Meski Pandemi Corona, Mimpi Besar Remaja Jangan Sirna



Pandemi Corona telah menyisakan efek domino  begitu rupa. Dampak bagi siswa (remaja) antara lain, belajar dilakukan daring di rumah masing-masing, minim interaksi dengan teman sebaya dan guru, serta berbagai keterbatasan lainnya. 

Meski Corona telah menghilangkan banyak nyawa, namun semangat meraih cita-cita di masa pandemi ini jangan pernah sirna. Apalagi bagi remaja muslim, yang idealnya memiliki mimpi besar demi kemuliaan Islam dan kaum muslimin. Menjadi tugas remaja merawat mimpi besarnya dengan dukungan orang tua. 

Apa itu mimpi besar? Bagaimana cara remaja meraihnya? 


Remaja, Miliki Cita-cita! 

"Apa cita-citamu?" Pertanyaan ini pasti pernah dilontarkan kepada kita di masa kecil. Sebagian besar  menjawab "Dokter! Pilot!  Polisi Guru!" Dan tak jarang, ada yang tak menjawab karena bingung ingin menjadi apa. 

Bahkan hingga di usia remaja, kebingungan tersebut masih banyak melanda. Ini fakta yang cukup membuat miris. Bahkan "sekadar" bercita-cita saja tidak sanggup. Apalagi memiliki mimpi besar yang berkontribusi bagi kejayaan umat. 

Meski pengen jadi ini, jadi itu, sering dianggap  remeh, tapi sebenarnya perkara ini penting dalam perjalanan hidup seseorang. Memiliki cita-cita itu penting karena: 

Pertama, akan memotivasi berupaya sungguh-sungguh demi meraihnya. Tanpa  cita-cita, seseorang akan menjalani hidup apa adanya.

Kedua, akan lebih tahan banting atau lebih kuat dalam menghadapi ujian.  Meraih sukses tentu tidaklah mudah. Pasti banyak halang merintang. Namun, karena telah berkeinginan kuat, maka seseorang tidak akan mudah menyerah.

Ketiga, lebih fokus pada masa depan. Cita-citanya akan menuntun menapaki langkah tertentu dalam meraihnya.

Tentang cita-cita, seorang ulama pernah berkata, "Harapan (cita, keinginan) adalah rahmat Allah untuk umatku. Andai saja tidak ada harapan, pasti tidak ada penanam pohon yang menanamnya dan tidak akan ada ibu yang menyusui bayinya" (Al Mawardi dalam Adab Ad Dunya wa Diin).


Agen Perubah "Wajib" Bermimpi Besar 

Namun, cukupkah remaja memiliki cita-cita? Banyak remaja telah bercita-cita, tapi cita-cita yang "biasa." Mengikuti kebanyakan orang. Sebagai agen perubahan, hendaknya  remaja tak berhenti pada "sekadar" bercita-cita.  Apalagi dalam belianya usia, mestinya memiliki cita-cita dengan orientasi lebih. Atau dalam hali ini penulis sebut dengan mimpi besar. 

Apa perbedaan cita-cita dengan mimpi besar? Secara makna, sebenarnya kurang lebih sama. Namun penyebutan mimpi besar memberi kesan lebih mendalam dan berorientasi lebih besar dibanding dengan hanya ingin "sekadar" jadi apa di masa depan. 

Bapak Soekarno,  presiden pertama Indonesia pernah memberikan motivasi, "Bermimpilah setinggi-tingginya, agar ketika jatuh, tidak akan jauh dari mimpi tersebut." 

Maksud tersirat dari pernyataan tersebut ialah  jangan takut bermimpi sebesar atau setinggi apapun, karena akan memacu kita untuk belajar dan berusaha semaksimal yang kita mampu. Meskipun akhirnya mimpi itu tak tercapai, setidaknya kita telah berupaya dan mempunyai pengalaman terkaitnya. 

Lantas, bagaimana gambaran makna berusaha maksimal dengan semampu kita? Dalam bahasa Alquran, 'semampunya' disebut dengan istilah mastatho’tum.

Ada sebuah kisah menarik tentang Syaikh Abdullah Al Azzam. Pada suatu hari, syaikh mendapat pertanyaan dari muridnya. “Syaikh, apakah yang dimaksud dengan kata mastatho’tum (semampumu)?”

Syaikh tidak langsung menjawab pertanyaan muridnya. Tetapi beliau mengajak muridnya ke lapangan. Lalu beliau  menyuruh murid-muridnya untuk berlari mengelilingi lapangan semampu mereka.

