Ibu Visioner Tak Menginginkan Kerugian


Dunia adalah tempat persinggahan yang sangat singkat. Apalagi jika dibandingkan dengan waktu akhirat, perbandingannya dapat ditemukan pada firman Allah SWT:

تَعۡرُجُ الۡمَلٰٓٮِٕكَةُ وَ الرُّوۡحُ اِلَيۡهِ فِىۡ يَوۡمٍ كَانَ مِقۡدَارُهٗ خَمۡسِيۡنَ اَلۡفَ سَنَةٍ‌ۚ‏

Artinya: “Para malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun.” (TQS al-Ma’arij: 4)

Sehingga seseorang yang dikaruniai umur 70 tahun hidup di dunia, hanya akan merasakan hidup 2 menit, 1 detik saja.

Allah SWT juga berfirman:

وَالْعَصْرِ () إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ () إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ ()

Artinya: “Demi Masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat menasehati supaya menta’ati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (TQS al-Asr: 1-3)

Berangkat dari kedua dalil di atas, seorang ibu visioner yang memiliki visi mulia terhadap anak-anaknya akan menentukan ikhtiarnya di dalam mendidik anak-anaknya. Anak bukanlah pihak yang terabaikan dengan segala rutinitas dunia yang disadarinya bagaikan kehidupan fatamorgana. Keberadaan anak akan dipersiapkan posisinya menjadi pribadi yang cerdas di mata Pencipta.

Rasulullah SAW bersabda,

أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا, أُولَئِكَ أَكْيَاسٌ

Artinya: “Yang paling banyak mengingat mati dan yang paling banyak mempersiapkan kehidupan setelah mati, itulah yang paling cerdas.” (HR Ibnu Majah, Thabrani dan Al Haitsamiy)

Oleh karena itu, seorang ibu visioner akan senantiasa mempersiapkan anak-anaknya untuk hadir di tengah-tengah umat menjadi generasi terbaik yang senantiasa menyeru manusia kepada alkhoir (Islam), beramar ma’ruf nahi mungkar dan mengimani Allah SWT tanpa memperhatikan ridhonya segala jenis makhluk di dunia, karena yang menjadi tujuannya adalah keridhoan dari Allah SWT sebagai pencipta dan pengaturnya.

Tak dapat dipungkiri, ini merupakan tugas yang berat dan panjang. Namun anak adalah amanah yang dari lahirnya paling dekat dengan ibunya tanpa mengesampingkan peranan dari ayah. Tugas ibu sebagai madrasah pertama di dalam kehidupan akan memiliki peranan yang sangat besar dalam menentukan pola fikir, karakter dan kepribadian dari seorang anak. 

Segala halangan diri yang terdapat pada diri seorang ibu harus ditutupi dengan pemahaman Islam yang benar, karena seorang ibu visioner akan memahami bahwa mengubah karakter yang telah terbangun pada diri seorang anak lebih sulit pada saat membentuknya. 

Seluruh ajaran Islam yang mulia tanpa terkecuali akan menjadi kurikulum dari seorang ibu visioner, termasuk dalam menegakkan khilafah yang menjadi Taajul Furudh. Seorang ibu visioner memahami betul bahwa kebenaran akan dapat ditegakkan dengan sempurna dengan sistem Islam dalam bingkai khilafah ‘ala minhajin nubuwwah sebagaimana yang pernah ditegakkan oleh Rasulullah SAW di madinah pada tahun pertama hijriyah. Bahkan ulama madzhab yang empat tidak ada yang berbeda pendapat tentang kewajiban akan menegakkannya.

Pada saat anak menempatkan dunia dan seisinya berada di genggaman, ridho Allah yang menjadi tujuan utama maka pada saat itulah seorang ibu visioner telah berhasil mewujudkan keinginan mereka yang jauh dari kerugian, sebagaimana firman Allah SWT:

جَزَآؤُهُمۡ عِنۡدَ رَبِّهِمۡ جَنّٰتُ عَدۡنٍ تَجۡرِىۡ مِنۡ تَحۡتِهَا الۡاَنۡهٰرُ خٰلِدِيۡنَ فِيۡهَاۤ اَبَدًا ‌ؕ رَضِىَ اللّٰهُ عَنۡهُمۡ وَرَضُوۡا عَنۡهُ ‌ؕ ذٰلِكَ لِمَنۡ خَشِىَ رَبَّهٗ

Artinya: “Balasan mereka di sisi Tuhan mereka adalah surga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridho terhadap mereka dan merekapun ridho kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.” (TQS Al Bayyinah: 8) []

Oleh: Novida Sari 
(Peserta Kelas Al Mar’atu Ash Shalihah di Bawah Asuhan Ustadzah Yanti Tanjung)

Posting Komentar

0 Komentar