Khutbah Ied, Satu Kali atau Dua Kali?



Tanya :

Ustadz, khutbah Iedul Fitri dan Iedul Adha itu berapa kali, satu kali atau dua kali?

Jawab :

Ada khilafiyah di kalangan fuqaha apakah khutbah Ied satu atau dua khutbah. Fuqaha empat mazhab sepakat khutbah Ied itu dua khutbah seperti khutbah Jum’at. 

Bahkan Imam Ibnu Qudamah dan Ibnu Hazm menegaskan dalam masalah ini sesungguhnya para fuqaha tak berbeda pendapat. (Abdurrahman Jazairi, Al Fiqh ‘Ala Al Mazahib Al Arba’ah, I/238; Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu, II/528; Imam Sarakhsi, Al Mabsuth; II/37; Imam Malik, Al Mudawwanah Al Kubra, I/150; Imam Syafi’i, Al Umm, I/314; Imam Nawawi, Al Majmu’ Syarah Al Muhadzdzab, V/22; Ibnu Hazm, Al Muhalla, II/108).
   
Namun sebagian fuqaha berpendapat khutbah Ied hanya satu khutbah, bukan dua khutbah. Inilah pendapat Imam Syaukani, Imam Shan’ani, dan lain-lain. (Imam Syaukani, Nailul Authar, hlm. 695; Imam Shan’ani, Subulus Salam, II/679).

Sumber khilafiyah itu karena tak ada hadis shahih yang secara sharih (jelas) menyatakan Nabi SAW melaksanakan dua khutbah Ied. 

Di sisi lain hadis-hadis yang menerangkan Nabi SAW melaksanakan dua khutbah dianggap dhaif (lemah) oleh para ulama hadis. (Said Qahthani, Shalah Al Iedain, hlm. 73; Abul Hasan Sulaimani, Tanwirul ‘Ainaini bi Ahkam Al Adhahi wa Al Iedaini, hlm. 241-244).

Di antara hadis tersebut, hadis Jabir bin Abdullah RA, dia berkata,”Rasulullah SAW keluar pada Iedul Fitri atau Iedul Adha, lalu beliau berkhutbah seraya berdiri, lalu duduk, lalu berdiri lagi.” (HR Ibnu Majah, no 1289). Kata Imam Syaukani,”Dalam isnadnya ada Ismail bin Muslim, dia periwayat yang lemah.” (Nailul Authar, hlm. 694).

Hadis semisal itu, hadis Ubaidullah bin Abdullah bin Utbah, dia berkata,”Merupakan sunnah, imam berkhutbah dalam dua Ied dengan dua khutbah yang dipisahkan dengan duduk.” (HR Syafi’i, Musnad Syafi’i, I/158). 

Kata Imam Syaukani hadis ini mursal, yakni hadis yang tak diketahui siapa periwayatnya pada generasi shahabat, sebab periwayat hadis (Ubaidullah) adalah tabi’in, bukan shahabat. Hadis mursal menurut Imam Syaukani termasuk hadis dhaif. (Nailul Authar, hlm. 695).

Menurut kami, meski hadis-hadis tersebut dhaif secara sanad, namun dapat dianggap hadis hasan, karena ada faktor penguat lain di luar sanad. 

Faktor tersebut adalah adanya indikasi hadis hasan sebagaimana dirumuskan Imam Khaththabi, yaitu diterima oleh kebanyakan ulama dan diamalkan oleh umumnya fuqaha. (Imam Khaththabi, Ma’alimus Sunan, I/11). 

Penerimaan ini ditandai dengan dicantumkannya suatu hadis dalam kitab-kitab fiqih karya fuqaha, dengan syarat kitab fiqihnya merupakan kitab fiqih mu’tabar(rujukan/induk), yaitu karya para imam mujtahid atau murid-muridnya, semisal Al Mabsuth karya Imam Sarakhsi, Al Mudawwanah Al Kubra karya Imam Malik, dan Al Umm karya Imam Syafi’i. (Taqiyuddin An Nabhani, Al Syakhshiyah Al Islamiyyah, III/89).

Berdasarkan ini, maka hadis-hadis tentang dua khutbah Ied adalah hadis hasan, karena terdapat dalam kitab-kitab fiqih mu’tabar.
 
Hadis Ubaidullah bin Abdullah bin Utbah di atas dalam penelusuran kami, terdapat dalam kitab Al Umm (I/319) karya Imam Syafi’i. Sedangkan hadis Jabir bin Abdullah RA terdapat dalam kitab Al Mughni (II/265) karya Imam Ibnu Qudamah.

Selain itu, hadis mursal menurut Imam Taqiyuddin An Nabhani dapat dijadikan hujjah (dalil). Sebab meski tak diketahui siapa periwayat pada generasi shababat, namun secara pasti diketahui ia adalah seorang shahabat. Maka hadis mursal dapat diterima sebagai hujjah, karena semua shahabat adalah orang-orang yang adil. (Taqiyuddin An Nabhani, Al Syakshiyah Al Islamiyah, I/342).

Maka hadis Ubaidullah bin Abdullah bin Utbah sebagai hadis mursal bukanlah hadis dhaif, melainkan hadis yang maqbul (dapat diterima) sebagai dalil bagi dua khutbah Ied. 

Kesimpulan kami, pendapat yang rajih (lebih kuat) adalah pendapat jumhur fuqaha bahwa khutbah Ied dilaksanakan dua kali, bukan satu kali. (Mahmud ‘Uwaidhah, Al Jami’ li Ahkam As Shalah, II/177). Wallahu a'lam.[]

Oleh KH. M. Shiddiq Al Jawi

Posting Komentar

0 Komentar