Agar Tak Terjebak Sindrom 'Pada Hari Minggu' (Macam-Macam Teras Berita)


Pada hari Minggu kuturut ayah ke kota/ Naik delman istimewa kududuk di muka//

Di samping Pak Kusir yang sedang bekerja/ Menggendalikan kuda supaya baik jalannya//

Tuk, tik tak, tik tuk, tik tak, tik tuk..../ Tuk, tik tak, tik tuk, suara sepatu kuda//

 

Lagu di atas sudah tidak asing lagi di telinga kita, bahkan banyak di antara kita yang sudah hafal sejak kecil. Maka ketika membuat berita,  memori di bawah alam sadar kita pun muncul sehingga “waktu” atau when (kapan) menjadi kalimat awal yang dituliskan dalam teras (lead). Bila mayoritas tulisan kita diawali dengan teras waktu, berarti kita terkena sindrom Pada Hari Minggu.  

Sebenarnya bukan tidak boleh menggunakan “waktu” sebagai kalimat awal dalam pemberitaan, baik straight news (berita lugas/rekonstruksi kejadian yang langsung pada pokok permasalahan) maupun feature (karangan khas/rekonstruksi kejadian yang dikemas dalam bentuk cerita). Tetapi lebih pas teras waktu (when lead) digunakan bila memang “waktu” itu benar-benar penting atau sangat menentukan dalam rekonstruksi kejadian yang kita tuliskan. Misal, gol yang dicetak beberapa detik sebelum permainan bola berakhir. Maka when lead lebih pas digunakan, untuk menunjukkan bahwa gol itu nyaris tidak sah.

Dari rumus 5 W 1 H saja sudah dapat menghasilkan minimal enam macam teras berita, yaitu: lead: who (siapa), what (ngapain/apa), where (di mana), why (mengapa), how (bagaimana ceritanya) dan tentu saja when (kapan) alias lead waktu. Tapi seperti yang sudah di singgung di awal, jangan sampai terjebak pada sindrom 'Pada Hari Minggu'.

Agar terbebas dari sindrom Pada Hari Minggu, selain menggunakan lead lain (selain lead waktu) pada rumus 5 W 1 H di atas, kita bisa juga membaca dan mempelajari berbagai macam teras (lead) lainnya. Beberapa contoh di bawah ini semoga dapat membantu.

 

Contoh-Contoh Teras

 

a. Ringkasan. Seperti namanya, teras ini berupa ringkasan, sehingga pembaca langsung tahu maksud dan tujuannya sejak di awal paragraf. Cocok ditulis bagi yang ingin menyampaikan pesan langsung pada pokok permasalahan baik dalam bentuk straight news maupun feature.

Contoh:          

Tadinya kiai muda ini mengira syariah dan khilafah hanyalah teori dalam kitab kuning yang tidak mungkin diterapkan, namun setelah berinteraksi dengan Hizbut Tahrir ia pun meyakini syariah dan khilafah akan tegak, dengan atau tanpa dukungannya. (MU 62 SOSOK KH Abdullah [Pimpinan Ponpes Nurul Ulum Jember] Kiai Pejuang Khilafah dari Kota Santri)

Aku disuruh taubat ketika terjebak maksiat. Tapi malah disebut sesat ketika taubat. Tapi aku tetap membulatkan tekat hingga keluargaku pun turut menjadi pejuang syariat. (MU 48 SOSOK: Faisal Rahmat Sitohang [Aktivis HTI Medan] Dari Maksiat Berubah jadi Pejuang Syariat)

b. Bercerita. Menggambarkan satu adegan tertentu saja ---suatu kejadian pada waktu tertentu dengan mendeskripsikan orang dan setting tempat tertentu secara detail. Cocok ditulis bagi yang ingin menyampaikan kronologis kejadian.

