Bagaimana Menyiapkan Anak Menuju Baligh?



Tanya

Assalamu'alaikum, Ustazah. Saya ibu dua anak. Pelajaran apa yang sebaiknya lebih dulu kita ajarkan sebelum anak baligh? Tentang akidah atau akhlak dulu? Alhamdulillah untuk kewajiban menutup aurat, anak saya sudah tahu. Saya bingung juga ini, sebagai ibu dengan ilmu agama yang masih minim tapi berusaha menjadi contoh yang baik untuk anak-anak saya. Terima kasih. (Bunda Y, Jogja) 


Jawab

Wa alaikumussalam. Bunda Y yang disayang Allah, betul bahwa mendidik anak adalah tanggung jawab orang tua, terlebih bagi ibu. Sebagaimana ungkapan 'Ummun madrosatun', ibu adalah sekolah (guru) bagi putra-putrinya. 

Salah satu tugas orang tua (ibu) adalah menyiapkan ananda agar di usia baligh (dewasa), pertama, telah memahami identitas/jati dirinya sebagai muslim. Kedua, memahami tujuan hidup adalah untuk beribadah pada Allah. Ketiga, siap menjalankan aturan Allah. 

Karena saat ananda telah baligh, ia berstatus sebagai mukallaf (orang yang dikenai taklif/beban hukum oleh Allah). Sebagaimana orang tuanya, ia harus siap mengikuti perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya. Tak boleh ditawar atau dipilih-pilih. Berapapun usia si anak.

Sejak kapan penyiapan ini dilakukan? Semakin dini anak disiapkan, in syaa Allah kian baik proses dan hasilnya. Karena mendidik anak tak bisa mendadak atau seketika. Butuh proses lama, bahkan bisa jadi melelahkan. Tak bisa misalnya, hari ini ananda dapat haid, statusnya telah baligh, lantas baru diberitahu tentang kewajiban dalam beragama. Wajib menutup aurat, sholat lima waktu, dst. Betapa berat anak akan melaksanakannya.

Beri kesempatan anak berproses dalam waktu yang cukup. Dalam proses itu, orang tua mengisinya dengan aktivitas memahamkan, membiasakan, mengarahkan, mendampingi, mengontrol, mengevaluasi. Juga yang tak kalah penting adalah memberikan teladan baik kepada ananda. 

Hal pertama yang ditanamkan kepada ananda adalah perkara akidah/keimanan. Ananda dikenalkan dengan keberadaan Allah, Allah yang menciptakan manusia dan alam semesta, Allah yang membuat aturan untuk manusia, dan seterusnya. Tentunya hal tersebut disampaikan sesuai tahapan tumbuh kembang ananda.

Seiringnya, ananda diajak taat pada-Nya. Dilatih menjalankan kewajiban dari Allah seperti sholat, menutup aurat, puasa, dll. Sehingga menjadi kebiasaan. Juga dididik tentang akhlakul karimah (adab) sebagai perhiasan muslim. Contoh, bersikap jujur, hormat pada yang lebih tua, dan lain-lain. Juga bekal ilmu-ilmu lainnya. 


Untuk hasil terbaik, proses ini mesti dijalankan secara konsisten dan terus menerus. Hingga saat baligh, ananda sudah memahami sebagai kewajiban dari Allah yang harus ditunaikan. Merasa ringan menjalankan karena telah menjadi kebiasaan. Bukan beban. Apalagi pengekangan.

Kelalaian orang tua dalam hal ini akan berakibat saat ananda baligh, ia hanya baligh secara fisik namun tidak dewasa secara akal. Idealnya, saat fisik dewasa, akalnya juga. Maka ada istilah akil baligh. Sayangnya, hari ini kita masih temukan banyak remaja "nakal," gaul bebas, tawuran, narkoba, dll. berdalih pencarian jati diri. Harusnya proses pembentukan jati diri remaja muslim telah selesai sebelum ia baligh. 

Jika saat baligh, ananda telah memahami tugas-tugas kehambaannya, in syaa Allah proses pembinaan selanjutnya pun lebih mudah. Karena ia sudah paham untuk menjaga diri dengan Islam. Tugas orang tua di masa pasca balighnya, untuk senantiasa mengawal dan mendampingi dengan pemahaman Islam kafah dan ideologis. 

Demikian ya Bunda Y. Semoga Allah mudahkan kita dalam membersamai dan mendidik putra-putri tercinta.[]


Oleh: Puspita Satyawati
Analis Politik dan Media dan Founder Majelis Qonitaat

Posting Komentar

0 Komentar