Di Tengah Badai corona: Berani atau Mundur?



Tarikh masehi terus melaju
Waktu ke waktu melenggang seolah tiada peduli
Torehan berbagai cerita anak negeriku
Betapa susahnya mencari suaka di negeri sendiri

Indahnya syair pujangga tak lagi terasa
Merdunya dendang nyanyian sinden pun tak mampu lagi
Mengusir gundah gulana hati pengembara
Di sudut desa kota yang tersisa tinggal sumpah serapah menista

Selaksa gunung air bah menyapu ngarai
Terik mentari terus membakar jiwa
Tangis pilu lirih terdengar menyayat
Bagai kidung nestapa kehancuran pertiwi

Tuhan, ke mana lagi hendak kusimpuhkan jejak
Sedang di rumah-Mu pun diri tak aman
Suaka diri kucari lagi entah di negeri apa
Agar kubisa bermesra kembali dalam doa

Kuyakin masih tersisa penggalan keberanian
Melaju berani menapaki rentang tarikh tersisa
Ataukah kuurungkan niat suciku
Mundur teratur mengais sisa hangat dahana

Tuhan, mungkinkah karsa kembali berkobar
Dahana meletup buuuuum, melangit meraih cita
Mendedah sangkala corona, merebut kembali asa
Menasbihkan diri teguh merengkuh kayuh arungi samudera.

Oleh Prof. Dr. Suteki S. H. M. Hum

Posting Komentar

0 Komentar