Contoh:

Puluhan anak-anak begitu gembira saat mereka turun dari kendaraan dan disambut Lengser (salah satu tarian penyambutan) dengan iringan musik tradisional Sunda. Suasana tegang bakda shubuh ketika dikhitan langsung sirna. Wajah mereka ceria secerah pagi itu di bebukitan Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat yang masih asri. (MU 47 ANJANGSANA: Yayasan Islam Al Ittihad Jatinangor Sumedang: Memuliakan Fakir Miskin)

Langkahnya kecil-kecil, perlahan dan sangat hati-hati. Bahkan ketika akan menaiki minibus Kopaja, ia tertegun sejenak, melihat pijakan kaki pintu yang tingginya 30 cm di atas jalan. Sebenarnya, ketinggian seperti itu bagi anak kecil pun tidak ada masalah. Namun bagi seorang ibu yang baru melahirkan, merupakan masalah yang sangat besar. Maka dengan sigap, suaminya langsung menggendongnya masuk ke dalam Kopaja. (Alwaie Edisi Khusus 131 “Kita akan Dukung Terus Hizbut Tahrir”)

c. Deskriptif. Sekilas mirip dengan bercerita. Tapi bagi yang jeli dapat menangkap perbedaannya. Bila bercerita terikat dengan satu adegan, sedangkan deskriptif tidak boleh terikat dengan satu adegan. Teras ini cocok bagi penulis yang ingin memberikan gambaran umum terkait subyek beritanya.

Contoh:

Meski sudah melahirkan tiga orang anak, penampilannya masih tomboy: pakai kaos, celana jeans dan sepatu sket bila bepergian. Bila sekedar berada di sekitar rumah atau ke warung, celana pendek dan kaos menjadi favoritnya. “Malu pakai baju perempuan, apalagi pakai kerudung,” ujar Nur Aliyah, warga Jagakarsa, Jakarta Selatan. (Alwaie Edisi Khusus 131 SOSOK: Nur Aliyah [Warga Jagakarsa] Dulu Tomboy, Kini Aktivis Dakwah)

Kata umpatan dan makian sering ia lontarkan ketika berdiskusi melalui internet dengan perempuan yang selalu merujuk pada Al-Qur’an itu. Di antaranya: Kamu gila sama buku kamu; Kamu sudah menikah dengan buku! Lebih baik tidak usah menikah dengan laki-laki; dan Kamu gila, kamu sesat. “Saya chatting di internet ini untuk cari istri bukan cari buku,” hardik Reed dalam bahasa Inggris pada perempuan yang kelak menjadi istrinya itu. (MU 46 SOSOK: Sabastian Reed [Mualaf Asal Australia] Jodoh Membawa Hidayah)

d. Pertanyaan. Seperti namanya, teras ini dimulai dengan kalimat tanya. Lihat contoh yang digarisbawahi. Tujuannya, untuk menyambungkan informasi yang akan disampaikan dengan informasi yang ada di benak pembaca.

Contoh:

Masih ingat Idries De Vries? Mualaf asal Belanda. Kisah masuk Islamnya pernah dimuat Media Umat pada edisi 8. Pada 2002, saat usainya 24 tahun, ia mengucapkan dua kalimat syahadat lantaran membaca terjemah Al-Qur’an Surat Maryam mengenai perkataan-perkataan yang diucapkan kaum Nasrani tentang Nabi Isa as serta ke-Mahakuasaan Allah SWT untuk menciptakan segala sesuatu, termasuk menciptakan Nabi Isa as tanpa bapak biologis. (MU 55 SOSOK Idries De Vries [Mualaf Asal Belanda] Belajar Bahasa Arab untuk Dekati Allah)

Siapa yang tidak takut masuk ke medang perang? Wajar jika rasa itu ada. Tapi dari pengalaman di Maluku, saya sudah membangun pandangan  bahwa kematian itu hanya ditentukan oleh Allah SWT. Dan kematian yang paling mulia itu syahid. Itu besar faidahnya bagi kita dan keluarga kita. Tapi tentu jangan asal mau mati syahid tanpa ada persiapan dan tahu syariatnya. (MU SOSOK dr Joserizal Jurnalis [Ketua Presidium MerC] Hidup Jadi Lebih Mudah)

e. Menuding. Dicirikan dengan menyebut (menuding) pembaca pada awal kalimat dengan menyebutkan kata ganti pembaca, misalnya, anda, kamu dan lain-lain. Tujuannya sama dengan teras pertanyaan. Bentuknya bisa kalimat seru atau juga kalimat tanya. Bedanya dalam teras pertanyaan tidak menyinggung kata ganti pembaca.

