IMF Transfer 90 T, Ekonom: Cari Sensasi! Paradigma Kapitalis Tidak Ada Makan Siang Gratis


L
TintaSiyasi.com-- Merespons dana bantuan sebesar Rp90 triliun dari Internasional Monetary Fund (IMF), Ekonom Dr. Arim Nasim, S.E., M.Si., A.K. mengatakan, IMF hanya cari sensasi, karena dalam paradigma kapitalisme, tidak ada makan siang gratis. 

"Menurut saya berita itu hanya sensasi saja. Dalam paradigma kapitalis tidak ada makan siang gratis," ujarnya kepada TintaSiyasi.com, Senin (13/9/2021).

Menurutnya, kabar Indonesia mendapat dana transferan tersebut untuk menunjukkan seolah-olah ekonomi Indonesia membaik dengan kenaikan cadangan devisa yang sebenarnya kenaikan tersebut berasal dari SDR.

Ia menegaskan, pasti di balik dana tersebut ada sesuatu. "Pasti ada biaya yang harus dibayar baik langsung maupun tidak langsung," katanya.

Menurutnya, kabar tersebut bukan prestasi ekonomi. "Jadi ini bukan prestasi, justru bisa dimaknai berarti ekonomi Indonesia sangat rentan," katanya.

Ia mengatakan, seperti yang dikatakan Kepala Departemen Internasional Bang Indonesia, Special Drawing Rights (SDR) merupakan kebijakan IMF yang diberikan kepada seluruh negara di dunia untuk menghadapi pandemi Covid-19 dan menjaga stabilitas global. 

"Jadi menunjukkan ekonomi global termasuk Indonesia sangat rentan. Lucunya memang pernyataan BI ini klu memang cadangan devisa Indonesia sangat tinggi dan kuat," bebernya.

"Kenapa SDR dari IMF? Bohong itu, kalau bukan utang, karena kalau bukan utang berarti tidak harus dikembalikan tapi kan kenyataannya kan harus dikembalikan," imbuhnya.

Ia tidak percaya dengan perkataan IMF yang mengatakan kalau dana transferan tersebut tidak harus dikembalikan RI. "Walaupun IMF bilang tidak, walaupun dengan jangka waktu yang lebih lama dan biaya bunga yang mungkin rendah, saya enggak percaya itu tidak ada biaya," tandasnya.[] Sri Astuti

Posting Komentar

0 Komentar