Jika Ingin Menulis, Maka Menulislah

Hanif Kristianto, penulis mengisi forum Tinta Intens season II
foto: Fatih, tintasiyasi.com

Ahad, 10 Mei 2020 telah berlangsung agenda Tinta Intens yang ke-2 dengan tema “Nulis? Gitu Aja Kug Repot!”. Jika sebelumnya mengundang Prof Suteki, Tinta Intens yang kedua ini mengundang seorang pakar dalam dunia penulisan beliau adalah Pak Hanif Kristianto. Beliau merupakan founder creator penulis juga sebagai analisis politik media di PKAD yang merupakan tempat pengkajian data. 

foto: Hanif, tintasiyasi.com

Agenda Tinta Intens yang diadakan via aplikasi zoom ini  dihadiri kurang lebih 65 peserta dari berbagai kota di Indonesia. Tepat pada pukul 13.15 acara dimulai oleh host Insani al-fudel. Diawal acara dibuka dengan testimoni salah satu peserta yang tulisannya sering dimuat di laman web Tintasiyasi.com yaitu mbak Liza Burhan. 
foto: Muit, tintasiyasi.com

Beliau menyampaikan sedikit motivasi kepada peserta, “Tulisan-tulisan opini rezim liberal semakin masif, sehingga kita yg memiliki pemikiran mustanir berusaha menang untuk mengalahkan ide-ide mereka. Kalau bukan kita siapa lagi?. Kita punya ide cemerlang Islam sangat sayang kalau tidak dituangkan. Sedangkan saat ini didunia nyata terbatas, ini kesempatan kita untuk mengalahkan opini-opini sesat dari kalangan orang-orang liberal.” Tegas mbak liza kepada semua peserta.
Selesai testimoni dari mbak Liza, pemateri langsung memaparkan materinya tentang kepenulisan. Diawal beliau menjelaskan tentang keraguan-keraguan para penulis untuk menulis “Banyak kebingungan umat terkait dengan menulis, padahal pada dasarnya komunikasi manusia adalah bicara dan menulis. Kadang bingung siapa yang baca? malu tulisan jelek dll, Asumsi-asumsi negatif yg dibangun dahulu.” Jelas beliau.
Tidak hanya itu, Pak Hanif menjelaskan bahwa kebingungan para penulis mampu diselesaikan salah satunya dengan cara mengikuti komunitas penulis, punya ilmunya, ada mentornya, dan kreatif / ATM (Amati, tirukan, modifikasi). “Menulis butuh habits dan kita yang membentuk habits yang akan menjadi hebat, yang terpenting terus berkarya. Sehingga orang lain akan melihat “siapa saya”, jangan apa yang kita pikirkan, tapi mulailah menulis.” paparnya. 
Selesai mejelaskan materi, dibuka sesi tanya jawab oleh host. Pertanyaan pertama dari ummu Azka “biasanya dibutuhkan riset kadang terjebak pada riset tidak jadi nulis-nulis,  adakah tips mengatasi hal ini?”. pertanyaan langsung dijawab oleh Pak Hanif “Jika riset jadi butuh faliditas, jika menulis opini yang lebih penting adalah sudut pandang kita sesuai dengan latar belakang kita. 

foto: Fatih, tintasiyasi.com

foto: Fatih, tintasiyasi.com

Tulisan opini tidak mendekati 100% benar. Pun juga analisis politik tdak 100% benar karena itu untuk masa depan”. Lalu beliau memberikan tips untuk menulis, pertama tentukan mau menulis apa. Kedua, siapa yang mengatakan. Inti dari sebuah berita sebenarnya ada di paragraf paling atas. Lalu riset terkait berita yang akan diangkat, ambil point-point beritanya lalu analisis. Ketiga mintalah dikoreksi oleh komunitas penulis atau guru. 
Dari banyaknya penanya kesimpulan dari jawaban dari Pak Hanif ialah jika ada ide segera untuk ditulis agar tidak hilang, menulislah dari hal yang menarik  menurut kita, standar tulisan opini adalah menulis dengan hal-hal yang kekinian, ketika mengirim tulisan dilihat terdahulu media yang akan kita tuju, dan gunakan standar bahasa yang baku. 

foto: Fatih, tintasiyasi.com

Diakhir acara beliau memberikan motivasi kepada semua peserta “buat komitmen agar selalu semangat dalam menulis, sering membaca buku sehingga akan menemukan inspirasi-inpirasi baru. Berikan waktu untuk menulis, bukan menyisakan waktu untuk menulis. Perbanyaklah  membaca judul berita dan banyak baca judul cerpen sehingga akan menemukan judul yang pas untuk tulisan opini kita dan terakhir tetaplah menulis”.[]

Rep: Ani Zahraa

Posting Komentar

0 Komentar