Pengemban Dakwah Khilafah Tak Boleh Takut dan Gentar



Tak habis pikir, bisa-bisanya ada orang yang mengaku dirinya Muslim, namun, tak bisa menjaga lisan ketika bicara. Kata-kata umpatan, caci maki bahkan hinaan mengalir saja dari mulut yang tak bertulang itu kepada Muslim lainnya. Mungkin, tak pantas saja, saya sebutkan kata-kata yang membuat sakit hati. Tak hanya itu saja, terhadap ajaran Islamnya sendiri alergi bahkan benci. Mereka seringkali membantah dengan hujjah yang salah. Padahal, mereka tahu betul yang dibantah itu benar adanya.

Kebencian mereka pun semakin menjadi, ketika mendengar kata ‘khilafah’. Bahkan, ketika hadir film dokumenter sejarah Jejak Khilafah di Nusantara (JKdN), mereka tak terima. Segala cara dilakukan agar film ini tidak bisa tayang dan mereka pun gencar mengopinikan bahwa film JKdN ini penuh kebohongan.Tapi tetap saja, bagaimana pun kebenaran itu dikaburkan bahkan dikubur, akhirnya akan terbuka nyata. 

Ada apa dengan kata khilafah? Apakah ada yang salah? Mengapa sampai alergi dengan kata itu? Jika pun salah sebelah mana? Sampai-sampai ajaran Islam ini mereka sejajarkan dengan ajaran PKI yang jelas-jelas sangat biadab. Astaghfirullah

Padahal, khilafah itu bagian dari ajaran Islam. Sebagaimana shalat yang merupakan ajaran Islam di bidang ibadah mahdhah, khilafah adalah ajaran Islam di bidang pemerintahan. Karena, ajaran Islam itu tak hanya menyangkut hubungan manusia dengan Tuhannya (shalat, zakat, puasa, haji dan lainnya), tapi menyangkut juga hubungan manusia dengan dirinya (makanan, pakaian, minuman dan lainnya), serta hubungan manusia dengan sesama manusia (ekonomi/jual beli, pemerintahan/khilafah, sanksi/uqubah dan lainnya).

Di dalam Al-Qur’an banyak ayat yang mewajibkan penerapan syariat Islam secara kaffah. Dalam hadits sangat banyak penjelasan tentang wajibnya pembaiatan khalifah (kepala negara Islam) serta khilafah (sistem pemerintahan Islam). Para ulama 4 mazhab saja, sepakat wajibnya menegakkan khilafah. Mereka menyatakannnya sebagai fardhu kifayah. Bahkan ada yang menyebut sebagai tajul furudh, mahkota kewajiban. Karena syariat Islam tak bisa kaffah ditegakkan tanpa tegaknya khilafah.

Tidakkah mereka bisa berfikir jernih. Ketika mereka anti terhadap sebagian ajaran Islam, seperti khilafah, sebenarnya mereka telah melecehkan dan menista ajaran Islam dan bisa jadi mereka telah keluar dari Islam, tapi mereka tidak menyadari itu sebagai sebuah dosa. Seperti yang disampaikan Syaikh Abdullah bin Husain bin Thahir al-Ba’alawi al-Hadhrami asy-Syafi’i (w. 1272 H) dalam kitabnya Sullam at-Tawfîq, “Setiap Muslim wajib menjaga dan melindungi keislamannya dari apa saja yang merusak, membatalkan dan memutusnya, yaitu riddah, wa al-‘iyâdz billâh." Naudzubillahi mindzalik.

Sebenarnya melecehkan dan menistakan agama (Islam) itu merupakan perilaku orang-orang kafir dengan dendam kesumat kepada kaum Muslim dan ajarannya serta para munafik yang mengaku dirinya Muslim sebagai kaki tangannya. Para kafir penjajah tahu betul khilafah Islam itu ancaman nyata bagi mereka. Jika khilafah tegak, pastinya eksistensi mereka sebagai negara adidaya yang menguasai dunia akan lenyap seketika.

