Moderasi Beragama Menjegal Perjuangan Dakwah Syariat

Negeri ini masih ramai membincangkan tentang moderasi beragama. Apalagi, ditambah pasca kasus terorisme yang terjadi di Makassar. Pelaku bom bunuh diri meninggal seketika, sementara sepuluh petugas dan jemaat gereja mengalami luka-luka. Kejadian ini mengundang kutukan dan hujatan dari masyarakat terutama warganet. Bagi umat Islam yang selalu menjadi pihak tertuduh tentu juga harus mengutuk aksi teror yang membahayakan ini.

Ketua Umum Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Muhammad Abdullah Syukri mendorong tokoh-tokoh agama untuk memberi ajaran moderat kepada jamaahnya demi mencegah adanya aksi teror sebagaimana yang terjadi di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, Ahad (29/3).

Dalam sambutan pembukaan Munas bertemakan “Penguatan SDM Profesional Religius untuk Ketahanan dan Kemandirian Bangsa Menuju Indonesia Maju” tersebut, Presiden RI Joko Widodo mengajak seluruh jajaran dan keluarga besar LDII untuk selalu menyuarakan dan meningkatkan toleransi dalam kehidupan sosial dan keagamaan bangsa Indonesia. 

“Kita harus berpedoman pada ajaran keagamaan yang sejuk, ramah, mengedepankan toleransi, serta menjauhi sikap yang tertutup, yang eksklusif,” kata Presiden. (Sumber: presidenri.go.id)

Ketua FKUB Sulawesi Tengah Prof Zainal Abidin mengatakan, dalam menangkal paham radikal di ruang lingkup beragama harus mempunyai prinsip moderasi beragama. 

"Moderasi beragama bukanlah moderasi agama, artinya ajaran agamanya jangan diubah tapi prilakunya yang diubah dalam kehidupan bermasyrakat dan sosialiasi dengan orang lain seperti tolong menolong saling menghargai terjalin dalam kehidupan sehari-hari," ucap Prof Zainal Abidin. (Sumber: Tribun Palu, 12 April 2021)

Sebenarnya, dalam arus moderasi beragama jelas tidak akan menunjukkan Islam sebenarnya, melainkan Islam setengah-setengah. Islam yang dipilih untuk mewujudkan sikap toleransi antar budaya dan/atau antar agama di daerah multikultural. Islam yang mengakomodasi pemikiran di luar Islam (asing), sehingga semua pemikiran tersebut bisa diterima dan dijalankan bersamaan dengan menjalankan ajaran Islam. Islam moderat juga berupaya mengompromikan Islam dengan produk pemikiran Barat yang kufur, seperti sistem demokrasi yang kemudian diistilahkan menjadi demokrasi Islam.

Masifnya pengarusan ide Islam moderat atau wasathiyah di negeri ini sebetulnya tak lepas dari agenda negara-negara adidaya. Mereka memang tengah berupaya mempertahankan hegemoninya atas dunia. Mereka sangat berkepentingan agar sistem kapitalis neoliberal tetap bercokol di negeri-negeri Islam. Lantaran dengan sistem ini praktik penjajahan dan perampokan sumber-sumber kekayaan alam di berbagai negeri ini bisa berjalan mulus, dan bahkan legal.

Ini merupakan serangan Barat terhadap Islam berupa adanya isu moderat dan ekstrim.  Islam dituduh ekstrim sebagai teroris, fundamental dan radikal (keras) dan menggambarkannya sebagai musuh kemanusiaan, kezaliman, tidak ramah terhadap kehidupan.  Islam tidak lain adalah sebuah kezaliman, menimbulkan permusuhan dan konflik. Dan mereka memberi gambaran baru tentang Islam yang damai, tidak ekstrim atau berlebihan dalam beragama, yaitu Islam moderat.

Sungguh, menerima Islam moderat sebagai arus utama dan menyerang Islam ideologi hanya demi menerima pujian musuhnya, jelas-jelas merupakan kejahilan. Apa yang mereka lakukan sama dengan bunuh diri politik yang akan menjauhkan umat ini dari kebangkitan hakiki dan melanggengkan posisinya sebagai objek penjajahan.

Dan musuh-musuh Islam tidak sungkan menggunakan tangan-tangan umat ini sebagai alat atau senjata untuk menyerang agama dan para pejuangnya yang sangat mereka benci. Maka, tak pantas jika umat menyambut manis berbagai proyek musuh, lalu memilih posisi sebagai penghalang tegaknya Islam.

Sungguh, Allah Ta’ala telah meminta agar umat ini berpegang teguh pada tali agama-Nya. Hanya pada tali agama-Nya. Seraya memberi kabar gembira bahwa kemuliaan umat ini akan segera tiba; saat umat berjuang menegakkan hukum-hukumNya dalam sebuah institusi negara yang akan memuliakan kedudukan mereka.

Kehadiran institusi Islam justru sangat ditakuti negara-negara adidaya. Kehadiran institusi yang menerapkan syariat dan mengemban dakwah ke seluruh dunia, yakni Khilafah Islamiyyah. Umat harus berpegang pada syariat, mendakwahkannya dalam upaya menegakkan kembali khilafah. Wallahu a’lam.[]

Oleh: Fani Ratu Rahmani
(Aktivis dakwah dan Pendidik)

Posting Komentar

0 Komentar