Ramadhan Bulan Produktif Meningkatkan Derajat Ketakwaan

TintaSiyasi.com -- Berjibaku dengan aktivitas kehidupan yang tiada habisnya. Terkadang sampai lalai, kalau sedang berada dalam bulan Ramadhan. Sebagai seorang Muslim tentunya tidak ingin Ramadhan datang dilewatkan dengan kesia-siaan. Harus berusaha produktif untuk menggenjot amal shalih, yakni dengan memperbanyak ibadah nafsiyah dan meningkatkan aqliyah Islam. 

Menilik kilas balik aktivitas Rasulullah Muhammad shalallahu alaihi wasallam dan para sahabatnya di bulan Ramadhan sungguh luar biasa. Rasulullah Muhammad shalallahu alaihi wasallam bersama para sahabatnya berperang menegakkan kalimat Allah demi memenangkan dakwah Islam. Sebagaimana yang dapat dirangkum ada 5 perang yang dilakukan Rasulullah Muhammad shalallahu alaihi wasallam.

Pertama, perang Badar. Perang Badar Al Kubra terjadi pada bulan Ramadan tahun kedua sesudah Hijrah. Umat Islam berhasil memenangi perang ini. Sirah menggambarkan, inilah perang kemenangan agung yang pertama melawan kemungkaran. Rasulullah Muhammad shalallahu alaihi wasallam memimpin langsung aksi penyerangan yang hanya melibatkan sekitar 313 orang muslim, 8 pedang, 6 baju perang, 70 ekor unta, dan 2 ekor kuda. Sedangkan kaum Quraisy memiliki 1.000 orang, 600 persenjataan lengkap, 700 unta, dan 300 kuda.Namun, semangat jihad yang membara di bulan Ramadan membuat pasukan Islam berhasil menewaskan tiga pimpinan perang dari kaum Quraisy, yakni Utbah, Syaibah, dan Walid bin Utbah.

Kedua, perang Khandaq dikenal juga sebagai Pertempuran Al Ahzab atau Pertempuran Konfederasi. Perang yang terjadi pada tahun 5 Hijriah merupakan perang yang dilakukan dengan taktik membuat parit untuk melindungi Madinah. Perang ini melibatkan 3.000 pasukan Muslim melawan 10.000 pasukan musuh yang terdiri atas Bani Quraisy, Bani Nadir, Bani Sulaym, dan Bani Murra. Yang terkenal dari perang ini adalah strategi membuat parit yang digawangi oleh Salman Alfarisi. 

Ketiga. Peristiwa penaklukan Kota Makkah disebut juga dengan Fathu Makkah. Peristiwa ini terjadi pada bulan Ramadan tahun ke delapan sesudah Hijrah. Dengan peristiwa ini, Allah menyelamatkan Kota Makkah yang awalnya penih kesyirikan dan kezaliman menjadi kota bernafaskan Islam, dengan ruh tauhid dan sunnah. Kota Makkah pun kini menjadi kota dengan lambang keimanan dan kepasrahan kepada Allah ta’ala.

Keempat, Perang Tabuk sebenarnya dimulai pada bulan Rajab kesembilan Hijriyah. Namun, pada 26 Ramadan, Rasulullah baru kembali dari peperangan tersebut setelah memperoleh kemenangan. Sejarah Perang Tabuk pun menjadi sejarah peperangan terakhir yang diikuti oleh Rasulullah SAW. Rasulullah juga memimpin langsung perang antara tentara Muslim dan pasukan Bizantium atau Romawi Timur tersebut.

Kelima, Perang Ain Jalut merupakan perang besar yang terjadi pada 3 September 1260 antara orang-orang muslim Mamluk (Turki) dengan bangsa Shamanis Mongol. Ini adalah perang perang dandengan kekalahan pertama pasukan Mongol setelah sebelumnya mereka telah menaklukkan negeri-negeri besar lainnya, termasuk Cina.

Masya Allah Barakallah, luar biasa perjuangan Rasulullah Muhammad shalallahu alaihi wasallam dan para sahabatnya zaman dahulu. Tentunya tamparan keras untuk kita semua yang masih sedikit dalam beramal shalih. Apalagi masih banyak mengisi Ramadhan dengan hal-hal yang mubah. Oleh karena itu, sebagai Muslim tentunya harus malu dan segera berbenah untuk mengisi Ramadhan dengan amalan-amalan langit.

