Refleksi Akhir Tahun : Masihkah Radikalisme menjadi isu utama untuk menutupi buruknya ekonomi Indonesia ?

Pada hari Minggu, tanggal 15 Desember 2019, Komunitas Intelektual Muslim Sidoarjo (KIMS) kembali mengadakan Talk Show  dengan tema : Masihkah Radikalisme menjadi isu utama untuk menutupi buruknya ekonomi Indonesia?

Acara Bincang Intelektual Muslim (BIM) merupakan agenda 2 bulanan yang diselenggarakan oleh KIMS. Acara ini dihadiri Cendekiawan Muslim di Sidoarjo dan sekitarnya. Pada talk show kali ini, menghadirkan pembicara level nasional diantaranya adalah Ahmad Khozinudin, S.H. selaku Ketua LBH Pelita Umat, Edi Mulyadi selaku Sekjen Gerakan Nasional Pengawal Fatwa ( GNPF) Ulama, Dr. Ichsanuddin Noorsy, BSc, SH, MSi, pengamat politik ekonomi Indonesia dan Direktur Pamong Institute, Wahyudi Al Maroeky.

Bagaimana pendapat pembicara mengenai narasi radikalisme yang dihembuskan pemerintah?

Menurut Ahmad Khozinudin, narasi radikalisme yang dilontarkan rezim adalah untuk menuding siapapun yang kontra dengan penguasa. 

“Narasi radikalisme ini untuk menuding siapapun yang kontra dengan rezim. Tuding dulu. Benar salah belakangan, “ ungkapnya.

“Kecurangan represifme rezim ini terhadap rakyat semakin brutal. Rakyat yang seharusnya mendapat pengayoman dari negara justru ditakut-takuti dengan tudingan radikalisme,” imbuhnya.

Sementara itu, Edi Mulyadi berpendapat bahwa narasi radikalisme yang terus disebar oleh pemerintah pada hakikatnya adalah penyebaran hoax yang bertujuan untuk menutupi kegagalan ekonomi dan upaya untuk menjegal kebangkitan Islam.

“Rezim ini memang tidak suka dengan Islam. Yang dibenci rezim ini bukan FPI dan bukan pula HTI tetapi I - nya yaitu Islam,” ungkapnya.

“Coba lihat tragedi di Wamena. Dokter dibakar, bayi dibunuh tapi masih dikatakan toleran. Bahkan bendera merah putih dibakar pun tidak dikatakan anti NKRI. Ini semua karena pelakunya bukan muslim. Akan lain cerita jika pelakunya adalah muslim," tambahnya.

Ichsanuddin Noorsy menyoroti pertarungan antara ideologi ekonomi antara China dan Amerika. 

“Ini pertarungan setan sama setan. Yang satu berdasarkan materialisme sosialis sementara yang satunya lagi berdasarkan materialisme individualis. Sayangnya umat Islam tidak bisa memanfaatkan pertarungan ini,” ungkapnya.

“Umat Islam itu seharusnya memiliki peran sendiri bukan malah ikut arus dalam pertarungan ini, “ imbuhnya.

Sementara itu, Wahyudi Al Maroeky ketika ditanya mengapa umat Islam yang mayoritas ini menjadi sasaran radikalisme?

Beliau menjawab, “ Orang radikal adalah orang yang anti Pancasila. Berteman dengan orang radikal maka anda akan terpapar radikalisme,”

“Narasi radikalisme yang terus dihembuskan pemerintah karena ada dua benefit yang diperoleh pemerintah yaitu menutupi janji-janji politiknya sehingga janji-janji waktu kampanye tidak ditagih oleh rakyat dan yang kedua menghambat gerakan umat yang menginginkan negeri ini dihukumi dengan hukum Allah,"lanjutnya.

Setelah berkuasa, setidaknya ada 3 janji yang harus dipenuhi penguasa yaitu janji pada investor politik, janji pada partai politik, dan janji pada rakyat.

Mana yang paling dahulu dipenuhi?

Yang paling dahulu dipenuhi adalah janji pada investor. Janji ini dipenuhi dengan cara membangun infrastuktur atau dengan membuka lebar investasi asing. Padahal hakikat investasi itu bersedia di 3 i yaitu di Intimidasi, di Intervensi, dan di Intrik-intrik.

Untuk memenuhi janjinya pada partai politik yang mendukungnya yaitu dengan bagi bagi jabatan misalnya dengan penggemukan kabinet kerja, pengangkatan wamen, pembuatan komisi-komisi baru, dan lain-lain.

Sementara itu untuk memenuhi janjinya pada rakyat pemerintah memberikan janji baru sehingga rakyat melupakan janji yang lama.
Mental rakyat Indonesia itu mudah melupakan sehingga mudah dibohongi penguasa.

Ketika semua pembicara ditanya solusi dari permasalahan yang mendera negeri ini, semua sepakat kembali pada Islam.

Ahmad Khozinudin memgungkapkan Kapitalisme ini sudah ringkih. Saatnya diganti oleh Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian. 

Edi Mulyadi menyitir QS At Taubah ayat 111. Ayat ini adalah jalan tol untuk menuju surga.
 
Allah SWT berfirman:

اِنَّ اللّٰهَ اشْتَرٰى مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ اَنْفُسَهُمْ وَاَمْوَالَهُمْ بِاَنَّ لَهُمُ الْجَــنَّةَ   ۗ  يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ فَيَقْتُلُوْنَ وَ يُقْتَلُوْنَ ۗ  وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِى التَّوْرٰٮةِ وَالْاِنْجِيْلِ وَالْقُرْاٰنِ   ۗ  وَمَنْ اَوْفٰى بِعَهْدِهٖ مِنَ اللّٰهِ فَاسْتَـبْشِرُوْا بِبَيْعِكُمُ الَّذِيْ بَايَعْتُمْ بِهٖ  ۗ  وَذٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ
"Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin, baik diri maupun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah; sehingga mereka membunuh atau terbunuh, (sebagai) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan Al-Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain Allah? Maka bergembiralah dengan jual-beli yang telah kamu lakukan itu, dan demikian itulah kemenangan yang agung."
(QS. At-Taubah 9: Ayat 111)

Ichsanuddin Noorsy menjawab bahwa metode Alquran adalah metode paling ampuh. Dan itulah yang dia gunakan dalam setiap analisisnya. Metode ini meliputi 5 tahapan yaitu Penjelasan, Tantangan, Jawaban, Pembuktian, dan Istiqomah.

Sementara Wahyudi Al Maroeky mengungkapkan untuk mengatasi semua permasalahan di negeri ini adalah dengan merubah sistem yaitu sistem yang benar dan cara yang benar sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah dan diikuti oleh para sahabatnya yaitu Sistem Islam dalam bingkai Daulah Khilafah warisan Rasulullah.

Reporter : Achmad Muit, ST

Posting Komentar

0 Komentar