10 Perkara yang Mematikan Hati


Syaqiq al-Balkhi, sebagaimana disebutkan oleh Imam Nawawi al-Bantani, menuturkan bahwa Ibrahim bin Adham pernah berjalan-jalan di pasar-pasar di kota Bashrah (Irak). Lalu orang-orang datang kepada beliau dan berkumpul di sekitar beliau. Mereka bertanya kepada beliau tentang firman Allah SWT (yang artinya): Berdoalah kalian kepadaKu, niscaya Aku akan mengabulkan doa kalian (TQS Ghafir [40]: 60).*l “Kami,” kata mereka, “sejak lama berdoa kepada Allah SWT, namun Dia tidak mengabulkan doa kami.” 

Mendengar itu Ibrahim bin Adham berkata, “Wahai penduduk Bashrah, itu karena kalbu-kalbu kalian sesungguhnya telah mati karena sepuluh perkara. Jadi, bagaimana mungkin Allah SWT mengabulkan doa kalian?!” (An-Nawawi al-Bantani, Nasha’ih al-‘Ibad, hlm. 74).

Kesepuluh perkara itu, kata Ibrahim bin Adham, adalah:

Pertama, sesungguhnya kalian mengaku mengenal Allah SWT (yakni memahami bahwa Dia adalah Pencipta kalian dan Pemberi rezeki kepada kalian), namun kalian tidak menunaikan hak-hak-Nya (dengan senantiasa beribadah/mengabdi kepada Dia sebagaimana yang Dia perintahkan kepada kalian).

Kedua, sesungguhnya kalian membaca Kitabullah, tetapi kalian tidak mengamalkan isinya.

Ketiga, sesungguhnya kalian mengklaim memusuhi setan, namun kalian justru berteman dengan dia (sering mengikuti berbagai ajakan/perintahnya).

Keempat, sesungguhnya kalian mengklaim mencintai Baginda Rasulullah saw., tetapi kalian meninggalkan jejak (amal)-nya dan  menanggalkan sunnah-sunnah (jalan kehidupan)-nya tanpa berusaha mengikutinya.

Kelima, sesungguhnya kalian mengklaim mencintai surga, namun kalian tidak beramal demi meraih surga itu (tidak melakukan amalan-amalan yang dapat memasukkan kalian ke dalam surga tersebut).

Keenam, sesungguhnya kalian mengklaim takut terhadap azab neraka, tetapi kalian justru tidak pernah berhenti melakukan banyak dosa (yang bisa menyebabkan kalian terjatuh ke dalam azab neraka).

Ketujuh, sesungguhnya kalian mengklaim (meyakini) bahwa kematian itu haq (benar-benar bakal terjadi), namun kalian tidak berusaha mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian tersebut (tidak berusaha memperbanyak amal shalih untuk bekal menghadapi kematian).

Kedelapan, sesungguhnya kalian sering sibuk mengurusi aib-aib orang lain (sering melakukan ghibah), tetapi kalian lalai memperhatikan aib-aib diri sendiri (tidak berusaha memperbaiki diri).

Kesembilan, sesungguhnya kalian memakan rezeki Allah SWT, tetapi kalian tidak mau bersyukur kepada-Nya (Syukur seorang hamba kepada Allah SWT adalah dengan cara biasa memuji Dia dengan sering menyebut-nyebut kebaikan-Nya, kemudian selalu berusaha tunduk dan taat kepada-Nya).

Kesepuluh, sesungguhnya kalian sering menguburkan orang-orang yang meninggal di antara kalian, namun kalian tidak mengambil ‘ibrah dan pelajaran dari kematian mereka. Kalian tidak berusaha menyadari. Padahal jika kalian menyadari, kalian akan merindukan apa yang diraih oleh pelaku kebajikan dan membenci apa yang didapat oleh pelaku keburukan.

(Lihat: An-Nawawi, Nasha’ih al-‘Ibad, hlm. 75).

Itulah sepuluh perkara yang membuat hati seorang Muslim menjadi mati. Semoga kita semua terjauhkan dari sepuluh perkara di atas. Tentu agar hati kita selalu hidup. Hati yang hidup akan selalu ringan dalam melakukan ketaatan kepada Allah SWT serta dalam meninggalkan ragam dosa dan kemaksiatan kepada-Nya. Dengan hati yang selalu hidup, doa-doa kita pun akan dikabulkan oleh Allah SWT. Aamiin.

Wa ma tawfiqi illa bilLah'alayhi tawakkaltu wa ilayhi unib. []


Oleh: Ustaz Arief B. Iskandar
(Khadim Ma'had Wakaf Darun Nahdhah al-Islamiyah Bogor)

Posting Komentar

0 Komentar