Titik awalnya sama tetapi garis akhirnya berbeda-beda. Ada yang baru tiga putaran sudah capek, ada yang lebih dari jumlah tersebut, dll.

Setelah semua muridnya menepi semua, tanpa diduga syaikh itu ikut berlari mengelilingi lapangan. Para murid pun kaget dan tidak tega melihat gurunya yang sudah tua berlari. Syaikh  terlihat letih dan wajahnya pucat pasi. Tetapi tidak ada tanda-tanda beliau menghentikan larinya, hingga akhirnya syaikh jatuh pingsan.

Para murid pun langsung berlari membangunkan sang syaikh. Saat syaikh tersebut terbangun, beliau langsung mengatakan, “Inilah yang disebut dengan semampu kita (mastatho’tum)." Berusaha dengan semaksimal mungkin sampai Allah sendiri yang menghentikannya. Maa syaa Allah.

Terkadang orang malas sering berkata, "Aku sudah berusaha semampuku, lantas aku harus bagaimana lagi?" Sejatinya dia masih bisa kalau mau berusaha lagi, hanya karena lelah akhirnya dia memutuskan berhenti. Jadi sebenarnya tidak bisa atau tidak mau?

Kisah berikut ini menggambarkan kekuatan mimpi besar. Ada tiga tukang bangunan yang diberi pekerjaan dan waktu yang sama. Hal yang membedakan adalah ketika tuan rumah bertanya kepada mereka, "Apa yang sedang kamu lakukan sekarang?" 

Tukang pertama menjawab, "Seperti yang engkau lihat, aku sedang memasang batu bata." Tukang kedua menjawab, "Aku sedang memasang batu bata untuk membuat rumah yang kokoh." Lalu tukang ketiga menjawab, "Aku sedang memasang batu bata untuk membuat rumah kokoh yang akan membuat rasa nyaman penghuninya." 

Jika Anda diminta memilih, Anda pilih tukang yang mana? Tentu pilihan akan jatuh kepada tukang ketiga, bukan? Karena tukang ketiga punya visi jelas dan berjangka panjang. Tidak seperti tukang kedua apalagi tukang pertama yang bekerja semampunya bahkan mungkin ia tidak terpikir rumah yang ia bangun akan kokoh dan membuat rasa nyaman atau tidak. Inilah contoh sederhana dari seseorang yang punya mimpi besar.

Setelah memiliki (menentukan) mimpi besar, ada satu hal yang tidak boleh terlupa, yaitu  kesuksesan mimpi tersebut akan didedikasikan untuk apa dan untuk siapa? Apakah untuk membanggakan orang tua? Menjadi kebanggaan diri? Atau untuk apa?


Mimpi Besar dan Kontribusinya bagi Kejayaan Islam 

Mimpi besar tiap remaja muslim idealnya dipadukan dengan mimpi besar umat Islam. Secara umum, umat Islam kini juga butuh mimpi besar yang sama. Apalagi dengan carut-marutnya wajah umat hari ini, sangat mendesak untuk menyadarkan mereka agar bersama membangun mimpi besarnya. 

Lihatlah kondisi umat Islam yang tengah terpuruk di berbagai sisi. Kecenderungan politik yang terpecah-belah, ekonomi didominasi kkapitalisme, liberalisasi aspek sosial budaya, hukum yang tidak adil, budaya kebarat-baratan, penyesatan akidah dan problematika lainnya. Bahkan kita juga menyaksikan nasib umat Islam di belahan bumi lain yang hingga saat ini tertindas. 

Apakah kita masih memilih diam dengan situasi tersebut? Seharusnya ketidakadilan dan ketidakidealan yang terjadi di depan mata, membuat kita makin termotivasi untuk menerapkan Islam kembali dalam mengatur hidup manusia. 

Apalagi Allah Swt telah menurunkan umat Islam sebagai khoiro ummah, umat yang terbaik. Yang salah satu tugasnya adalah beramar ma'ruf nahi munkar. 

Inilah mimpi besar umat Islam. Mengembalikan kembali kehidupan Islam agar Islam terasa menjadi rahmat bagi seluruh alam. Coba kita tengok kembali firman Allah Swt.,

ÙˆَÙ…َا Ø£َرْسَÙ„ْÙ†َاكَ Ø¥ِÙ„َّا رَØ­ْÙ…َØ©ً Ù„ِÙ„ْعَالَÙ…ِينَ

"Tidaklah Kami mengutusmu (Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam [Al-Anbiyâ’/21:107].

