Mendakwahkan Khilafah Dicap Radikal: Adakah Hidden Agenda di Balik Narasi Itu?


TintaSiyasi.com -- Say no to radicalism or say no to Islam? Hari ini radikalisme, ekstremisme, dan terorisme dijadikan musuh dunia. Tetapi anehnya, moncong senjata dalam memerangi radikalisme, ekstremisme, dan terorisme diarahkan pada Islam. Seolah-olah mata dunia buta ketika penjajah Barat melakukan invasinya ke negeri-negeri Muslim. Akhirnya, tuduhan radikal, ekstrim, dan teroris hanya untuk Islam. Ketika Barat melakukan tindakan kekerasan, teror, dan kejahatan mulut dunia membisu. Genderang perang melawan radikalisme dipimpin oleh Barat dan sekutunya. Pemimpin negeri Muslim dijadikan kaki tangannya, umat Islam tidak lepas dari diskriminasi dan intimidasi. Begitulah gambaran dunia dalam cengkraman global hari ini.

Indonesia, negeri mayoritas Muslim, tetapi tidak terlepas dari pengaruh narasi-narasi Barat. Sebagai contoh, ketika ada seseorang melakukan tindak kekerasan atau terorisme, seharusnya yang dipersoalkan adalah personalnya, bukan Islamnya. Karena Islam tidak mengajarkan kekerasan dan terorisme. Ironisnya, stigma radikal dan teroris tidak luput disematkan pada kaum Muslim. Bahkan, disematkan pada busana Muslim, seperti bercadar, celana cingkrang, dan lain-lain. Bendera tauhid dan dakwah khilafah juga tidak luput dari tudingan radikal-radikul itu. Sungguh aneh, jika dakwah khilafah dicap radikal, padahal khilafah ajaran Islam. Bagaimana mungkin memberikan label radikal pada ajaran Rasulullah Muhammad SAW?

Di Balik Cap Radikal, Ekstrem, Bahkan Teroris terhadap Islam dan Khilafah

Apakah dakwah Islam dan khilafah itu radikal dan ekstrem? Apakah dakwah khilafah itu teror? Dakwah khilafah dianggap radikal, ekstrem, dan teroris karena mereka membenci Islam dan terjangkit islamofobia. Sejatinya, mengapa seseorang membenci Islam dan dakwah khilafah? Apa yang ditakutkan pada Islam dan keagungan khilafah? Islam adalah agama yang penuh kasih sayang. Islam berisi aturan yang adil, sesuai fitrah manusia, menentramkan hati, dan memuaskan akal. Khilafah adalah penjaga Islam, institusi pelaksana syariat Islam. Lantas, apa yang perlu ditakutkan? 

Khilafah ajaran Islam, mau diingkari sekuat tenaga, khilafah tetap ajaran Islam, tidak bisa dihapus, tidak bisa ditutup-tutupi. Apabila mereka mengumpulkan para cendekiawan, ilmuan, pakar, dan ahli dari bidang apa pun untuk mempersekusi ajaran Islam khilafah, tentu tidak akan pernah mampu. Karena khilafah jelas ada di kitab-kitab ulama muktabar. Bahkan ulama Indonesia, Sulaiman Rasyid di buku Fiqih Islam menuliskan tentang khilafah.

Mengingkari khilafah itu gelap mata, tuli, dan kejahiliahan. Karena khilafah pernah dicontohkan Rasulullah Muhammad SAW, para sahabat hingga Bani Umayyah, Utsmaniyah, dan Abbasiyah. Jejak-jejaknya ada, tidak hanya jejak dalam kitab ulama muktabar, tetapi juga jejak-jejak sejarahnya ada. Lantas mengapa ajaran khilafah masih ditolak, diingkari, dan distigmatisasi? 

Sejatinya, mereka yang benci, takut pada ajaran Islam dan penerapan syariat Islam dalam lingkup negara ada beberapa penyebab. Pertama, mereka tidak tahu soal khilafah ajaran Islam. Fitrahnya ketika kita tidak tahu tentang sesuatu, kita mencari tahu. Apalagi ini adalah bagian dari ajaran Islam. Sebagai umat Islam seharusnya menilai dan mencari literatur khilafah dari sumber-sumber Islam yang terpercaya. Jangan menggunakan kacamata Barat dalam menilai khilafah. 

Bagi Barat penjajah, Khilafah Islamiah adalah ancaman. Karena akan meruntuhkan kesombongan dan keserakahan mereka. Mereka anti-Islam dan antikhilafah karena Islam dan Khilafah berpotensi meniadakan penindasan, penjajahan, dan penjarahan yang penjajah Barat lakukan. Walhasil, mereka membenci dakwah khilafah dan memberi cap radikal, ekstrem, dan teroris.

