Sepuluh Resep Tak Pusing Dapat Ide Cling




Pusing. Bingung. Ragu. Akhirnya, tulisan tak jadi. Hingga menyesal setengah mati. Pernahkah Anda bersua rasa yang mendera seperti ini?

Pusing karena sudah ingin menulis tapi tidak bertemu ide. Bingung, tersebab isi kepala mendesak ingin keluar tapi tak tahu dari mana menuliskannya. Atau ragu. Sudah dapat ide, tapi tidak percaya diri. Khawatir tulisan jelek. Tak disukai. 

Lantas, bagaimana cara menemukan sang ide? Menanti datang sendiri atau mencari ke sana ke mari?


Mencari dan Menangkap Ide

Ide menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah rancangan yang tersusun dalam pikiran, gagasan. Sejatinya, Allah Swt sebagai pemilik dan pemberi ide telah menebarkan sumber dasar ide yaitu ayat-ayat-Nya ke seluruh penjuru alam raya. Ayat atau tanda kebesaran-Nya berupa penciptaan manusia, alam semesta dan kehidupan. Inilah sumber dasar ide yang tak pernah habis selama roda kehidupan berputar. 

Ide tulisan bahkan  menempel di diri kita. Kita bisa menuangkan perihal penciptaan diri, pengalaman hidup semanis madu atau sepahit jamu, apa yang dikuasai, yang disukai. Terlebih, alam semesta yang ada di sekitar kita. Ada begitu banyak ide di baliknya. Melimpah ruah. Tentang penciptaan hewan dan tumbuhan, fenomena alam: banjir, gempa, dst. 

Melongok kehidupan yang beredar, begitu banyak ide yang bakal terlontar. Tentang permasalahan sekitar, gejolak sosial politik, dll. Sehingga mestinya tak bakal mengeluh susah mencari atau kehabisan ide. 

Dalam penciptaan-Nya inilah lahan subur bagi lahirnya bayi bernama ide. Di sini, ide biasa menggeliat atau melintas. Tinggal, kecekatan kita untuk menangkap dan mengolahnya menjadi karya yang enak dibaca.

Untuk menangkap ide, diperlukan adanya kepekaan menangkap isyarat-isyarat kreatif yang kita lihat dan kemampuan membayangkannya untuk dijadikan tulisan. Sensitivitas yang tentunya bisa dilatih dan dibiasakan dengan aktivitas menulis itu sendiri. 

Bicara tentang kemunculan ide. Kadangkala ide itu tiba-tiba muncul. Pun segera lenyap. Datang tanpa diundang. Pergi tanpa permisi. Kemunculannya bisa di tempat manapun. Saat asyik mengaduk bahan masakan di wajan,  menyendiri di sudut kamar, atau bahkan di tengah keramaian seperti di terminal dan di pasar. Maka sebelum lenyap, tangkap! Hap! Tuliskan. Di selembar kertas atau dalam catatan gawai.

Sebagaimana Allah Swt telah menebar sumber dasar ide di seluruh jagat raya, Ia pun telah mengajari hamba-Nya untuk menangkap ide tersebut. Ingat perintah Allah Swt dalam Q.S. Al Alaq? Wahyu pertama-Nya bagi Rasulullah Saw adalah iqro'! "Iqro' bismirobbikalladzii kholaq, bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan." (QS. Al Alaq:1).

Setelahnya, Allah Swt dalam Q.S. Al Alaq:4 menyatakan, "Alladzii 'allama bil qolam, yang mengajar manusia dengan perantaraan qolam." Ayat ini menerangkan bahwa manusia dapat mempelajari ilmu Allah dengan perantaraan. Dalam Zubdatut Tafsir dijelaskan, yakni mengajarkan manusia dengan pena. 

Qolam ialah media tulisan yang memberikan informasi pada manusia tentang bagaimana menjalankan ajaran agama sesuai aturan-Nya. Oleh karena itu, Allah mengawali dakwah Islam dengan seruan dan ajakan untuk membaca dan menulis tersebab di dalamnya terkandung manfaat sangat besar. 

