Khodijah binti Khuwalid, The Great Inspirator



Sesungguhnya sosok Ibunda Khodijah sudah tidak asing lagi bagi kaum Muslimin, terkhusunya juga para Muslimah. Karena dalam sejarah perjalanan dakwah Rosulullah Muhammad saw., nama beliau selalu terukir indah dengan tinta emas keagungan, berikut segala hal yang telah beliau persembahkan untuk Rosulullah dan dakwah Islam di masa awal perkembangannya. 

Beliau adalah sosok wanita yang berasal dari keluarga terpandang, kaya, cantik, dan terkenal cerdas dan tegas. Beliau menikah dengan Rasulullah dalam usia 40 tahun sementara saat itu Nabi sendiri berusia 25 tahun. Ibunda Khodijah kemudian menjadi pendamping setia Rasulullah saw., dalam suka dan duka serta selalu memberi semangat pada diri Rasul kala mendapat kesulitan ataupun kegelisahan. 

Kemudian setelah Rasulullah saw., menerima wahyu dan diangkat menjadi Nabi dan Rasul, bunda Khodijah pulalah yang pertama kali mengakui dan mengimani kebenaran risalah yang dibawa Rasulullah saw. Beliaupun kemudian tercatat sebagai orang pertama yang masuk Islam sekaligus membenarkan kenabian Rasulullah saw. 

Dalam perjalanan dakwah selanjutnya, Ibunda Khodijah selalu bersama Rasulullah saw., mempermudah dan membantu beliau dalam dakwahnya. Beliau memperteguh tekad Rasul dalam melaksanakan dan menyebarkan risalah dakwah. Beliaupun senantiasa meringankan kepedihan hati dan menghilangkan keletihan serta penderitaan yang dialami Rasul saw., dalam melaksanakan aktivitas dakwah. Beliau bahkan menyerahkan seluruh hartanya demi membantu dakwah Rasul.

Mari kita simak indahnya ucapan perempuan mulia nan agung ini ketika berusaha meneguhkan hati Rasulullah saw., setelah menerima wahyu pertama yaitu Q.S. Al-Alaq [96]: 1-5. Beliau berkata, seperti diriwayatkan oleh Muttafaq alaih: “Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu selama-lamanya. Karena sungguh engkau suka menyambung silatrrahmi, menanggung kebutuhan orang yang lemah, menutup kebutuhan orang yang tidak punya, menjamu dan memuliakan tamu, dan engkau menolong setiap upaya menegakkan kebenaran.” (HR. Muttafaqun alaih).  

Selanjutnya dalam sirah nabawiyah karya Prof. Dr. Rawwas Qolahji terlihat bahwa Ibunda Khodijah berusaha menggembirakan dan membuat Rasulullah tegar setelah menerima wahyu pertama. Beliau berkata: “Gembiralah dan tegarlah, demi Dzat yang menguasai diri Khodijah, sungguh aku benar-benar berharap bahwa Engkaulah Nabi yang ditunggu-tunggu umat ini.”

Dari sini kita bisa melihat betapa besarnya dukungan Ibunda Khodijah atas dakwah Rasulullah saw. Sebagai wanita kaya, beliau telah menghibahkan seluruh hartanya untuk dakwah. Dan lebih dari itu, beliupun tak pernah berhenti memberikan spirit/motivasi dan menghibur Rasulullah sehingga Rasul merasakan ketenangan dan ketegaran. 

Penting juga untuk dipahami disini bahwa kecintaan beliau terhadap Rasulullah saw., bukan sekedar kecintaan pada suami semata, tapi juga berlandaskan pada sebuah keyakinan yang kuat kepada Allah swt. Segala pengorbanan yang beliau lakukan untuk Rasul, ikhlas semata-mata demi ridha Allah swt. 

Dan kesetiaan bunda Khodijah akhirnya tidak saja menghasilkan kegigihan dan dukungan tersendiri pada diri Rasul. tapi juga membawa barokah atas pernikahan mereka yang penuh berkah. Kita tahu bersama bahwa dari Bunda Khodijah-lah lahir keturunan-keturunan Rasulullah saw., yang di kemudian hari menjadi permata-permata Islam yang mengokohkan perjuangan dakwah Rasul menyebarkan risalah Islam.

Hingga tiba masanya Bunda Khodijah dipanggil  Allah swt. pada usia 64 tahun 6 bulan. Beliau mengarungi kehidupan rumah tangga bersama Rasulullah saw., dalam riak awal perjuangan dakwah Islam selama ± 24 tahun atau hampir 1/4 abad. Kepergian beliau meninggalkan duka yang mendalam bagi Rasulullah saw. 

Kemuliaan, kebaikan, serta kesetiaan beliau mendampingi Rasulullah saw., di masa-masa sulit berdakwah, senantiasa dikenang dan terpatri pada diri Rasul. Beliau tetap hidup dalam hati Rasulullah saw., bersama kenangan akan andil beliau dalam dakwah, ketika menghadapi ujian dan berbagai kesulitan berikut penderitaan yang dihadapi. 

Rasulullah pernah berkata tentang Bunda Khodijah ra.: ”Demi Allah, tidak ada ganti yang lebih baik dari dia. Dia beriman kepadaku saat semua orang ingkar, dia membenarkanku ketika manusia mendustakanku, dia memberikan hartanya kepadaku saat manusia menahan hartanya dariku, dan Allah memberiku keturunan darinya yang tidak diberikan dari selainnya.”

Begitulah Rasulullah saw., mengenang bunda Khodijah ra. Beliau seorang istri sejati, seorang Muslimah yang dengan segenap harta dan kemampuan dirinya, berkorban demi kejayaan Islam. Beliau adalah wanita terbaik sepanjang masa, yang telah mengukir sejarah emas dalam memberi semangat dan pertolongan pada perjuangan suaminya, Rasulullah saw. Maka, atas prestasi gemilang bunda Khodijah itu, Allah telah memberi kabar gembira dengan dibangunkannya rumah di surga yang terbuat dari ukiran mutiara. Di dalammnya tidak ada kegaduhan, hiruk pikuk dan pekerjaan yang melelahkan. (HR. Bukhari). Subhanallah! Allahu Akbar! Allah telah mengganti segala pengorbanan beliau dengan kebahagiaan abadi di jannah-Nya.


Pelajaran dari Kisah Perjalanan Bunda Khadijah

Beliau adalah the great inspirator. Beliau telah menginspirasi para Muslimah untuk teguh berjalan di atas jalan kebenaran. Beliau telah mengajarkan arti cinta dan kesetiaan bagi para istri -khususnya yang bersuamikan para pejuang- dalam mendampingi dan mengorbankan apa-apa yang dimiliki untuk membantu dakwah sang suami. 

Sebagai istri, beliau telah sukses memberikan kedamaian bagi suaminya. Beliau juga telah mengajarkan pada kita akan sikap rela berkorban dengan ikhlas demi dakwah. Kemudian sebagai hamba Allah/Muslimah, keberadaan beliau memberikan pelajaran pada kita bahwa seorang Muslimah juga punya peran besar dalam membangun kebangkitan masyarakat dan menata peradaban. []

Oleh: Srihartati Hasir
The Voice Of Muslimah Papua Barat

Posting Komentar

0 Komentar