Jawa Timur Ambyar?


Jumlah kasus positif virus Corona (COVID-19) di Jawa Timur melampaui jumlah kasus positif Corona di DKI Jakarta. Kini Jatim menjadi provinsi dengan kasus positif Corona terbanyak di Indonesia. Data terkait perkembangan penanganan Corona di Indonesia disampaikan oleh juru bicara pemerintah untuk penanganan Corona, Achmad Yurianto, dalam konferensi pers yang disiarkan akun YouTube BNPB, Jumat (26/6/2020). Data dihimpun per pukul 12.00 WIB.

Jumlah kasus positif Corona di Tanah Air bertambah 1.240 sehingga total menjadi 51.427. Sedangkan pasien sembuh bertambah menjadi 21.333 dan pasien meninggal dunia bertambah menjadi 2.683. Berdasarkan sebaran di 34 provinsi, kasus positif Corona di Jatim kini menjadi yang terbanyak dengan angka 10.901. Disusul oleh Jakarta dengan angka 10.796. (DetikNews.com Jumat, 26/06/2020)

Dokter dan NaKes yang meninggal.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Jawa Timur, Sutrisno mengatakan kondisi lepas kendali selama wabah Covid-19 di Jawa Timur berdampak pada meningkatnya beban rumah sakit dan tenaga medis. Ia mengatakan kini jumlah pasien sudah melampaui kapasitas rumah sakit. 

Tenaga medis menjadi amat rentan terpapar Covid-19. IDI Jawa Timur mencatat, setidaknya ada 64 dokter positif Covid-19, delapan di antaranya meninggal. Selain yang tercatat IDI Jawa Timur, sebanyak 22 dokter residen Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga yang positif Covid-19. Satu di antaranya ialah dokter Miftah Fawzy Sarengat yang meninggal 10 Juni lalu. (Tempo.co 20/06/2020)

Di tengah angka korban corona yang masih tinggi, kamis 25 juni 2020 Kepala Negara RI melakukan kunjungan ke Jatim dan ke Banyuwangi dalam rangka persiapan New Normal. Menurut Jokowi Banyuwangi adalah daerah yang paling siap untuk menerapkan New Normal. (DetikNews.com kamis 25/06/2020)

Inilah fakta yang terjadi di Jatim saat ini. Kondisinya sangat miris. Pandemi corona masih sangat tinggi, korbanya pun tak mengenal usia. Namun di tengah kondisi darurat corona di Jatim Pemerintah Daerah sedang mempersiapkan New Normal. New Normal ini ditandai dengan dibukanya fasilitas umum seperti pasar, mall, bandara di buka. Dengan diterapkannnya New Normal ini, Jatim diganjar sebagai pemenang lomba yang diadakan oleh Kementerian Dalam Negeri. Hal ini jelas menyakiti hati rakyat. Rakyat berjibaku menyambung kehidupannya karena perekonomiannya tergulung corona. Namun pemerintah mengeluarkan kebijakan yang tidak membantu rakyat. 

Salah satu kebijakan yang tepat untuk Jatim adalah karantina wilayah untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona. Karantina wilayah adalah menutup jalur masuk ke Jatim agar orang yang Dari luar tidak dapat masuk ke daerah. Begitu juga orang yang di are Jatim tidak keluar daerah. Tujuannya agar virus corona tidak semakin menyebar dan untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona. Namun hal ini tidak dilakukan oleh pemerintah daerah. Ekonomi menjadi landasan kuat bagi Pemerintah Daerah untuk agar lajunya berjalan kembali. Namun ini mempertaruhkan nyawa rakyat. Pasalnya hal ini banyak rakyat yang terpapar virus corona. 

New Normal adalah kebijakan yang dipaksakan untuk mengikuti titah tuannya. Jatim belum siap menerapkan New Normal karena faktanya korban corona masih tinggi. Namun faktanya pemerintah daerah menerapakan kebijakan New Normal yang tidak sesuai dengan keadaan. Akibatnya rakyat menjadi korban.

Inilah buah penerapan sistem ekonomi kapitalisme. Ciri negara yang menggemban ideologi kapitalisme adalah negara berlepas tangan atas urusan rakyatnya. Saat ini sangat kita rasakan hal ini. Ketika rakyat menjerit meminta bantuan dari penguasa, mereka hanya menutup telinga tak mendengarkan sedikitpun jeritan rakyat. Mereka memikirkan nasibnya sendiri dan para penyokong dana yang ada dibelakangnya. Suara rakyat hanya mereka manfaatkan sebagai jalan untuk naik ke tahta kekuasaan. Setelah naik dan duduk merasakan nyamannya kursi kekuasaan rakyat ditendang. Rakyat diminta hidup berdikari di tengah pandemi yang masih tinggi. 

Jelas apa yang diambil oleh pemerintah ini ada kebijakan yang ambyar. Kebijakan yang tidak menyelesaikan permasalahan dari akarnya. Kebijakan tambal sulam yang justru membuat korban keganasan corona semakin meningkat. Perekonomian rakyat juga belum terangkat. 

Oleh karena itu, kita membutuhkan pemimpin yang amanah di bawah naungan sistem yang benar yaitu sistem syariah Islam. Karena hanya dengan sistem Islam semua permasalahan dapat diuraikan.

Dari Ibnu Umar Rasulullah SAW bersabda: "Setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannnya. Seorang kepala negara adalah pemimpin atas rakyatnya dan akan diminta pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya. Seorang suami adalah pemimpin atas anggota keluarganya dan akan ditanya perihal keluarga yang dipimpinnya" (HR. Muslim).

Siti Masliha, S.Pd 
Aktivis Muslimah Peduli Generasi

Editor SM



Posting Komentar

0 Komentar