tetapi sesungguhnya dia seorang jahil. Artinya permohonan serupa itu tidak ada artinya, karena tidak disertai usaha yang wajar.

Sobat. Apa saja waktu-waktu keterkabulan doa? Berikut ini enam waktu mustajab: 

Pertama. Sepertiga akhir malam.
Kedua. Saat azan dikumandangkan.
Ketiga. Waktu antara azan dan iqamah.
Keempat. Setiap kali usai menunaikan shalat fardhu.
Kelima. Di antara dua khutbah pada hari Jumat sampai dilaksakannya shalat Jumat.
Keenam. Pada saat terakhir setelah ashar.

Sobat. Doa jika disertai dengan kekhusyukan di dalam hati, kerendahan diri, dan kepasrahan diri di hadapan Allah, memulai dengan pujian dan sanjungan kepada Allah dilanjutkan dengan bacaan shalawat, ia bertaubat dan beristighfar, meminta kepada Allah dengan merengek dan berisikan nama Allah yang paling agung. Memohon dengan penuh harap dan cemas, terus memberikan sanjungan kepada-Nya, mentauhidkan Allah dan juga bersedekah sebelum berdoa. Maka demikian ini bisa dikatakan hampir tidak akan ditolak. Insyaallah diijabah doanya oleh Allah SWT. []


Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
CEO Educoach, Penulis Buku Goreskan Tinta Emas, Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo, Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Posting Komentar

0 Komentar