Ramadhan Telah Tiba, Kali Ini Harus Lebih Istimewa


Bulan Ramadhan telah tiba. Bulan yang dinanti dan dirindu kaum Muslimin sedunia. Terdapat banyak kemuliaan, rahmat, ampunan dan segudang pahala yang dilipat gandakan. Bagi orang yang beriman tak mungkin untuk  tidak merindukannya. Maka menyambutnya dengan gembira dengan persiapan yang matang lahir maupun batin adalah hal yang sudah semestinya ada pada diri seorang Muslim, apalagi hal tersebut adalah bagian dari perintah syara’.

Namun, ada yang berbeda dengan kondisi kita hari ini. Kondisi saat dunia masih belum keluar dari pandemi  yang melanda. Setahun lebih warga dunia mengalami segala keburukan yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Virus mematikan menyebar tak pandang usia, ekonomi merosot di tengah meroketnya harga kebutuhan hidup, dekadensi moral, kacau balaunya dunia pendidikan, bingungnya orang tua menghadapi anak-anaknya yang selama ini bisa jadi hanya bertemu kala malam tiba dan rusaknya tatanan rumah tangga akibat stres berkepanjangan tanpa tahu kapan ini akan berakhir.

Semua diperparah dengan ketiadaan junnah (perisai umat) yakni khilafah. Sistem kepemimpinan Islam yang mampu memberikan harapan kebaikan dan jaminan kemuliaan bagi semua lini kehidupan. Sistem yang lahir dari Sang Pencipta sekaligus Sang Pengatur. Yang keagungannya pernah meliputi hampir 2/3 dunia ketika diterapkan sebagai sistem pemerintahan dari masa Rasululluah hingga masa Khilafah Utsmani di Turki selama hampir 14 abad lamanya. Yang hari ini, setelah 100 tahun ketiadaannya membuat umat Islam di berbagai belahan dunia diliputi kesengsaraan, dihinakan dan mengalami penderitaan yang semakin nyata.

Sejatinya umat Islam bukanlah umat yang lemah. Yang mudah putus asa dan terpuruk atas keadaan yang menimpa. Keimanan yang senantiasa dijaga di dada-dada mereka telah mampu menguatkannya. Sejarah telah mencatat bagaimana perjuangan Rasulullah dan para sahabat dahulu dalam meninggikan kalimat Allah dan menjadikannya menyebar ke seluruh penjuru dunia, dengan halangan dan rintangan yang tak ringan bahkan sangat berat untuk ukuran kita.  Maka sudah selayaknya momentum Ramadhan kali ini harus lebih “istimewa”. Lebih memberikan semangat kaum Muslimin untuk berjuang mengembalikan kehidupan Islam sebagaimana yang Rasulullah dan sahabat contohkan. 

100 tahun ketiadaan khilafah menyebabkan sebagian besar umat jauh dari pemahaman yang benar tentang agamanya. Maka, kali ini mari kita pergunakan untuk mengarahkan segenap energi selama Ramadhan untuk lebih utuh dalam memahami Islam. Islam bukanlah agama “prasmanan” yang boleh kita ambil manakala kita suka dan kita tinggalkan manakala tak sesuai dengan selera. Islam adalah agama yang darinya terpancar seperangkat aturan yang jika diterapkan secara utuh (kaffah) akan memberikan kemuliaan dan keagungan bagi pemeluknya bahkan bukan hanya bagi manusia namun meliputi seluruh alam.

Dengan memahami Islam secara kaffah sajalah kesadaran umat akan pentingnya khilafah sesuai metode kenabian akan tumbuh. Perjuangan menegakkannya pun menjadi perkara yang ringan karena muncul dari keimanan akibat pemahamam agama yang benar. Sehingga, kegembiraan dan suka cita menyambut datangnya bulan suci Ramadhan pun bukan hanya ilusi dan harapan, tapi menjadi sebuah keniscayaan manakala bulan mulia itu datang. Wallahu a’lam bishshawwab.[]

Oleh: Neneng Khosiah, Ibu Rumah Tangga

Posting Komentar

0 Komentar