Sosialisme Komunisme Ideologi yang Cacat dan Merusak


Cacatnya pemikiran Karl Marx sebagai asas dari ideologi sosialisme komunisme sudah diungkapkan oleh Willian Ebenstein, dkk (1994). Diantaranya adalah konsep pemikiran Karl Marx yang terlalu mudah menggeneralisasi dan penyederhanaan yang berlebih-lebihan. Yang membedakan lagi, bahwa perubahan sosial menurut Karl Marx disebabkan oleh ketimpangan antara perkembangan ilmu pengetahuan serta perubahan tersebut diciptakan melalui revolusi dengan kekerasan. Disinilah kelemahan Marx yang tidak mampu menjelaskan perubahan transformasi politik dari Kapitalisme menuju Komunisme. Bahkan ada perubahan-perubahan yang tidak perlu dengan kekerasan.

Sosialisme sendiri muncul sebagai bentuk penolakan terhadap kapitalisme pada abad ke-19. Pada satu sisi, industri telah mendorong perkembangan kapitalisme dengan tumbuhnya barang dan jasa. Akan tetapi mengakibatkan juga munculnya kesenjangan yang begitu lebar sehingga merugikan kaum buruh. Upah kerja rendah, jam kerja yang panjang serta eksploitasi anak dan wanita. Bahkan keamanan kerja dan kesejahteraan kaum buruh tidak diperhatikan.

Karl Marx (1818-1883) tampil dengan mengecam ekonomi kapitalistik dan menawarkan perubahan secara radikal (baca : revolusioner) bukan dengan tambal sulam. Teori perubahan sosialnya disebut dengan istilah Sosialisme Ilmiah (Scientific Socialism). Dalam menyusun teori tersebut Marx banyak dipengaruhi oleh filsuf Jerman, Hegel (1770-1831), terutama tentang dialektika. Kemudian Marx dan Engels menerbitkan buku yang masyhur yang dikenal dengan Manifesto Komunis dan Das Kapital.

Marx menggunakan filsafat dialektika sebagai pisau analisa sosial dalam menjelaskan kebobrokan sistem kapitalisme yaitu adanya kontradiksi-kontradiksi di dalam sistem tersebut yang muncul dari individu tanpa melihat konsekuensi keadilan sosial dan kemakmuran masyarakat secara keseluruhan. Memaksimalkan kepentingan individu diikuti oleh kontradiksi ekonomi dan pengangguran. Para pekerja semakin miskin, dan kesenjangan antar kelas muncul yang akhirnya memicu suatu revolusi sosialis tanpa kelas yang berlandaskan pada persamaan dan solidaritas.

Untuk melandasi teori sosialnya, Marx merumuskan teori mengenai dialektika materialisme (dialectical materialism), kemudian teori ini digunakan untuk menganalisa sejarah perkembangan masyarakat, yang ia sebut dengan materialisme historis (historical materialism). Ia menyatakan bahwa kehidupan, manusia dan alam adalah materi yang mengalami evolusi dengan sendirinya secara substansial sehingga tidak ada pencipta dan tidak ada yang dicipta selain evolusi pada materi. Berdasarkan materialisme sejarah, bahwasanya kapitalisme akan runtuh oleh revolusi yang digerakkan kaum proletar (buruh), demi mewujudkan masyarakat sosialis-komunis.

Konsep pemikiran karl Marx ini dikenal juga dengan filsafat materialisme. Marx menyatakan bahwa teori harus selalu dikaitkan dengan dunia nyata (materi), dan sebaliknya. Perubahan yang terjadi pada masyarakat lebih banyak disebabkan oleh perubahan faktor ekonomi. Masyarakat berevolusi sejalan dengan evolusinya alat-alat produksi. Dengan mengkaitkan kepada materi, maka pandangan ini merupakan pandangan ilmiah, karena materi tunduk pada analisa-analisa ilmiah. Begitu juga dalam hal hubungan ekonomi, sejarah serta perubahan masyarakat yang tunduk pada analisa ilmiah. 