Kedua, pelaku kemaksiatan, kemungkaran, dan kezaliman. Mereka tidak menyukai tegaknya syariat Islam, karena mereka tidak bisa bebas melakukan kejahatan. Sudah nyaman dengan gaya hidup serba bebas dan jauh dari Islam, ketika mendengar aturan Islam sudah fobia dan anti pati. Begitulah mereka para pembenci Islam. Padahal, siapa saja dan bagaimana pun latar belakang kita, andai mau bertobat dan kembali pada Islam, pasti Allah SWT akan bukakan pintu ampunan-Nya. 

Ketiga, kaum kafir harbi fi'lan (kaum kafir yang memerangi umat Islam). Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan teman orang-orang yang di luar kalanganmu (seagama) sebagai teman kepercayaanmu, (karena) mereka tidak henti-hentinya menyusahkan kamu. Mereka mengharapkan kehancuranmu. Sungguh, telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang tersembunyi di hati mereka lebih jahat. Sungguh, telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu mengerti (TQS. Al-Imran: 118). 

Sangat jelas peringatan Allah SWT dalam surah Al-Imran di atas, yakni, kebencian kaum kafir sangat nyata dan yang tersembunyi di hati mereka lebih besar. Mereka tidak henti-hentinya menyusahkan kaum Muslimin. Hal itu sudah terjadi hari ini. Bagaimana kaum Muslim yang ada di Timur Tengah, Uighur, Khasmir, Rohingnya, dan lain-lain mendapatkan siksaan, penderitaan, dan pembunuhan yang nyata dari kaum kafir penjajah. 

Inilah musibah yang menimpa umat Islam. Ketika perisainya (junnah, baca: khilafah) hilang, mereka mendapatkan kezaliman yang berlapis dari tata kehidupan yang jauh dari Islam. Di sinilah pentingnya menyuarakan solusi Islam, yakni khilafah. Tetapi, kenyataannya tawaran khilafah bukannya didukung, malah distigmatisasi oleh penguasa dan sistem yang terjangkit islamofobia.

Dampak Narasi Radikalisme, Ekstremisme, dan Terorisme terhadap Politik, Hukum, dan Ekonomi di Negeri Ini

Perang melawan radikalisme, ekstremisme, dan terorisme yang digaungkan Barat adalah untuk menghambat kebangkitan Islam. Barat melakukan pembunuhan karakter terhadap Islam dan ajarannya. Mengapa? Karena secara dalil, Islam tidak mengajarkan tindak kekerasan yang disangkakan Barat. Kalaupun ada seorang Muslim melakukan kekerasan, cukuplah tegur, hukum, dan nasihati orangnya. Jangan sampai dikaitkan dengan ajaran Islam yang agung. 

Bayangkan saja, khilafah ajaran Islam, mahkota kewajiban (tajul furudh), pelaksana dan penjaga syariah yang pernah Rasulullah Muhammad SAW contohkan dituduh radikal, teroris, dan ekstrem dalam kacamata Barat. Sedihnya lagi, banyak kaum muslimin yang terbawa arus khilafahfobia itu. Beberapa bagian dari kaum muslimin, bukannya melawan narasi Barat, justru malah ikut-ikutan menghakimi khilafah dengan sudut pandang ala Barat. Sebagus apa pun ajaran Islam, apabila dinilai menggunakan sudut pandang anti Islam, pasti akan menimbulkan kebencian. Inilah yang terjadi hari ini. 

Narasi tersebut pastilah membawa dampak dan peluang bagi dakwah Islam dan khilafah. Adapun dampaknya sebagai berikut. Pertama, dampak politik. Di kala dunia perpolitikan kacau akibat keserakahan dan kejahatan sistem kapitalisme yang mengglobal, di saat itu pula dunia menjadikan Islam sebagai kambing hitam. Telah nyata kerusakan kehidupan akibat penerapan kapitalisme sekuler, tetapi yang didengungkan untuk dilawan dan diperangi adalah khilafah ajaran Islam. 

Sebagai contoh, gurita korupsi yang menjadi tabiat sistem demokrasi, kemiskinan melanda, yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin, kehidupan susah, biaya hidup mahal, cari pekerjaan susah, pejabat yang tidak amanah dan egois memikirkan kepentingannya sendiri. Di saat itulah narasi-narasi radikalisme, ekstremisme, dan terorisme didengungkan untuk menutupi kebobrokan dan ketidakbecusan kapitalisme sekuler dalam menciptakan kesejahteraan. 

