Kerusakan Peradaban Akibat Penerapan Standar Ganda Kapitalisme Global Menyikapi Palestina dan Ukraina: Inikah Bukti Dunia Butuh Khilafah?


TintaSiyasi.com -- Saat ini secara global, kapitalisme adalah pengemudi utama yang mengatur dan mempengaruhi tatanan kehidupan. Kapitalisme global yang membentuk peradaban hari ini pun semakin menampakkan wajah aslinya. Berbagai bentuk kezaliman, penderitaan, kerusakan serta krisis di seluruh lini kehidupan tak bisa dipungkiri adalah buah dari sistem kapitalisme yang tengah mengangkangi dunia hari ini.

Bangunan peradaban yang rusak hari ini adalah satu bukti yang tak terbantahkan bahwa kapitalisme tidak pantas memimpin peradaban manusia. Kapitalisme yang berasaskan sekuler dan liberal niscaya menciptakan kehancuran bagi umat manusia. 

Keberadaan kapitalisme global tak mampu memberi rasa aman dan mendamaikan umat manusia. Terlebih lagi, kapitalisme global telah nyata menampakkan standar ganda dalam menyikapi krisis kemanusian yang terjadi di Palestina dan Ukraina.

Kurang lebih telah sebulan Rusia melakukan invansi terhadap Ukraina. Dalam kurun waktu itu dunia tersibukkan membantu Ukraina melawan invansi Rusia. Berbagai macam upaya, kepedulian dan keprihatinan ditunjukkan seakan menjadi wujud kapitalisme global telah berjuang atas nama kemanusiaan.

Namun anehnya, harapan perlakuan sama tak ditunjukkan terhadap Palestina yang telah mengalami berbagai macam penindasan dan kezaliman dari zionis Israel yang telah puluhan tahun menduduki tanah Palestina. Terlebih lagi sudah menjadi kebiasaan, di saat momen Ramadhan selalu menjadi momen semakin merajalelanya kebrutalan tentara zionis Israel terhadap penduduk Palestina dari tahun ke tahun. Mereka ditangkap, dianiaya, ditembak, dibunuh, dan kezaliman-kezaliman lainnya, tanpa kecuali banyak menimpa perempuan dan anak.

Sudah puluhan tahun, kezaliman demi kezaliman dialami oleh warga Palestina akibat pendudukan zionis Israel. Namun, mata dunia tak pernah tulus tertuju untuk menyelesaikan konflik ini. Mengapa kapitalisme global menampakkan standar ganda, begitu peduli dan prihatin terhadap nasib Ukraina tetapi abai terhadap kezaliman yang menimpa Palestina?

Standar Ganda Kapitalisme Global Menyikapi Palestina dan Ukraina

Standar ganda yang ditunjukkan dunia di bawah sistem kapitalisme terhadap umat Muslim dengan non-Muslim, atau negeri Muslim dengan negara Barat begitu sangat kentara. Coba perhatikan saja bagaimana reaksi dunia terhadap Ukraina yang menghadapi invasi Rusia selama kurang lebih sebulan belakangan ini. Dan bandingkan dengan sikap dunia terhadap Palestina yang menghadapi pendudukan zionis Israel selama puluhan tahun. Tak perlu berpikir lama untuk menyadari hal ini.

Pada Senin (4/4/2022), Perdana Menteri Palestina Mohammed Ishtay mengharap dunia bisa meminta Israel untuk menghentikan serangan militer mereka terhadap warga sipil Palestina. Ia mengatakan, bahwa eskalasi Israel terhadap warga Palestina, yang meliputi pembunuhan, penyiksaan, penangkapan serta membolehkan pemukim melakukan kejahatan, menimbulkan ancaman yang luar biasa terhadap keamanan dan stabilitas di kawasan. Dan Israel juga mengizinkan para pemukim membawa senjata dan membunuh warga Palestina.

Terlebih lagi, kekerasan yang dilakukan zionis Israel di bulan Ramadhan di setiap tahunnya selalu semakin menjadi-jadi. Ghada Sabateen (47), seorang ibu Palestina dari enam anak yatim, Ahad (10/4/2022) ditembak brutal oleh tentara zionis Israel laknatullah. Orang-orang dicegah untuk menolongnya, sehingga ibu tersebut meninggal kehabisan darah. 

