Hujan adalah Berkah, Jangan Jadikan Musibah



[Sebuah Puisi Jawaban 'Apatah arti hujan untukku?']


Adalah bimbang laksana awan, bersungut diujung kabut, menampak pada cakrawala, memberi kabar pada angkasa. Wahai diri yang termenung dalam bilik dan mengunci diri ? Keluarlah ! Songsong langit, yang tak akan pernah runtuh meski kilat membelah dan petir menyambar.

Tak perlu berteriak, bahkan dalam bisik pun tak layak engkau bertanya. Bilakah esok tiba ? Bilakah mentari menyembul di ufuk ? Ketahuilah ! Semakin pekat malam, semakin dekat fajar, semakin jelas matahari pagi pasti akan bersinar menyingkap kegelapan, mengusir kegundahan.

Basahilah hati dengan kalimat syukur, kerena ia ibarat hujan deras yang tak mungkin menyisakan se inchi pun tanah sisa kemarau. Angin taupan, puting beliung, bahkan badai Corona pun pasti berlalu. Tapi jangan pernah biarkan iman dan rasa syukur hinggap hanya sekejap, luntur dibilas oleh kegelisahan dan putus asa.

Cinta adalah asa yang selalu menyala, cinta bukan soal realitas terindera. Cinta adalah soal penghambaan paripurna kepada-Nya dan yakin akan bertemu wajah-Nya dihari saat cinta memadu kasih, menyatukan hasyrat antara hamba dan pencipta,

Bersandar lah pada dzat yang tak butuh bersandar. Bergantung lah pada dzat yang tak butuh bergantung. Menepilah jika lelah, tapi bukan kembali dan memutar arah. Kita telah melangkah jauh, kebih jauh dari kejahilan yang telah kita tinggalkan. Lebih dekat pada cahaya dan kebenaran yang kita idamkan.

Abaikan rintikan hujan itu, bahkan tak usah hiraukan derasnya air mengguyur. Fokuslah pada bisikan, yang berulangkali mengisyaratkan akan janji kebahagiaan yang hakiki, saat engkau mampu menatap wajahNya. Di hari pertemuan, saat semua beban dan derita, tak bersisa seolah tak pernah datang menyapa.

Lihatlah, betapa indahnya merpati terbang, bahagia dengan kedua sayapnya dan tak pernah merasa iri karena tak mampu berenang riang seperti ikan.

Lihatlah lembu-lembu, yang bahagia dengan rerumputan di hamparan, dan tak merasa iri pada seekor lebah yang sedang menghisap madu. Mereka masing-masing, bahagia dengan takdirnya.


Oleh: Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik
Bekasi, 28 Oktober 2020.

Posting Komentar

0 Komentar