Ramadhan Produktif

TintaSiyasi.com  -- Ramadhan 1443 H kembali hadir di tengah-tengah umat Muslim seluruh dunia. Ramadhan adalah saat-saat yang sangat istimewa bagi kaum Muslim. Islam adalah agama  yang sangat memperhatikan waktu. Karena itu di bulan Ramadhan detik, menit, dan jam serta hari dianjurkan untuk mengisi dengan berbagai amalam shalih. Islam menganjurkan umatnya untuk menjadi pribadi produktif, terlebih di bulan suci Ramadhan.
 
Ujung dari amal shalih dan produktifitas selama bulan suci Ramadhan, bukan semata untuk mendapatkan berlipatgandanya pahala, namun yang lebih utama adalah untuk mencapai derajat tertinggi, yakni derajat takwa.  Ramadhan adalah bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya yang beriman agar semakin termotivasi untuk beribadah guna mencapai derajat takwa. Hal ini ditegaskan Allah di QS Al-Baqarah ayat 183.
 
Tentu saja ketakwaan yang maknanya adalah melaksanakan seluruh perintah Allah dan menjauhi seluruh larangan Allah, bukan hanya berdimensi individu, namun harus juga berdimensi sosial. Sebab keimanan dan ketakwaan sosial akan dilimpahi berbagai keberkahan dari Allah (QS. Al-A'raf : 96). Ketakwaan kolektif mestinya menjadi misi suatu bangsa dan negara ketika bertemu Ramadhan.
 
Produktif memiliki makna bersifat atau mampu menghasilkan atau mendatangkan manfaat secara efektif dan efisien. Sementara, produktivitas merupakan suatu cara untuk mengukur apakah hal tersebut bisa dikerjakan dengan efisien. Term Ramadhan produktif memiliki makna pemanfaatan bulan Ramadhan untuk menghasilkan berbagai amal shalih, baik bagi diri sendiri maupun orang lain dengan manajemen waktu secara efektif dan efisien. 
 
Ada beberapa kunci produktifitas dilihat dari sisi manajemen waktu, di antaranya:

Pertama. Menetapkan ujuan yang spesifik dari setiap aktivitas yang dilakukan.
Kedua. Memastikan setiap aktivitas memiliki basis nilai kebaikan.
Ketiga. Menyusun perencanaan terukur berupa skedule.
Keempat. Tetapkan skala prioritas.
Kelima. Lakukan job fokus dalam pelaksanaan.
Keenam. Lakukan secara efektif dan efisien.
Ketujuh. Lakukan kontrolling dan evaluasi pasca pelaksanaan aktivitas.
Kedelapan. Katakan tidak untuk hal-hal yang tidak memberikan manfaat.  

Jika menilik sejarah bagaimana Rasulullah dan para sahabat menjalani waktu demi waktu selama bulan suci Ramadhan, maka bisa didapati kesimpulan bahwa Ramadhan mestinya menambah positif, produktif, dan konstributif bagi seorang Muslim. Ramadhan adalah bulan mulia, tidaklah pantas dijadikan sebagai alasan untuk bermalas-malasan dengan alasan lapar dan haus.
 
Ramadhan disebut sebagai syahrul Qur’an (QS Al Baqarah: 185), maka semestinya umat Islam makin memperbanyak amal shalih dengan membaca, menghafal, menelaah dan mengamalkan Al-Qur’an. Untuk memotivasi amalan ibadah, Allah telah menetapkan bahwa ibadah sunah akan diberikan pahala seperti ibadah wajib. Sementara ibadah wajib akan dilipatgandakan pahalanya.
 
Jika kaum Muslim membaca satu juz Al-Qur’an kira-kira berjumlah 7000 huruf, kalikan satu huruf dengan 10 kebaikan dikalikan pahala 70 kewajiban maka akan menghasilkan  4.900.000 kebaikan. Jika satu kali saja Al-Qur’an dikhatamkan selama bulan Ramadhan, maka akan didapat 147 juta kebaikan. Jika tiga kali akan didapatkan 441 juta kebaikan. Sungguh Allah melipatgandakan pahala setiap amal sholeh di bulan Ramadhan.
 
Produktifitas Ramadhan juga bisa dalam dimensi intelektual.  Sebagai contoh adalah dengan menghadiri berbagai kajian tsaqofah Islam, baik offline maupun online atau membaca buku. Literasi dalam arti berkarya tulis juga merupakan bentuk produktifitas Ramadhan. Menulis satu huruf di bulan Ramadhan dengan niat ibadah, tentu saja mendapatkan berlipat pahala dari Allah. Menghidupkan budaya literasi Ramadhan adalah bentuk produktifitas.
 
Produktifitas Ramadhan juga bisa direalisasikan dengan memperbanyak sedekah karena akan menghasilkan amal shalih. Rasulullah bersabda: Sedekah apakah yang paling mulia? Beliau menjawab: “Yaitu sedekah di bulan Ramadhan.” (HR Tirmidzi). "Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipatgandakan (ganjarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak." (QS. Al Hadid ayat 18).
 
Membayar zakat dan bersedekah untuk dibagikan kepada fakir miskin adalah bentuk konstribusi yang akan mendatangkan amal shalih dan pahala berlipat dari Allah. Rasulullah SAW bersabda, "senyummu kepada saudaramu adalah sedekah, ajakanmu terhadap kebaikan adalah sedekah, bantuanmu terhadap orang yang tak bisa melihat adalah sedekah, menyingkirkan batu atau duri di jalanan itu sedekah, dan membagi isi timbamu kepada timba saudaramu itu juga sedekah." (HR Tirmidzi).
 
Dari Abu Umamah bin Shuday bin 'Ajlan RA, ia berkata; Rasulullah SAW bersabda, "Wahai anak Adam, sesungguhnya jika kamu memberikan kelebihan hartamu, maka itu sangat baik. Jika tidak, itu sangat jelek bagimu. Kamu tidaklah dicela karena kesederhanaanmu. Dahulukan orang yang menjadi tanggunganmu. Sebab, tangan di atas (orang yang memberi) lebih baik daripada tangan yang di bawah (orang yang meminta)." (HR Muslim).
 
Produktifitas Ramadhan juga bisa diwujudkan dengan melakukan dakwah amar makruf nahi munkar. Penting juga menjadikan Ramadhan sebagai kesempatan emas untuk kaum Muslim memikirkan kondisi kaum Muslim di negeri ini dan di belahan penjuru dunia lantas memberikan pencerahan dan solusi.
 
Mengapa kaum Muslim di seluruh dunia masih dalam kondisi terpinggirkan, terzalimi dan terjerat kemiskinan. Ramadhan adalah moment yang tepat untuk mencari akar masalah dan mencari solusi fundamental oleh seluruh kaum Muslim di dunia.
 
Dakwah virtual bisa dijalankan secara optimal selama bulan suci Ramadhan mengingat masih dalam kondisi pandemi. Dakwah adalah konstrubusi terbaik bagi pemahaman dan kesadaran akan kehidupan kaum Muslim pada umumnya. Dakwah adalah perkataan terbaik yang ditetapkan oleh Allah. Berbagai sarana virtual bisa dimanfaatkan untuk konstribusi dakwah ini.
 
Allah menegaskan dalam Al-Qur’an: "Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (QS Fushshilat: 33). []

Kota Hujan, 07/04/22 : 11.10 WIB


Oleh: Dr. Ahmad Sastra
Ketua FDMPB

Posting Komentar

0 Komentar