Tentara zionis Israel mengonfirmasi bahwa petugas melepaskan tembakan peringatan ketika melihat perempuan itu mendekati tentara di dekat Kota Husan. Merasa tak digubris, tentara kemudian "menembak ke arah bagian badan tubuhnya". Padahal, viral video yang beredar, di lokasi kejadian terlihat 3 tentara zionis Israel bersenjata lengkap, sedangkan perempuan itu seorang diri dan diketahui salah satu matanya buta. Ternyata 3 tentara zionis Israel yang bersenjata lengkap itu hilang nyali menghadapi seorang perempuan, hingga harus menembakkan senjata.

Selain perempuan, anak-anak pun tak luput dari tingkah biadab tentara zionis Israel. Mereka menangkap dan meneror anak-anak Palestina dengan berbagai alasan. Dua hari lalu, beredar video viral seorang anak ditangkap dan diteror dengan alasan telah mengarahkan kembang api ke mereka, sedangkan sang anak berteriak tidak melakukan hal tersebut.

Pasukan Israel pada Senin (11/4/2022) menangkap 21 warga Palestina dalam penggerebekan yang dilakukan di Tepi Barat. Selain itu, seorang Palestina terluka oleh tembakan dan 23 lainnya menderita sesak napas setelah menghirup gas air mata dalam bentrokan yang meletus selama serangan Israel (Anadolu, 12/4/2022). Dan masih banyak lagi bentuk kekejaman-kekejaman yang dilakukan tentara zionis Israel sepanjang Ramadhan ini. Namun, dunia tak terdengar kecaman ataupun menjatuhkan sanksi terhadap Israel.

Berbeda dengan reaksi dunia atas kekejaman Rusia yang melakukan invasi ke Ukraina. Rusia yang melancarkan invasi besar-besaran pada 24 Februari mengakibatkan ratusan warga sipil telah dilaporkan tewas atau terluka, termasuk anak-anak. Invasi yang diperintahkan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin telah memicu kecaman di seluruh dunia dan sanksi ekonomi yang semakin berat terhadap Rusia. 

Negara Barat saat ini menunjukkan persatuan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam menanggapi invasi Rusia ke Ukraina. Pemerintah hingga perusahaan bersatu untuk memberi sanksi dan memboikot Rusia hingga mudahnya akses pengungsi Ukraina, menjadi hal yang tidak terjadi pada pengungsi Timur Tengah.  

Krisis pengungsi Ukraina memang mengerikan. Menurut Badan Pengungsi PBB (UNHCR), lebih dari 3 juta orang telah meninggalkan negara itu sejak invasi Rusia, hampir sebulan terakhir. Namun, dalam konteks pengungsi korban perang, butuh enam bulan bagi satu juta pengungsi dari Suriah pada 2013.

Turut bersuara pula, Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid pada Selasa (5/4/2022) mengutuk "kejahatan perang" Rusia di Ukraina, meningkatkan kritik Israel terhadap Rusia sejak pertempuran di Ukraina dimulai. "Gambar dan kesaksian dari Ukraina mengerikan. Pasukan Rusia melakukan kejahatan perang terhadap penduduk sipil yang tak berdaya. Saya mengutuk keras kejahatan perang ini," katanya dalam sebuah pernyataan, dilansir Reuters (Wartaekonomi, 6/4/2022).

Terasa aneh dengan pernyataan Menteri Luar Negeri Israel ini, ia bisa melihat dan mengecam kejahatan kemanusiaan Rusia terhadap Ukraina. Namun buta atas kejahatan mereka sendiri terhadap Palestina. Inilah standar ganda mereka, seakan mengonfirmasi tak mengapa kejahatan kemanusian itu dilakukan bila yang menjadi korban adalah umat Muslim.

Ketua Majelis Nasional Kuwait, Marzouq Al-Ghanim mengatakan bahwa dunia tidak dapat menerima masalah pendudukan atau invasi dengan standar ganda. Pernyataan ini dijelaskannya sebelum konferensi Inter-Parliamentary Union di Jakarta, Indonesia.