Rasulullah Muhammad Saw. diutus oleh Allah sebagai penebar rahmat dengan Islam yang beliau bawa. Saat umat sadar akan mimpi besarnya, maka akan tercipta semangat juang untuk menegakkan Islam kembali sebagai rahmatan lil 'alamiin.

Disinilah peran remaja muslim teruji. Mimpi besar yang telah tertancap akan didedikasikan demi perjuangan tegaknya kembali hukum Allah Swt. Dan nanti saat peradaban Islam tegak, ia siap memberikan kontribusi terbaik dengan kesuksesan mimpi yang telah diraihnya. 

Maka menjadi apapun kalian nanti, apakah seorang ilmuwan, ulama, dan berbagai profesi lainnya, berperanlah dalam mewujudkan mimpi besar umat Islam sesuai bidang dan kemampuan masing-masing. Jangan mencukupkan kesuksesan diri hanya untuk pribadi dan keluarga sendiri. Tetapi kontribusikan demi kejayaan umat dan agama mulia ini.


Ayo, Wujudkan Mimpi Besarmu!

Mewujudkan mimpi besar memang bukanlah perkara mudah. Tapi bukankah setiap perjuangan pasti berkubang dengan kesulitan? Dan setiap kesulitan bukan berarti tak bisa diupayakan bukan?

Mewujudkan mimpi besar membutuhkan tahapan-tahapan atau juga disebut peta jalan, agar mempermudah dan fokus meraihnya. Setiap "pemimpi" menempuh beberapa tahapan awal seperti ini, yaitu:

Pertama, meluruskan niat. Kunci utama bermimpi besar adalah niatnya harus benar. Tentu niatnya ditujukan untuk meraih ridho Allah semata. 

Kedua, tekad yang kuat. Semua target akan terlaksana bermula dari kemauan dan yakin bahwa ia bisa mencapai mimpinya. 

Ketiga, menuliskan tahapan-tahapannya. Mulai dari satu tahun hingga beberapa tahun kedepan. Contoh, jika sekarang sedang dalam jenjang baru masuk kuliah, tulislah target-target yang ingin dicapai selama satu semester kedepan yang tentunya  mengarah pada mimpi besar. Kemudian semester kedua dan seterusnya. 

Lantas bagaimana action selanjutnya? Dalam mengejar sebuah mimpi, tentu akan ditemui berbagai halang rintang, bahkan mungkin ada perasaan "nggak mungkin" untuk dilewati. Termasuk di saat pandemi seperti ini yang akhirnya mengharuskan  belajar di rumah saja via daring. 

Tentu jenuh jika belajar sendiri di rumah apalagi hanya lewat layar HP atau laptop. Tapi dengan kesabaran dan tidak kenal menyerah, seberat apapun masalah dan rintangannya tidak akan membuat langkah surut dan terus maju. Bukankah setiap ujian yang Allah Swt. beri sesuai dengan kemampuan diri?

Usaha tidak akan lengkap tanpa doa dan tawakal. Manusia bisa berencana dan berusaha, tapi tetap rencana Allah di atas rencana manusia. Karena Allah-lah sebaik-baik perencana. Maka berdoalah pada-Nya, minta ridho-Nya agar setiap langkah dan mimpi besar kita menjadi berkah. 

Kemudian, iringi dengan tawakal (kepasrahan). Pasrah di sini bukan berarti kita serahkan semua tanpa ada usaha, namun maksudnya adalah hanya kepada Allah kita bergantung dan meminta pertolongan.

Terakhir, kita harus istiqomah mengaji Islam demi terawatnya mimpi besar sebagai remaja muslim dan bagian dari umat Islam. Mengikuti berbagai kajian, juga mengaji secara intensif. Agar akidah kita semakin kuat dan memiliki pemahaman Islam yang benar. Pun jangan lupa tetap melaksanakan kewajiban dakwah untuk memahamkan dan menyadarkan umat akan mimpi besarnya. 

In syaa Allah dengan dukungan dan pendampingan orang tua, remaja muslim akan semakin bersemangat dan terarah dalam meraih mimpi besarnya.[]

Oleh: Zarkasya Umniyah  'Ulya* dan Puspita Satyawati**

* Pemerhati Remaja
** Analis Politik dan Media


Posting Komentar

0 Komentar