Buah Ramadhan: Berambisi untuk Taat kepada Allah


TintaSiyasi.com -- Sobat. Buah Ramadhan adalah takwa dan semakin meningkat pula ketakwaan kita kepada Allah SWT dan tugas berat kita adalah bagaimana kita mampu me-Ramadhankan 11  bulan setelah Ramadhan. Indikator Ramadhan kita mubarak bagi hidup kita, jika kita semakin menjadi lebih baik dan lebih baik lagi menuju ketaatan kita kepada Allah dan Rasul-Nya.

Sobat. Diriwayatkan dari Abu Hurairah, "Hiasilah hari raya kalian dengan Takbir". Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang mengucapkan Maha Suci Allah dan Maha Terpuji sebanyak 300 kali, pada hari raya, dan menghadiahkannya kepada orang-orang Muslim yang telah meninggal dunia, maka sebuah cahaya masuk ke dalam setiap kuburan dan Allah SWT memasukkan seribu cahaya dalam kuburnya ketika dia meninggal dunia". Demikian dalam Mukasyafatul Qulub karya Imam Al-Ghazali.

Sobat. Rasulullah SAW bersabda, “Carilah apa yang bermanfaat bagimu dan berambisilah” (HR. Muslim). Berambisi (sangat menginginkan) itu mulia karena mulianya yang diambisikan. Tingkat kemuliaannya  tergantung pada tingkat kemuliaan obyek dari ambisi itu. Maka berambisi kepada Iman dan makrifat  adalah ambisi paling utama karena Iman dan makrifat merupakan wasilah pada perbuatan yang paling utama dan paling mulia. “Demikian penjelasan Syekh Izzuddin abd Salam dalam kitab Syajaratul Ma’arif.

Allah SWT Berfirman :

لَقَدۡ جَآءَكُمۡ رَسُولٞ مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ عَزِيزٌ عَلَيۡهِ مَا عَنِتُّمۡ حَرِيصٌ عَلَيۡكُم بِٱلۡمُؤۡمِنِينَ رَءُوفٞ رَّحِيمٞ  (١٢٨)

Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang Mukmin.“ (QS. At-Taubah (9) : 128).

Sobat. Ayat ini sekalipun khusus ditujukan kepada bangsa Arab di masa Nabi, tetapi juga ditujukan kepada seluruh umat manusia. Semula ditujukan kepada orang Arab di masa Nabi, karena kepada merekalah Al-Qur'an pertama kali disampaikan, karena Al-Qur'an itu dalam bahasa Arab, tentulah orang Arab yang paling dapat memahami dan merasakan ketinggian sastra Al-Qur'an. Dengan demikian mereka mudah pula menyampaikan kepada orang-orang selain bangsa Arab. Jika orang-orang Arab sendiri tidak mempercayai Muhammad dan Al-Qur'an, tentu orang-orang selain Arab lebih sukar mempercayainya.

Sobat. Ayat ini seakan-akan mengingatkan orang-orang Arab, sebagaimana isinya yang berbunyi, "Hai orang-orang Arab, telah diutus seorang Rasul dari bangsamu sendiri yang kamu ketahui sepenuhnya asal-usul dan kepribadian-nya, serta kamu lebih mengetahuinya dari orang-orang lain".

Sebagian mufassir menafsirkan perkataan "Rasulun min anfusikum" dengan hadis:
Bersabda Rasulullah SAW, "Sesungguhnya Allah telah memilih Bani Kinanah dari keturunan Ismail, dan memilih suku Quraisy dari Bani Kinanah, dan memilih Bani Hasyim dari suku Quraisy, dan Allah telah memilihku dari Bani Hasyim." (Riwayat Muslim dan at-Tirmidzi dari Wasilah bin Asqa).

Dari ayat dan hadis di atas dapat dipahami tentang kesucian keturunan Nabi Muhammad SAW, yang berasal dari suku-suku pilihan dari bangsa Arab. Dan orang-orang Arab mengetahui benar tentang hal ini.

Nabi Muhammad SAW yang berasal dari keturunan yang baik dan terhormat mempunyai sifat-sifat yang mulia dan agung, yaitu:

Pertama.  Nabi merasa tidak senang jika umatnya ditimpa sesuatu yang tidak diinginkan, seperti dihinakan karena dijajah dan diperhamba oleh musuh-musuh kaum Muslim, sebagaimana ia tidak senang pula melihat umatnya ditimpa azab yang pedih di akhirat nanti.

Kedua.  Nabi sangat menginginkan agar umatnya mendapat taufik dari Allah, bertambah kuat imannya, dan bertambah baik keadaannya. Keinginan beliau ini dilukiskan oleh Allah dalam firman-Nya:

Jika engkau (Muhammad) sangat mengharapkan agar mereka mendapat petunjuk, maka sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang yang disesatkan-Nya, dan mereka tidak mempunyai penolong (QS. an-Nahl/16: 37).

Dan Allah berfirman:

Dan kebanyakan manusia tidak akan beriman walaupun engkau sangat menginginkannya (QS. Yusuf/12: 103).

Ketiga.  Nabi selalu belas kasihan dan amat penyayang kepada kaum Muslim. Keinginannya ini tampak pada tujuan risalah yang disampaikannya, yaitu agar manusia hidup berbahagia di dunia dan akhirat nanti.

Sobat. Dalam ayat ini Allah memberikan dua macam sifat kepada Nabi Muhammad, kedua sifat itu juga merupakan sifat Allah sendiri, yang termasuk di antara "asmaul husna", yaitu sifat "rauf" (amat belas kasihan) dan sifat "rahim" (penyayang) sebagai tersebut dalam firman-Nya: "...Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia."(QS. al-Baqarah/2: 143).

Sobat. Pemberian kedua sifat itu kepada Muhammad menunjukkan bahwa Allah menjadikan Muhammad sebagai Rasul yang dimuliakan-Nya.

Sobat. Tiga kalimat ini adalah rangkuman singkat semua isi Taurat, Injil, dan Al-Qur'an: Pertama. Takutlah kepada Allah SWT hingga tiada yang kau takuti kecuali Allah SWT. Kedua. Berharaplah kepada-Nya, melebihi rasa takutmu kepada-Nya. Ketiga. Cintailah kepada sesamamu, seperti engkau mencintai dirimu sendiri.

Sobat. Amirul Mukminin Umar bin Abdul Azis ra pernah mengatakan bahwa Amal yang paling disenangi oleh Allah SWT ada tiga yakni : Pertama. Memaafkan sewaktu ia sanggup atau berkesempatan membalas dendam kepadanya. Kedua. Berlaku Adil sewaktu emosi atau marah. Ketiga. Menaruh belas kasihan terhadap sesama hamba Allah SWT karena hal itu menjadikan Allah SWT sayang kepadamu.

Sobat. “Dari Anas bin Malik bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, "Ada empat hak kewajiban umat Islam: Pertama. Membantu orang yang beramal kebaikan (Ta'awanu 'alal birri wattaqwa). Kedua. Memohonkan ampunan orang yang berdosa (Istighfar untuk mereka). Ketiga. Mendorong mereka yang terbelakang dengan do'a. Keempat. Mencintai mereka yang bertaubat”. Penjelasan Abu Laits as-Samarqandi dalam kitabnya Tanbihul Ghafilin. []


Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
CEO Educoach, Penulis Buku Buatlah Tanda di Alam Semesta, Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo, Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Posting Komentar

0 Komentar