“Tidak ada, dan saya sedang berbicara dengan Grup 12+, bagaimana mereka bisa meminta pengusiran delegasi Rusia atau delegasi lain dari IPU untuk invasi yang terjadi beberapa hari atau pekan lalu dan tidak mengusir Israel untuk invasi itu? Sesuatu yang sudah terjadi 60 tahun,” tambahnya. Menurutnya, dunia internasional, tidak memberikan perlakuan serupa kepada negara lain terutama Palestina. 

Sudah seharusnya disadari perlakuan berbeda antara Ukraina dan Palestina telah menampakkan standar ganda kapitalisme global. Di bawah sistem kapitalisme, umat Muslim selalu mendapatkan perlakuan berbeda. Nyawa umat Muslim seakan tak berharga. Ketidakpedulian dunia internasional bukan sekadar terhadap Palestina. Namun juga berbagai kejahatan kemanusiaan yang menimpa umat Muslim di berbagai belahan dunia. Nasib Muslim Uighur, Rohingya, Khasmir, dan berbagai bentuk islamofobia yang menimpa umat Muslim baik yang berada di negeri mayoritas maupun minoritas tak memperoleh perhatian khusus dunia. Diperlakukan diskriminasi, dibiarkan ditindas dibunuh dizalimi, tak ada upaya nyata melakukan pembelaan terhadap umat Muslim. Kapitalisme global seakan menjadikan Islam dan umatnya sebagai common enemy.

Dampak Standar Ganda Kapitalisme Global Menyikapi Palestina dan Ukraina

Dunia memperlihatkan sikap yang berbeda antara konflik Ukraina dan Palestina. Sudah lama Palestina menjadi daerah konflik yang tak kunjung reda. Tetapi, dunia hanya menatap sebelah mata, respons maksimal yang mereka berikan hanya kecaman atau sedikit bantuan obat-obatan setelah terjadinya penyerangan. Seolah tidak ada yang berani untuk menindak tegas perbuatan Israel yang selama ini menzalimi Muslim di Palestina. 

Berbeda dengan sikap dunia kepada Ukraina. Tetiba dukungan moral, kecaman kepada Rusia, berduyun-duyun datang kepada Ukraina. Sebenarnya perbedaan sikap dunia ini dinahkodai oleh Amerika Serikat (AS), karena AS adalah mercusuar peradaban kapitalisme global. Dalam konflik Rusia dan Ukraina memang AS pasang badan membela Ukraina. Wajar jika sikap dunia berkiblat kepada AS dengan seolah-olah memojokkan Rusia atas invasinya kepada Ukraina. Bahkan, Perdana Menteri Palestina Mohammad Ishtaye (4/4/2022) menyerukan dunia untuk membantu Ukraina. Seolah gayung bersambut sikap Mohammad Ishtaye dengan tuannya Amerika Serikat.

Mengulik lebih dalam dampak standar ganda kapitalisme global dalam menyikapi konflik di Palestina dan Rusia adalah sebagai berikut:

Pertama, umat Islam kian terzalimi. Harus disadari standar ganda yang dimainkan oleh kapitalisme global telah menciptakan rentetan kezaliman yang menerpa umat Islam. Bagaimana tidak? Umat Islam yang selama ini menjadi tumbal kezaliman kapitalisme global tidak akan pernah mendapatkan keadilan. Terlebih umat Islam justru mendapatkan stigmatisasi terorisme dan radikalisme jika ingin membela agamanya. Barat hanya memberi dua pilihan, mati tertindas atau bangkit melawan tetapi mendapatkan stigma teroris dan radikalis. Begitulah yang Barat berikan kepada dunia Islam.

Kedua, mengaburkan siapa musuh sebenarnya. Sejatinya dedengkot teroris dan biang kerok pertikaian dunia adalah kapitalisme sekuler. Tetapi, atas narasi busuk yang mereka gencarkan, mereka telah berhasil memutarbalikkan fakta. Islam dituduh teroris dan radikal, Barat seolah pahlawan super power. Padahal, sejatinya mereka itu lemah dan sangat bobrok. Bangunan peradaban yang mereka bangun adalah bangunan kerusakan yang bersumber pada syahwat semata. 