Jadi, cara menangkap ide yang bertebaran adalah dengan membaca. Makna membaca di sini tak terbatas pada wacana, pun fenomena. Wacana adalah satuan bahasa terlengkap yang direalisasikan dalam bentuk karangan/laporan, seperti buku, artikel, novel, dll. Adapun fenomena merupakan hal-hal yang dapat disaksikan dengan pancaindra, fakta. Jelaslah bahwa membaca merupakan aktivitas penting agar ide bersanding, tulisan bisa "berbunyi" nyaring. 


Resep Agar Tak Pusing Dapat Ide Cling 

Berikut ini beberapa kiat agar kita tak tersandera oleh rasa pusing dalam mendapatkan ide: 

Pertama, rajin membaca. Membaca dan menulis adalah satu paket. Bagaimana mampu menulis, jika membaca saja tak disanggupi. Jangankan menulis, kurang membaca berakibat susah memahami bacaan. Menurut Habiburrahman El Shirazy, resep menulis itu ada sepuluh. Yaitu membaca, membaca, membaca, membaca, membaca, membaca, membaca, membaca, membaca dan membaca.

Kedua, tuliskan apa yang dirasakan. Ini merupakan cara termudah mendapatkan ide. Ungkapkan perasaan dalam dalam bentuk tulisan. Sedang galau menyaksikan keadaan yang tak kunjung lepas dari kemaksiatan, tuliskan. Lanjut dengan pandangan ajaran Islam tentang hal ini. Sudah jadi goresan bernilai dakwah. 

Ketiga, berdiskusi dengan orang lain. Ide akan muncul kala kita bertukar pikiran dengan kawan. Tentang permasalahan yang sering terjadi atau trending topic. Tak hanya informasi, inspirasi juga akan didapatkan. 

Keempat, selesaikan pekerjaan lain terlebih dulu. Tak semua manusia mampu melakukan multi tasking. Terlebih menulis itu membutuhkan waktu khusus agar fokus. Kian nyaman, makin mudah menyusun kata-kata menjadi tulisan menarik. 

Kelima, pastikan pikiran tenang. Hal ini akan membuat pikiran jernih. Mungkin bisa diupayakan dengan jalan santai, mendengarkan musik, pejamkan mata, hembuskan nafas. Satu, dua, tiga, lega! Kondisi tenang merupakan langkah persiapan konsentrasi.

Keenam, bergabung dalam komunitas/forum menulis. Ada banyak hal yang didapatkan dari interaksi bersama teman se-komunitas. Tak hanya berbagi ilmu, motivasi dan semangat, ide pun terpantik.

Ketujuh, membuat artikel tentang kesalahan. Kesalahan yang pernah kita buat adalah pembelajaran bagi orang lain. Pun orang lain akan tertarik membacanya agar tak mengulang kesalahan yang sama. Contoh, tulisan tentang Sepuluh Kesalahan Penulis Pemula. 

Kedelapan, perhatikan media sosial. Media sosial menyediakan berbagai informasi. Berbagai ide pasti akan bermunculan setelah mengikuti konten-kontennya.

Kesembilan, menulis ulang artikel orang lain. Meskipun cara ini cenderung beresiko. Jika tak berhati-hati, akan terjebak pada copy paste. Agar "aman", cari ide (tema) saja atau ambil beberapa kutipan kemudian digabungkan dengan informasi lain, lalu tuliskan dengan bahasa kita sendiri. 

Kesepuluh, tulislah!
Daripada pusing terus, solusi mujarab yang sederhana adalah "Menulis adalah menulis, adalah menulis, adalah menulis, adalah menulis, adalah menulis, adalah menulis..." (Gertrude Stein, penulis Amerika). Bahkan saat Anda pusing untuk menulispun, Anda masih tetap bisa menuliskan rasa pusing Anda. Inilah keunikan aktivitas menulis. Jadi? Menulislah!

Oleh: Puspita Satyawati
(Penulis Lepas, Fasilitator di Kelas Jurnalistik Dakwah) 

Posting Komentar

0 Komentar