Misteri APD (Alat Pelindung Diri)


Sebanyak 1,2 juta alat perlindungan diri atau APD yang dibutuhkan dalam masa wabah Corona diduga lolos ekspor ke Korea Selatan. Barang-barang produksi sejumlah pabrik garmen di Indonesia tersebut dikabarkan lolos dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok meski belum sempat ditahan oleh petugas Bea Cukai. (https:/bisnis.tempo.co/amp/1328715/12-juta-apd-produksi-bogor-diduga-lolos-ekspor-ke-korsel)

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan Indonesia tetap akan mengekspor alat pelindung diri (APD) ke negara lain tanpa mengurangi kebutuhan dalam negeri untuk menangani covid-19. Sebab, kata dia, Indonesia selaku salah satu penghasil APD terbesar juga telah memiliki kontrak pemenuhan suplai APD ke beberapa negara seperti Korea Selatan dan Jepang. 

Hal itu disampaikan Sri Mulyani usai rapat seidang kabinet bersama Presiden Joko Widodo melalui konferensi video, Selasa (14/4/2020 kompas.com)

Sementara indonesia berdasarkan data dari katadata.co.id 12/4/2020, Serikat Pekerja Farmasi dan Kesehatan Reformasi (FSP FARKES/R) mencatat ada 44 tenaga medis meninggal dunia akibat terinfeksi covid-19. Rinciannya, 32 dokter dan 12 perawat. Pada hari itu jumlah positif covid 19 di indonesia mencapai 4.241 kasus dengan jumlah penderita yang meninggal mencapai 373 jiwa. Maka di Indonesia ada 32 dokter gugur hanya untuk menangani pasien sejumlah 4.241 kasus atau 8.5 % jumlah keseluruhan penderita yang meninggal adalah dokter. 

Di sisi lain sebelumnya petugas kesehatan mengeluhkan atas terbatasnya APD, hingga mereka harus siap mengorbankan dirinya untuk tertular pandemi covid-19. Selain itu, nakes (petugas kesehatan) susah mendapatkan APD, jika dapat harganya cukup tinggi. Rakyat pun juga kesusahan mendapatkan harga APD dengan harga normal.

Hingga ada usulan kepada pemerintah agar menetapkan harga eceran tertinggi harga APD. Patut diduga mahalnya APD dan langkanya APD karena ada ulah jahat para kapitalis bermain di balik langka dan mahalnya APD. APD masih menjadi misteri, tidak ada tapi ada, ada tapi langka dan mahal. 


Jika demikian yang terjadi tak sepatutnya pemerintah masih memberikan ruang ekspor APD ke negara lain. Karena, APD distribusi masih belum merata, barangnya langka, dan harganya cukup mahal. Kelangkaan dan mahalnya APD ini sampai menggerakkan masyarakat untuk mengumpulkan donasi membeli APD dan memberikan gratis kepada nakes dan masyarakat umum. 

Seharusnya sejak pandemi covid-19 ini menerpa negara harus memikirkan ketersediaan APD dan menjamin distribusi merata. Bahkan seharusnya pemerintah mulai menggratiskan APD untuk masyarakat. Sekalipun belum bisa menggratiskan, pemerinta harusnya menjaga agar harga tetap normal dan barang tidak langka. Hal itu bisa dilakukan jika komando kompak dari atas sampai bawah.

Menyingkap lebih jauh lagi hal itu bisa terjadi karena belenggu kapitalisme liberal mencengkeram negeri ini. Atas dasar kapitalisme, wajar jika banyak kebijakan pro kepada kapitalis dari pada rakyat kecil. Hingga masih saja dilakukan ekspor, di kala distribusi APD masih amburadul dan masih ditemui rakyat yang keluar rumah tanpa menggunakan APD.

Oleh sebab itu, pangkal carut-marutnya penanganan wabah corona dari APD yang tidak merata dan langka adalah masih diterapkannya sistem ekonomi kapitalisme liberal di negeri ini. Sistem ini menuntut untuk lebih mementingkan itung-itungan materi daripada nyawa manusia. Saatnya kembali ke sistem yang mampu memanusiakan manusia yaitu sistem syariah Islam. Hanya sistem ini yang menjaga akal dan jiwa manusia. Wallahu’alam. []

Oleh Ika Mawarningtyas
Analis Muslimah Voice

Posting Komentar

0 Komentar