Ketiga, HAM dan kemanusiaan tidak pernah duduk bersama Islam. Omong kosong HAM, mereka menggembar-gemborkan HAM dan kemanusiaan, tetapi Barat telah menjadi penjahat kemanusiaan terkeji di dunia. Sudah berapa juta umat Islam dari berbagai belahan dunia menjadi korban paham sekuler yang mereka gawangi? Di berbagai negara umat Islam senantiasa jadi umat tertindas, baik sebagai minoritas dan mayoritas, umat Islam senantiasa jadi tumbal syahwat kapitalisme sekuler. Dari diskriminasi dan kriminalisasi tak lepas dari jerat umat Islam. Umat Islam tidak mampu berislam secara totalitas ketika hidup dalam payung kapitalisme sekuler.

Oleh karena itu, perlu dipahami bersama kapitalisme global tidak akan pernah memberi rasa aman dan nyaman kepada umat Islam di mana pun mereka berada. Kapitalisme global telah menjadikan umat Islam musuh bersama yang tidak dibiarkan bangkit barang hanya membuka mata. Umat Islam senantiasa dipecah belah dan dininabobokan dengan mantra-mantra sekularisme. Tetapi, hal itu seharusnya menjadi pelecut umat Islam, umat Islam harus bangkit membangun peradabannya sendiri. Yakni peradaban Islam dengan tegaknya khilafah Islam. Tidak ada pilihan lain, umat Islam harus bersatu padu dalam barisan perjuangan mengembalikan kehidupan Islam dengan tegaknya khilafah Islam.

Strategi Islam dalam Menghadapi Standar Ganda Kapitalisme Global

Islam sebagai agama dan pandangan hidup tentunya bukan ideologi lemah dan kalah. Justru Islam adalah agama dan ideologi yang mampu memimpin dunia dan menciptakan kedamaian dunia akhirat bagi siapa yang mengembannya. Menghadapi ideologi kufur kapitalisme sekuler yang diemban di era global ini, Islam memiliki metode dan cara yang jelas. Sikap tegas Islam dalam memandang kekufuran tidak akan pernah bisa ditawar. Hak dan batil dalam Islam tidak akan pernah ditawar. 

Terkait konflik di Palestina, Islam jelas akan menjadi garda terdepan dalam membela dan melindungi umatnya. Karena posisinya Muslim Palestina sedang berhadapan dengan negara kafir penjajah. Tentu Islam memihak kepada saudaranya. Berbeda dengan konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina, dua negara yang sama-sama negara kafir. Umat Islam jangan sampai terjebak dalam konflik pragmatis antara dua negara kafir. Jika konflik itu berimbas kepada negara Islam atau kaum Muslim. Pasti Islam akan menuntut perhitungan.

Islam sebagai agama dan ideologi tentunya tidak akan kuat jika diemban oleg individu atau kelompok saja. Tetapi, Islam hadir dan harus diemban dalam bentuk negara, yakni khilafah Islam. Hanya dalam wujud daulah Khilafah Islamiah, umat Islam bisa bersatu, kuat, dan amar makruf nahi mungkar ke seluruh dunia. Sehingga, umat Islam mampu menjadi pemimpin dan rujukan dunia dalam segala bidang. Dengan Khilafah Islamiah, ideologi Islam bisa diwujudkan dalam berbagai aspek kehidupan, sehingga rahmat dan keberkahan akan turun dari langit dan keluar dari bumi. 

Selain itu, kembalinya khilafah yang kedua adalah janji Allah Subhanahu wataala dan bisyarah Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam, sebagaimana yang ada di hadis berikut ini. "Selanjutnya akan ada kembali Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian." (HR. Ahmad). Tetapi, bukan berarti umat Islam berpangku tangan menunggu tertunainya janji tersebut. Umat Islam harus berikhtiar mengembalikan sesuai metode yang telah Nabi Muhammad SAW contohkan.