Makanya pemikiran Karl Marx selalu mengagungkan materi. Bahwasanya alam, manusia dan kehidupan adalah materi. Materi adalah asal dari sesuatu. Evolusi materi akan menghasilkan atau mewujudkan materi lain. Dengan kata lain materi tercipta karena proses dialektika (kontradiksi-kontradiksi) dalam materi. Misalnya proses pembuahan antara sperma (thesa) dan ovum (antithesa), jika tidak terjadi dialektika, maka tidak akan terwujud materi lain, namun jika ber-sinthesa maka akan menjadi zygot, dan secara bersamaan sperma dan ovum akan lenyap.

Konsep lain yang membangun sosialisme-komunisme adalah konsep alienasi. Alienasi ini menyebabkan seseorang atau lebih akan menjadi terpisah, asing atau diasingkan dari orang lain. Menurut Marx, kapitalisme akan menyebabkan individu menjadi terpisah dari dirinya sendiri, keluarga, teman dan pekerjaannya. Sehingga tidak lagi menjadi individu yang utuh. 

Misalnya seorang buruh sudah menjual tenaga, keahlian dan waktunya kepada orang lain yaitu pemilik modal. Pemilik modal menguasai dan memiliki buruh, sehingga berhak untuk membeli sebagian besar dari kehidupan buruh akibat panjangnya waktu kerja. Akhirnya buruh tidak memiliki arti diri yang utuh, menjadi teralienasi dan disebut juga sebagai manusia kapitalisme. Kondisi inilah yang hendak dirubah oleh Marx.

Pandangan Sosialisme-Komunisme sangat bertentangan dengan islam. Islam memandang bahwa dibalik alam, kehidupan dan manusia ada yang menciptakan sekaligus mengatur yakni Al-Khaliq Al-Mudabbir. Memang benar bahwa materi ada terjadi interaksi. Namun interaksi antar materi tidak otomatis akan mewujudkan materi lain, dan tidak sepenuhnya melenyapkan materi awal sebelumnya. 

Misalnya air (H2O) adalah interaksi antara oksigen dengan hidrogen. Interaksi antar oksigen dan hidrogen tidak akan langsung menghasilkan air, akan tetapi perlu adanya aturan yang memaksa (sunnatullah) untuk terwujudnya air yaitu sejalan dengan hukum perbandingan 1 : 2 (baca: interaksi satu atom oksigen dan dua atom hidrogen). Dan peristiwa ini tidak akan menghilangkan oksigen dan hidrogen, tapi dapat muncul kembali dengan cara memutus ikatan hidrogen dan oksigen tadi.

Pertanyaannya, bagaimana kemunculan aturan ini? Siapa yang menetapkan tidak akan menghilangkan materi awal dan juga siapa yang menetapkan materi baru yang dibentuk? Dan ini bersifat konstan selama sesuai dengan keadaannya. Dan siapa yang menciptakan perbandingan 1:2? Kenapa harus 1:2? Apakah tidak bisa perbandingan 3:4? Apakah juga aturan ini muncul dengan tiba-tiba? Inilah pertanyaan yang mustahil dijawab dengan jawaban “kebetulan” atau “tiba-tiba”. Apalagi dijawab dengan dialektika materialismenya Karl Marx.

Pemikiran sosialisme-komunisme tidak akan pernah mampu menjawab siapa yang membuat keteraturan dengan ketetapan yang konstan tersebut. Namun Islam dengan konsep iman yang sesuai dengan akal dan fitrah manusia selalu dapat memberikan jawaban-jawaban dalam perkara tersebut. Dengan iman maka akan diperoleh jawaban yaitu wujud adanya Al-Khaliq al-Mudabbir (Maha Pencipta dan Maha Pengatur). 

Disinilah bukti eksistensi Al-Khaliq Al-Mudabbir adalah suatu keniscayaan terhadap eksistensi alam, manusia dan kehidupan. Dengan demikian adanya suatu materi pasti memiliki keterbatasan dan perlu kepada suatu aturan. Materi tersebut perlu kepada sesuatu. Dan sesuatu tersebut tidak bergantung dan tidak memerlukan kepada yang lain bahkan sesuatu itulah tempat bersandarnya segala sesuatu. Dialah Allah SWT. Wallahu’alam.[]

Oleh Wandra Irvandi, S. Pd. M. Sc.

Posting Komentar

0 Komentar