Bagaimana pun caranya, mereka akan terus berusaha mencari celah untuk menghadang tegaknya kekhilafahan Islam. Salah satunya dengan mengkriminalisasi para ulama, mempersekusi  para pengemban dakwah khilafah dan tak henti-hentinya mereka menghembuskan keraguan agar umat Islamofobia dengan ajarannya sendiri. Memang, inilah masa terberat kaum Muslimin. Penderitaan kita di tanah air belum seberapa dibandingkan dengan saudara Muslim kita di belahan dunia lainnya. Mereka dianiaya, dibunuh, para perempuannya diperkosa dan masih banyak penderitaan lainnya.

Memang,  jalan dakwah itu terasa sangat berat. Seorang pengemban dakwah, pasti akan melaluinya. Bahkan, Rasulullah SAW dan para sahabat saja, telah melalui fase ini. Tentunya, dakwah itu membutuhkan pengorbanaan dan kesiapan dari para pengembannya baik harta, tenaga, jiwa maupun raga. Para pengemban  dakwah yang sedang berjuang  demi melanjutkan kembali kehidupan Islam tak boleh takut dan gentar, walaupun bahaya akan selalu datang menghampiri kapan saja, di mana saja kita berada. Yakinlah pertolongan Allah akan segera tiba. Akan tiba saatnya musuh-musuh Islam hancur dan bertekuk lutut serta khilafah Islam akan tegak kembali, atas seizin Allah SWT.
Namun, sembari menunggu pertolongan Allah itu datang, para pengemban dakwah harus bersabar dengan terus melakukan instrospeksi diri, disertai kepatuhan akan perintah dan larangan Allah serta bertawakal  kepada-Nya.  Bahkan, harus senantiasa konsisten dalam memegang  kebenaran, istiqamah di jalan dakwah, seperti  kokohnya sebuah gunung yang tinggi menjulang. 

Mereka tidak akan terpengaruh oleh caci maki, hinaan, umpatan orang-orang yang benci dan alergi terhadap Islam dan ajarannya. Tetap saja, kedua kakinya tetap akan melangkah dalam kebenaran. Mereka terus menyerukan kepada yang makruf dan mencegah kemunkaran dan matanya senantiasa menatap nun jauh ke negeri akhirat, tempat manusia akan kembali, dengan berharap mendapatkan Surganya Allah SWT.

Selain itu, yakinlah bahwa khilafah akan kembali seizin Allah SWT. Hendaklah itu sebagai penyemangat dan memotivasi akan kerinduan kita pada tegaknya khilafah Islam di muka bumi ini. 

Seperti yang dijelaskan dalam Hadits Riwayat Ahmad, Abu Dawud ath-Thayalisi dan al-Bazzar, “Di tengah-tengah kalian terdapat zaman kenabian. Ia ada dan atas izin Allah akan tetap ada. Lalu Allah akan mengangkat zaman itu jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian. Ia ada dan atas izin Allah akan tetap ada. Lalu Allah akan mengangkat zaman itu jika Dia berkehendak mengangkatnya. Lalu akan ada kekuasaan yang zalim. Ia juga ada dan atas izin Allah akan tetap ada. Kemudian Allah akan mengangkat zaman itu jika Dia berkehendak mengangkatnya.  Lalu akan ada kekuasaan diktator yang menyengsarakan. Ia juga ada dan atas izin Alah akan tetap ada. Selanjutnya akan ada kembali Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian.”  

Tak hanya itu, para pengemban dakwah khilafah pun harus senantiasa meraih pertolongan Allah SWT. Hiasi hari-hari dengan  lebih mendekatkan diri kepada Allah seraya memohon pertolongan kepada-Nya. Ingatlah, siapa saja yang berada dalam kebenaran dan terus membela agama Allah, dia tidak akan pernah dihinakan. Sebaliknya, siapa saja yang  menghinakan agama Allah, dia dalam kesesatan yang nyata dan  tidak  akan pernah  ditolong Allah. []


Oleh: Siti Aisyah
Koordinator Kepenulisan Komunitas Muslimah Menulis (KMM) Depok



Posting Komentar

0 Komentar