KETIKA DUKUN IKUT BERPOLITIK


Dan para penyihir datang kepada fir’aun. Mereka berkata (apakah) kami akan dapat imbalan, jika kami menang ?. Dia (fir’aun) menjawab, iya bahkan kamu pasti termasuk orang-orang yang dekat (kepadaku) (QS Al A’raf : 113-114)

Musa berkata kepada mereka (tukang sihir) celakalah kamu, janganlah kamu mengada-adakan kedustaan terhadap Allah, nanti Dia membinasakan kamu dengan azab. Dan sungguh rugi orang yang mengada-adakan kedustaan (QS Thaha : 61)

Ibnu Katsir dalam kitan Qashasul Anbiyaa (terj) halaman 544 menyebutkan bahwa fir’aun melibatkan para tukang sihir dengan jumlah yang sangat banyak dengan tujuan mampu mengamankan posisi singgasananya. Fir’aun melibatkan tukang sihir untuk terjun ke politik karena takut singgasananya dirobohkan oleh Nabi Musa dan Nabi Harun.

Muhammad bin Kaab menyebutkan ada delapan puluh ribu tukang sihir yang disiapkan untuk membela fir’aun. Sementara menurut Al Qasim bin Abi Bazzah berjumlah tujuh puluh ribu. As Suddi mengatakan tiga puluh sekian ribu penyihir. Abu Umamah menyebut Sembilan belas ribu orang. Muhammad bin Ishaq mengatakan lima belas ribu orang. Sedangkan Kaab Al Anbar mengatakan dua belas ribu penyihir.

Kemudian datanglah fir’aun, para menterinya dan para tukang sihir beserta segenap rakyat Mesir, karena memang fir’aun sebelum sebelum itu menyerukan kepada rakyatnya untuk hadir di tempat itu, lalu merekapun datang seraya berkata, ‘agar kita mengikuti para penyihir itu, jika mereka yang menang’ (QS Asy Syu’ara : 40).

Istilah dukun sudah sangat familiar di kalangan masyarakat. Dukun dalam bahasa Arab banyak disebutkan, diantaranya dengan istilah kaahin (dukun), rammal (tukang tenung), munajjim (ahli nujum), saahir (tukang sihir), istilah-itilah ini secara esensi adalah sama. Ada beberapa hal yang menyamakan istilah-istilah ini.

Pertama, dari sisi pengakuan atas pengetahuan akan hal-hal yang ghoib. Kedua, dalam sisi penerimaan info tentang hal yang ghoib tersebut dengan mempergunakan bantuan jin atau setan. Jadi para prinsipnya dukun adalah orang berdusta karena bersekutu dengan setan. Islam melarang keras praktek perdukunan ini karena termasuk perbuatan musyrik.

Jikapun apa yang diuapkan oleh seorang dukun merupakan suatu kebenaran dan fakta, maka itu merupakan kerjaan jin yang mencuri informasi dari langit. Saat itu ditanyakan oleh sahabat, Rasulullah menjawab, ‘itu adalah sebuah kalimat yang benar yang dicuri oleh jin, lalu ia bisikkan ke telingan pembatunya (dukun) kemudian ia campur dengan seratus kebohongan’.

Jika semua perkataan dukun itu bohong, maka tak aka nada satupun manusia yang percaya dukun. Maka begitulah cara setan membuat tipu daya kepada manusia dengan tujuan menyesatkan manusia. Setan berusaha menyamarkan antara yang haq dengan yang batil, antara yang benar dengan yang salah. Padahal Allah jelas telah melarang mencampur aduk antara yang haq dan batil (QS 2 : 42).

Perbuatan syirik sangat dilarang dalam Islam, karena bisa merusak tauhid. Al Qur’an mengingatkan dalam Al Qur’an surat Yusuf ayat 106 yang berbunyi,’Dan sebagian besar manusia tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukanNya (dengan sembahan-sembahan lain).

Fenomena perdukunan ini jauh hari telah dikabarkan oleh Rasulullah sebagai tanda akan dekatnya hari kiamat. Rasulullah bersabda, tidak akan terjadi hari kiamat sampai beberapa kabilah (suku/kelompok) dari umatku bergabung dengan orang-orang musyrik dan sampai mereka menyembah berhala (sesuatu yang disembah selain Allah)’ (HR Abu Dawud No. 4252, At Tarmizi No 2219, dan Ibnu Majah No 3952 serta dinyatakan shohih oleh Imam At Tarmidzi dan Syaikh Al Bani).

Mendatangi, bertanya dan percaya kepada dukun adalah perbuatan dosa besar yang pelakunya bahkan bisa dikategorikan sebagai orang kafir (lihat kitab Fathul Majiid h. 354 dan at Tamhiid li syarhi kitaabit tauhid h. 320). Rasulullah pernah menegaskan bahwa dukun adalah thagut dari kalangan manusia. Jabir bin Abdillah saat ditanya perihal thagut, beliau menjawab bahwa mereka adalah para dukun yang setan turun kepada mereka.

Jika ada seorang muslim mendatangi seorang dukun untuk bertanya tentang satu hal, lantas tidak membenarkan jawaban sang dukun, maka orang itu tidak diterima sholatnya selama empat puluh hari. Hal ini sesuai sabda Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.

Sementara jika ada seorang muslim mendatangi seorang dukun, bertanya tentang suatu hal dan percaya kepada jawaban sang dukun, maka ia adalah kafir/kufur terhadap Allah.

Rasulullah bersabda, ‘Barangsiapa yang mendatangi dukun atau tukang ramal kemudian membenarkan ucapannya, maka sungguh dia telah kafir terhadap agama yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW’  (HR Ahmad 2/429 dan Al Hakim 1/49 disahihkan oleh Al hakim dan disepakati oleh Adz Dzahabi dan syaikh Al bani dalam Ash Shahiihah no. 3387)

Hal ini diperkuat oleh pendapat syaikh Abdurahman bin Hasan bahwa orang yang membenarkan dan meyakini dukun dan tukang sihir, maka ini merupakan kekafiran kepada Allah ( lihat Fathul Majiid h. 356).

Maka sebagaimana fir’aun yang bekerjasama dengan para tukang sihir dalam upaya mempertahankan dan melawan para pendakwah sebagaiana Nabi Musa, maka Allah justru akan menumbangkan singgasananya dengan penuh kehinaan. Bagi pengikut tukang sihir fir’aun, bisa terkategori syirik dan bahkan kafir.

Jika seorang dukun atau tukang sihir telah ikut terlibat dalam kancah politik praktis, maka yang akan muncul hanyalah kebohongan demi kebohongan, dusta demi dusta dan segala macam tipu dayapun dikerahkan. Sebab setan memang ingin menyesatkan manusia. Bekerja sama dengan dukun sihir dalam berpolitik, maka akan melahirkan politik setan yang penuh kedustaan. Dan pada akhirnya fir’aunpun ditenggelamkan Allah di lautan dengan penuh kehinaan dan kerugian.

Sebagai umat Islam jangan pernah percaya kepada dukun atau tukang sihir sedikitpun, sebab bisa menjadikan musyrik dan kafir dengan ancaman siksa Allah yang pedih. Jangan pernah mendukung siapapun manusia yang bekerjasama dengan dukun dan tukang sihir, sebab mereka telah bersekongkol dengan setan. Setan selalu akan mencari teman untuk memenuhi ruang-ruang di neraka Jahannam. 

Oleh : Ahmad Sastra 

Posting Komentar

0 Komentar