Menggali Potensi Diri Umat Islam dengan Ketaatan kepada Allah


Potensi diri merupakan kemampuan atau kekuatan diri seseorang baik yang belum terwujud maupun yang telah terwujud, akan tetapi belum sepenuhnya terlihat atau dipergunakan secara maksimal oleh seseorang. Oleh karena itu kita sebagai umat Islam wajib menggali potensi apa saja yang ada di dalam diri kita untuk meningkatkan ketatan kepada Allah SWT. Ketaatan seorang hamba pada Rabb-Nya diwujudkan dalam takwa. Patuh melaksanakan segala perintah-Nya, dan meninggalkan segenap larangan-Nya. 

Bagi kaum Muslim, ketaatan kepada Allah ini juga harus disertai ketaatan kepada Rasulullah. Sebagaimna firman Allah SWT. yang artinya: “Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa menetapi janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar.” [QS. Al-Fath: 10].

Dan juga firman-Nya:

   مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ 

Artinya: “Barangsiapa yang menta’ati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah.”  [QS. An-Nisaa: 80]

Ketaatan hanya akan terlaksana apabila seorang hamba memiliki keimanan. Allah dan Rasul-Nya tidak pernah memerintahkan keburukan bagi umat manusia. Apa yang tampak ganjil, apa yang tampak mustahil, apa yang tampak salah, hakikatnya tidak selalu demikian. Tugas seorang hamba adalah taat. Taat kepada apa yang Maha Cinta inginkan dengan segala kemaslahatan-Nya. 

Ajaran Islam adalah ajaran yang sempurna yang mengatur kehidupan manusia dari bangun tidur sampai tidur lagi dan Islam juga mengatur hubungan antara manusia dengan manusia yang lain termasuk taat pada hukum Allah. Taat pada hukum Allah merupakan suatu kewajiban mutlak yang tidak bisa ditawar-tawar oleh setiap insan ciptaan-Nya. Jika mengingkari, bahkan menolak hukum Allah, maka kesengsaraan dan kemurkaan Allah yang akan didapatkan dalam kehidupan, serta azab yang maha berat di hari pembalasan. Sebagaimana firman Allah:

       وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ

Artinya: ''Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.'' (QS 20:124)

Syariat Islam merupakan aturan hukum yang ditetapkan Allah untuk kemaslahatan umat manusia dalam kehidupan ini. Jika kita patuh dan taat terhadap aturan Allah, maka akan banyak hikmah yang akan kita dapatkan di dunia dan di akhirat kelak. Taat pada hukum Allah dengan menjalankan segala amal ibadah yang diperintahkan (amar makruf) baik ibadah mahdhah maupun ghairu mahdhah, juga meninggalkan segala yang dilarang (nahi munkar) sebagaimana ditegaskan dalam Al Quran, Hadits Nabi dan juga ijma’ sahabat. Ketaatan kepada Allah menempati posisi ketaatan tertinggi. Sebagai seorang muslim, tidak ada satu pun di dunia ini yang dapat mengalahkan ketaatan kita kepada Allah SWT. Saat Allah menginginkan sesuatu dari kita, harus menaati-Nya.

Inilah makna keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah. Menunaikan perintah Allah, dan menjauhi larangan-Nya merupakan cara menunjukkan ketaatan kepada Allah. Misalnya, menunaikan shalat, berpuasa, membayar zakat dan menunaikan ibadah haji. Begitu juga dengan larangan-larangan Allah, juga terdapat banyak hikmahnya, dan bertujuan untuk menjaga kehidupan, jiwa, harta, akal, kehormatan, martabat, sesuai maqashid syariah. “Hikmah taat untuk meninggalkan segala yang dilarang, akan mewujudkan keridhaan Allah. Hikmah itu datang belakangan, setelah kita patuhi. Tidak bisa didapatkan hikmah di awal, tapi kemudian, bisa di dunia atau di akhirat. 

Sebagaimana firman Allah yang artinya: ''Jika sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pastilah kami akan limpahkan kepada mereka keberkahan dari atas langit dan dari perut bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami), maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.'' (QS Al-A’raaf: 96).[]

Oleh: Milawati
(Aktivis Back to Muslim Community)

Posting Komentar

0 Komentar