Umat Islam harus melakukan dakwah baik individu maupun jamaah. Jamaah dakwah melakukan dakwah sesuai yang Nabi Muhammad Saw contohkan, yaitu sebagai berikut. Metode tersebut tercermin dalam tiga tahapan: (1) pembinaan umat dengan karakter Islam (at-tatsqîf); (2) interaksi dengan umat (at-tafâ’ul), termasuk di dalamnya adalah pencarian dukungan dan pertolongan (thalab an-nushrah); (3) penerimaan kekuasaan dari pemilik kekuasaaSunnah Nabi saw menunjukkan atas tiga tahapan tersebut dalam mendirikan khilafah Islam pertama kali di Madinah.

Oleh sebab itu, umat Islam harus mewujudkannya kembali dengan memperjuangkannya sebagaimana Rasulullah Muhammad shalallahu alaihi wasallam mencontohkannya. Karena Khilafah Islamiah yang disampaikan Rasulullah Muhammad shalallahu alaihi wasallam benar akan terwujud jika umat Islam mengikuti metode Rasulullah Muhammad shalallahu alaihi wasallam dalam menegakkannya. Jika umat Islam tidak mengikuti metodenya, niscaya khilafah Islam yang disampaikan Nabi belum bisa terwujud. Maka dari itu, tugas umat Islam adalah berjuang, sabar, dan benar sesuai metode yang Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam ajarkan.

Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

Pertama. Sudah seharusnya disadari perlakuan berbeda antara Ukraina dan Palestina telah menampakkan standar ganda kapitalisme global. Di bawah sistem kapitalisme, umat Muslim selalu mendapatkan perlakuan berbeda. Nyawa umat Muslim seakan tak berharga. Ketidakpedulian dunia internasional bukan sekadar terhadap Palestina. Namun juga berbagai kejahatan kemanusiaan yang menimpa umat Muslim di berbagai belahan dunia. Nasib Muslim Uighur, Rohingya, Khasmir, dan berbagai bentuk islamofobia yang menimpa umat Muslim baik yang berada di negeri mayoritas maupun minoritas tak memperoleh perhatian khusus dunia. Diperlakukan diskriminasi, dibiarkan ditindas dibunuh dizalimi, tak ada upaya nyata melakukan pembelaan terhadap umat Muslim. Kapitalisme global seakan menjadikan Islam dan umatnya sebagai common enemy.

Kedua. Dampak standar ganda kapitalisme global dalam menyikapi konflik di Palestina dan Rusia adalah sebagai berikut: Pertama, umat Islam kian terzalimi. Kedua, mengaburkan siapa musuh sebenarnya. Ketiga, HAM dan kemanusiaan tidak pernah duduk bersama Islam. Kapitalisme global tidak akan pernah memberi rasa aman dan nyaman kepada umat Islam di mana pun mereka berada. Kapitalisme global telah menjadikan umat Islam musuh bersama yang tidak dibiarkan bangkit barang hanya membuka mata. Umat Islam senantiasa dipecah belah dan dininabobokan dengan mantra-mantra sekularisme. Tetapi, hal itu seharusnya menjadi pelecut umat Islam, umat Isla harus bangkit membangun peradabannya sendiri. Yakni peradaban Islam dengan tegaknya khilafah Islam.

Ketiga. Strategi dalam menghadapi standar ganda kapitalisme global adalah dengan dakwah. Dakwah individu, jamaah, dan negara. Umat Islam harus mewujudkannya kembalinya Khilafah Islamiah dengan memperjuangkannya sebagaimana Rasulullah Muhammad shalallahu alaihi wasallam mencontohkannya. Karena hanya dengan Khilafah Islamiah umat Islam tidak terzalimi oleh standar ganda kapitalisme global. Maka dari itu, tugas umat Islam adalah berjuang, sabar, dan benar sesuai metode yang Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam ajarkan hingga kehidupan Islam terwujud di muka bumi dengan tegaknya Khilafah Islamiah.[]

Oleh: Dewi Srimurtiningsih (Dosen Online Uniol 4.0 Diponorogo dan Mutiara Umat Institute) dan Ika Mawarningtyas (Dosen Online Uniol 4.0 Diponorogo dan Mutiara Umat Institute) 

MATERI KULIAH ONLINE UNIOL 4.0 DIPONOROGO Rabu, 13 April 2022 (Di bawah Asuhan: Prof. Dr. Suteki, S.H., M.Hum.)
#LamRad
#LiveOppressedOrRiseUpAgainst

Posting Komentar

0 Komentar