Dari menuntut ilmu memperkuat tsaqofah Islam, memperbanyak membaca Al-Qur'an, mengkajinya, mentadaburinya, dan menegakkan amar makruf nahi mungkar. Semoga dengan banyak amal shalih yang dilakukan dengan keikhlasan dapat mempertebal keimanan dan ketakwaan kita. Sehingga setelah Ramadhan berlalu, kita semakin mantap dan kuat iman dan takwa. 

Ciri-Ciri Berhasil Meraih Takwa

Sayyidina Ali ra. mengatakan, pertama, takwa itu alkhoufu minal jalil, takut kepada Allah yang Mahajalil. Seseorang dikatakan bertakwa ketika dalam dirinya hadir ketakutan kepada Allah Subhanahu wata'ala. Ketakutan yang tentu berdasarkan kepada keimanan. Iman Kepada Allah sebagai penciptanya, iman kepada sifat-sifat Allah SWT.

Sehingga karena dia tahu, dia sangat percaya kepada sifat-sifat Allah SWT itulah yang kemudian melahirkan ketakutan kepada Allah SWT. Dia takut kalau dalam hidupnya akan melanggar apa yang dilarang oleh Allah, dia takut kalau di dalam hidupnya tidak mampu melaksanakan perintah-perintah Allah SWT. Karena dia tahu konsekuensinya dia akan menghadap Allah dengan pertanggungjawaban. Dia akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT. Kuat, yang akan menghalangi seorang Muslim dari melakukan kemaksiatan atau pelanggaran terhadap hukum-hukum Allah SWT. 

Kedua, takwa itu adalah al'amalu bit tanzil, melaksanakan at tanzil, yaitu yang diturunkan oleh Allah SWT berupa wahyu baik yang ada di dalam Al-Quran maupun as Sunnah. Seseorang yang bertakwa adalah orang yang akan melaksanakan perintah-perintah Allah SWT baik yang ada di Al-Quran maupun yang ada di as Sunnah. Jadi, seorang yang bertakwa tidak merasa berat untuk melaksanakan apa pun perintah Allah SWT yang ada di dalam Al-Quran, semisal salat, zakat, puasa Ramadhan, karena itu memang jelas-jelas diturunkan oleh Allah SWT lewat wahyuNya di dalam Al-Quran

Demikian juga, dia tidak akan merasa berat hati untuk melaksanakan perintah perang, kenapa? Karena perang itu diperintahkan oleh Allah SWT di dalam Al-Qur'an dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW, sebagaimana ketika kita membaca di dalam sirah Rasulullah SAW. Perang yang sangat diingat oleh kaum Muslimin, yakni perang yang dasyat, seperti Perang Badar al-kubra di mana terjadinya justru di bulan Ramadhan. 

Bayangkan, dalam kondisi lapar, haus, kemudian lemah, sangat berat untuk melakukan perang. Jangankan perang, saat kita berpergian saja, kalau dalam keadaan puasa terasa suatu perkara yang tidak mudah, tapi kenapa para sahabat dengan semangat, dengan sabar dan ikhlas melaksanakan Perang Badar tersebut? Tentu ini semua karena dasarnya keimanan dan dalam rangka melaksanakan al 'amalu bit tanzil, melaksanakan perintah Allah yang ada di dalam Al-Qur'an.

Demikian juga sebagai seorang Muslim, tidak akan merasa berat hati untuk meninggalkan apa pun yang dilarang oleh Allah SWT, yang larangan itu jelas-jelas tertera di dalam wahyu Allah SWT, seperti contohnya seorang Muslim tidak akan ragu untuk meninggalkan riba. Karena riba jelas-jelas diharamkan oleh Allah SWT di dalam Al-Qur'an.

Seorang Muslim tidak akan segan-segan untuk meninggalkan perbuatan yang mendekati zina. Karena mendekati zina itu diharamkan oleh Allah SWT. Demikian juga, seorang Muslim tidak akan pernah ada niat untuk mengangkat seorang pemimpin yang dia itu kafir atau pemimpin yang melakukan kefasikan. Kenapa? Karena itu dilarang oleh Allah SWT. 

Oleh karena itu, akan dikatakan bertakwa kalau seorang Muslim benar-benar memiliki kesungguhan dan kerelaan hati untuk melaksanakan apa pun yang diperintahkan kan oleh Allah SWT di dalam Al-Qur'an maupun as Sunnah.[]

Oleh: Nabila Zidane (Mutiara Umat Institute) dan Ika Mawarningtyas (Mutiara Umat Institute)

Posting Komentar

0 Komentar