Selepas Purnama Syawal Dunia Masih Gonjang-Ganjing: Sudahkah Kita Meraih Kemenangan Hakiki?

TintaSiyasi.com -- Masuk bulan Syawal, gundah gulana menyelimuti di kala berpisah dengan bulan Ramadhan bulan bertabur ampunan dan keberkahan. Bagaimana pun, spirit Ramadhan harus senantiasa berkobar ketika Ramadhan telah usai. Semangat melaksanakan ibadah sunah, begitu pula soal ibadah saum. Jangan sampai spirit saum Ramadhan berlalu begitu saja, setelahnya seyogyanya dilanjutkan dengan saum-saum sunah untuk memupuk amal dan kebaikan. 

Salah satu yang diharapkan ketika Ramadhan usai adalah bertambahnya ketakwaan, makin mengkristalnya akidah Islam, dan makin dekatnya dengan Allah subḥanahu wa ta’ala. Begitulah hakikinya seseorang yang dianggap telah meraih kemenangan di bulan Syawal. Bukan baju barunya, bukan makan-makananya, bukan sangu lebarannya. Justru kemenangan itu terletak pada makna bertambahnya ketakwaan dan keimanan.

Hanya saja, harapan tak seindah kenyataan. Syahdunya Ramadhan dan meriahnya bulan Syawal tak disambut dengan kenyataan yang ada. Bagaimana tidak? Ramadhan hingga Syawal umat Islam disuguhi dengan rentetan peristiwa yang memilukan dan menyedihkan. Peristiwa-peristiwa tersebut adalah sebagai berikut.

Pertama, kaum Muslim terpecah belah tidak ada yang membela dan melindungi. Kaum Muslim Palestina diserang secara brutal oleh Israel laknatullah. Penyerangan itu tak hanya ketika bulan Ramadhan terjadi jelang hari raya Idulfitri mereka terus mendapatkan intimidasi dan invasi dari Israel. Paling banter, dunia hanya mengecam, tidak ada satu pun penguasa negeri Muslim yang berani dengan lantang mengirimkan pasukannya membalas kezaliman Israel dan sekutunya. 

Sebagaimana umat Islam di Khasmir masih menderita dengan kediktatoran rezim India. Ketakutan penguasa otoriter tersebut hingga bersikap buruk kepada kaum Muslim, baik di Khasmir, Uighur, Rohingya, dan sebagainya. Sehingga nestapa itu tak hanya dialami di Palestina, tetapi di negeri-negeri umat Islam pun juga sama. 

Kedua, belum ada satu pun penguasa negeri Muslim yang mau berhukum secara sempurna pada Islam. Umat Islam menjadi umat mayoritas, tetapi tidak memiliki pelindung. Di mana saja mereka berada, mau mayoritas maupun minoritas, umat Islam senantiasa mendapatkan diskriminasi, intimidasi, invasi, persekusi, hingga kriminalisasi. Para penguasa negeri Muslim justru jadi kacung negara penjajah. Bak babu yang taat kepada tuannya, tak henti-hentinya mereka menuruti dan sendiko dawuh mengikuti titah negara penjajah kapitalisme sekuler.

Ketiga, islamofobia masif dijajakan di dunia internasional demi menghambat dakwah Islam dan memupuk propaganda anti Islam dengan pelabelan ekstrem, radikal, dan teroris. Padahal, fakta membuktikan, teroris sejati adalah Amerika, Israel, dan sekutunya para penguasa diktator otoriter. Darah-darah kaum Muslim masih basah di tangan mereka, tetapi dengan pongahnya mereka tuduh umat Islam yang ekstrem, radikal, dan teroris. 

Saking tercelanya mereka Senin, 16 Mei 2022 Ustaz Abdul Somad (UAS) seorang ulama pesohor di Indonesia dicekal masuk ke Singapura dengan alasan yang tendensius. Anehnya, UAS dianggap telah menyampaikan ajaran yang ekstrem dan radikal. Hal itu disampaikan oleh pemerintah Singapura, karena video UAS yang menyebut kafir kepada non-Muslim dan soal Palestina. Pencekalan itu menggegerkan umat Islam di Indonesia, karena dianggap Singapura telah melecehkan Islam dan ulamanya.

Sesungguhnya sekelumit duka kelam tersebut ada karena umat Islam tidak memiliki perisai/junnah yakni institusi khilafah Islam. Tak ada yang membela, tak ada yang menyatukan, tak ada yang menjaga, dan berhamburan di tengah sistem kapitalisme sekuler. Oleh karena itu di momen Idulfitri saat ini, kita wajib mempersiapkan diri untuk mengembalikan posisi hakiki umat Islam sebagai pemimpin peradaban. Pemimpin umat manusia dan mengembalikan sifat asli umat Islam yaitu mewujudkan dan memantaskan diri mendapatkan predikat sebagai umat terbaik. Dalam surah Al-Imran: 110 dikatakan: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.

Mari kita tinggalkan segala asabiah kelompok, golongan, mazhab, partai dan lain-lain. Umat Islam harus ekspresikan diri sebagai seorang Muslim yang berkomitmen untuk menegakkan hukum-hukum Allah subhanahu wata'ala demi kembalinya kehidupan Islam. Karena tanpa tegaknya hukum hukum Allah tersebut saat ini fakta menunjukkan umat Islam dipecah-belah, dipersalahkan, difitnah, dan dizalimi tak bertepi.

Jangan sampai umat Islam berharap pada sistem kufur demokrasi kapitalisme sekuler. Sebuah sistem yang terbukti memporak-porandakan kaum Muslim dan biang kerok kezaliman berlapis-lapis yang mendera umat Islam. Umat Islam harus menyadari bahwa permasalahan ini adalah permasalahan sistemis yang butuh solusi sistemis. Bahkan, kalau hanya ganti pemimpin, tetapi sistem masih sekuler kapitalisme, itu masih tetaplah setali tiga uang. Oleh karena itu, ayo umat Islam bangkit bersatu mengembalikan kehidupan Islam di bawah naungan Khilafah Islamiah. Mudah-mudahan Allah subhanahuwa wata'ala segera menjawab pinta umat Islam. Allahumma aamiin.[]

Oleh: Ika Mawarningtyas (Mutiara Umat Institute) dan Nabila Zidane (Mutiara Umat Institute)

Posting Komentar

0 Komentar