Kedua, dampak hukum. Maraknya kriminalisasi dan persekusi yang menimpa kaum Muslim, pendakwah, aktivis, dan ajaran Islam. Seolah gayung bersambut, ketika seseorang atau kelompok dituduh radikal, itu boleh dipersekusi dan dikriminalisasi. Sebagai contoh, ada ormas yang dicabut badan hukumnya karena tuduhan itu. Ada aktivis, tokoh, dan ulama yang dibubarkan kajiannya karena tuduhan tersebut. Padahal mereka hanya mendakwahkan Islam tidak yang lain, tetapi stigma radikal disematkan kepada mereka, sehingga menjadi lampu hijau penghakiman sepihak oleh hukum yang ada. 

Maraknya ketidakadilan dan nihilnya kemanusiaan menyelimuti kehidupan hari ini adalah buah penerapan hukum yang jauh dari Islam. Demokrasi yang diharapkan mampu mengakomodasi suara rakyat sehingga tercipta keadilan justru telah melahirkan kejahatan dan kezaliman. Hukum bersujud pada uang dan disetir berdasarkan kepentingan segelintir orang. Sehingga demokrasi berubah menjadi otoriter. Jargon-jargon demokrasi yang pro rakyat dikhianati oleh legitimasi-legitimasi hukum yang diputuskan oleh segelintir orang. Akhirnya keadilan hukum hanya sebatas teori. Karena penegak hukum tunduk pada kekuasaan, bukan pada norma-norma hukum yang ada. 

Ketiga, dampak ekonomi. Narasi radikalisme sering digiring untuk menutupi kegagalan kapitalisme dalam mewujudkan kesejahteraan. Kapitalisme telah melegalkan penguasaan sektor publik oleh para kapitalis. Sektor publik yang seharusnya dikelola negara untuk mewujudkan kesejahteraan, dikuasai oleh segelintir orang untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Di saat ada yang menyuarakan sistem ekonomi Islam sebagai solusi konkrit problematika ekonomi di negeri ini, acap kali dituduh radikal. Bahkan, sebagian orang yang menolak bunga riba juga dicap radikal. Padahal memang utang riba dilarang di dalam Islam.

Di balik dampak dari narasi radikalisme, ekstremisme, dan terorisme yang didengungkan untuk menghambat dakwah Islam, pasti ada peluang untuk terus menyampaikan kebaikan dan kebenaran Islam. Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, tetapi Allah menolaknya, malah berkehendak menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir itu tidak menyukai (TQS. At-Taubah: 32). Sekalipun mereka berusaha memutarbalikkan fakta, tetapi Allah SWT berjanji akan menyempurnakan kemenangan kaum Muslim. Pertanyaannya, akankah umat Islam meyakini hal ini atau terbawa arus khilafahfobia yang digiring Barat?

Strategi Islam dalam Menghadapi Tudingan Negatif terhadap Ajaran Islam

Jangankan umat Islam, Rasulullah Muhammad SAW tidak lepas dari propaganda negatif yang digulirkan kaum kafir pembenci Islam. Dakwah kapan pun masanya akan mendapatkan ujian dan cobaan dan Islam pasti akan dimenangkan oleh Allah Subhanahu wata'ala. Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi (TQS. Al Fath: 28). Sungguh nyata apa yang telah dijanjikan oleh Allah SWT. Maka, haram hukumnya kaum muslimin berputus asa dari rahmat Allah Subhanahu wata'ala. Umat Islam harus terus menyuarakan Islam sebagai solusi atas problematika kehidupan dan tidak ada solusi lain selain solusi Islam. 

Sudah dibuktikan dalam berbagai zaman, tidak ada kezaliman yang abadi. Kegelapan yang diciptakan kezaliman kapitalisme sekuler akan segera lenyap dan cahaya Islam akan segera menyinari dunia dengan segala kebaikan yang dibawanya, insyaallah. Ada beberapa catatan yang harus dilakukan umat Islam untuk mendakwahkan Islam dan khilafah. Pertama, mengonter propaganda yang dibuat Barat. Dari radikalisme, ekstremisme, dan terorisme. Islam tidak seperti yang mereka tuduhkan. Begitu juga dengan propaganda moderasi beragama, umat Islam tidak boleh latah mengikuti propaganda Barat, yakni menjadikan umat Islam moderat dan jauh dari Islam. Islam ya Islam, tidak radikal dan tidak moderat. Islam yang benar yang sesuai tuntunan syariat. 

Kedua, edukasi. Para pendakwah Islam harus terus mengedukasi umat agar tidak teracuni paham-paham Barat yang membius dan merusak. Harus hadir di tengah-tengah kaum Muslim untuk menyuarakan Islam. Aktivis Muslim tidak boleh kalah cerdas dalam mengedukasi umat, jangan sampai umat tertipu oleh rayuan kaum sekuler dan liberal yang menyesatkan. 