Contoh:

Pernahkah Anda membayangkan bagaimana sulitnya seorang tunanetra mencari buku yang dapat dibaca?  Tentu saja buku yang dimaksud adalah buku dengan huruf  Braille, sejenis sistem tulisan sentuh yang digunakan oleh orang buta. Maka pernah tercetus dalam benakku untuk mencoba mengonversi kitab-kitab Hizbut Tahrir dalam versi Braille namun urung kulakukan lantaran terkendala kepraktisan dan biaya. 

Bayangkan, Al-Qur’an saja yang mushaf-nya bisa Anda masukkan dalam saku atau bahkan dalam program di HP, maka 30 juz Al-Qur’an Braille terdiri dari 30 jilid. Bila ditumpuk besar dan tebalnya setara dengan satu dus televisi 21 inci. Harganya pun tidak murah. Perjilidnya sekitar 1,25 juta rupiah. Jadi kalau ingin mendapatkan 30 jilid, sekitar 37,5 juta uang yang harus dikeluarkan. (MU 51 SOSOK: Entis Sutisna [DPP Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia] Pejuang Khilafah dalam Gelapnya Dunia)

f. Kutipan. Dicirikan dengan mengutip pernyataan subyek tulisan yang dianggap menarik atau pun penting. Teras ini serinh juga digunakan untuk menulis straight news.

“Kalau topeng demokrasi dapat kita runtuhkan maka besok khilafah dapat ditegakkan serta jangan lagi kita robah jalan hidup kita, ihdinash shiraathal mustaqiim.” (MU 97 SOSOK: Uu Hamidy [Budayawan Melayu] Melayu Butuh Solusi Namun Bukan Demokrasi)

f. Gabungan. Kombinasi dari beberapa teras. Tujuannya untuk menyatukan kekuatan masing masing teras yang disatukan.

Contoh: gabungan cerita dan ringkasan.

Kapal pun berlabuh di Bahrain. Salah seorang penduduk Bahrain menanyakan darimana asalnya.  Ia menjawab “I’m from Indonesia.” Kemudian si penyapa pun berkata, “Indonesia? Oh, you are my brother!” Ia bingung, kenapa dirinya dianggap saudara. Kebingungannya terjawab kelak setelah ia masuk Islam. (MU 56 SOSOK: I Gusti Oka [Mualaf Asal Bali] Menuju Kobe, Hatinya Berlabuh pada Islam)

 

Contoh: gabungan kutipan dan cerita.

“Hidup sejahtera di bawah naungan khilafah,” dengan senandung khas logat Arab-Aceh Gayolues, para penari saman yang terus bergerak cepat dan serentak mengikuti irama musik yang harmonis. Tarian yang seolah digerakan oleh satu tubuh karya ulama Aceh Syaikh Saman itu mengawali acara Konferensi Rajab 1432 H, Rabu (29/6) pagi di Stadion Lebak Bulus, Jakarta. (mediaumat.com [1/7/2011] Puncak Gempita Konferensi Rajab 1432 H)

 

Bagaimana? Sudah ada bayangan untuk membuat lead dalam tulisan Anda? Selamat mencoba!

 

Oleh: Joko Prasetyo, angkatan pertama (1998) Ilmu Jurnalistik Fakultas Dakwah  UIN Sunan Gunung Djati Bandung

 

 

 

Posting Komentar

0 Komentar