Ketiga, istiqamah. Umat Islam harus istiqamah menapaki jalan dakwah Islam. Jalan dakwah ini tidaklah mudah, bahkan penuh onak dan duri. Kaum Muslim harus kuat menahan beratnya jalan dakwah ini dan siap menerima risiko apa pun. Karena apa pun yang dikorbankan demi dakwah ini, akan menjadi saksi pemberat amal kebaikan di akhirat kelak. Jalan dakwah adalah jalan yang agung. Karena meninggalkan dakwah, suatu kaum menghalalkan azab untuknya. Oleh karena itu, kaum Muslim tidak boleh meninggalkan jalan dakwah ini. 

Keempat, doa dan mendekat pada Allah. Umat Islam sembari berikhtiar harus terus mendekat pada Allah Subhanahu wata'ala. Malam-malamnya diisi dengan ibadah sunah dan doa kepada Allah Subhanahu wata'ala agar kemenangan Islam segera terwujud dan kezaliman segera lenyap di muka bumi ini. Kelima, menjaga keikhlasan dan kesabaran. Dakwah itu berat, hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang ikhlas dan sabar. Mereka yang tidak menjaga keikhlasan dan kesabaran akan mudah sekali digilas oleh syahwat dan dunia yang datang menggoda. Jagalah keikhlasan dan kesabaran dengan memohon kekuatan-Nya dan senantiasa berzikir pada-Nya.

Pendakwah, aktivis, ulama, dan tokoh Muslim harus hadir di tengah-tengah kaum Muslim untuk melakukan dakwah amar makruf nahi mungkar. Tidak boleh berhenti dan terhenti. Segala uslub (cara) harus dicoba untuk menyampaikan ajaran Islam. Kegagalan uslub tidak boleh membuat kaum Muslim putus asa. Sekalipun banyak kegagalan yang dihadapi kaum Muslim, yakinlah akan satu kemenangan yang dijanjikan Allah Subhanahu wata'ala. Percayalah akan kemenangan Islam yang tidak akan pernah tertukar oleh siapa pun. Hanyalah jalan dakwah Islam yang akan menang dan dimenangkan. Insyaallah, kehidupan Islam akan terwujud di bawah institusi yang diridhai Allah SWT dan sesuai tuntunan Nabi Muhammad SAW, yakni khilafah 'ala minhajin nubuwwah.

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut.

Sangat jelas peringatan Allah SWT dalam surah Al-Imran di atas, yakni, kebencian kaum kafir sangat nyata dan yang tersembunyi di hati mereka lebih besar. Mereka tidak henti-hentinya menyusahkan kaum Muslimin. Hal itu sudah terjadi hari ini. Bagaimana kaum Muslim yang ada di Timur Tengah, Uighur, Khasmir, Rohingnya, dan lain-lain mendapatkan siksaan, penderitaan, dan pembunuhan yang nyata dari kaum kafir penjajah. 

Inilah musibah yang menimpa umat Islam. Ketika perisainya (junnah, baca: khilafah) hilang, mereka mendapatkan kezaliman yang berlapis dari tata kehidupan yang jauh dari Islam. Di sinilah pentingnya menyuarakan solusi Islam, yakni khilafah. Tetapi, kenyataannya tawaran khilafah bukannya didukung, malah distigmatisasi oleh penguasa dan sistem yang terjangkit islamofobia.

Di balik dampak dari narasi radikalisme, ekstremisme, dan terorisme yang didengungkan untuk menghambat dakwah Islam, pasti ada peluang untuk terus menyampaikan kebaikan dan kebenaran Islam. Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, tetapi Allah menolaknya, malah berkehendak menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir itu tidak menyukai (TQS. Surah At-Taubah: 32). Sekalipun mereka berusaha memutarbalikkan fakta, tetapi Allah SWT berjanji akan menyempurnakan kemenangan kaum Muslim. Pertanyaannya, akankah umat Islam meyakini hal ini atau terbawa arus khilafahfobia yang digiring Barat?

Pendakwah, aktivis, ulama, dan tokoh Muslim harus hadir di tengah-tengah kaum Muslim untuk melakukan dakwah amar makruf nahi mungkar. Tidak boleh berhenti dan terhenti. Segala uslub (cara) harus dicoba untuk menyampaikan ajaran Islam. Kegagalan uslub tidak boleh membuat kaum Muslim putus asa. Sekalipun banyak kegagalan yang dihadapi kaum Muslim, yakinlah akan satu kemenangan yang dijanjikan Allah Subhanahu wata'ala. Percayalah akan kemenangan Islam yang tidak akan pernah tertukar oleh siapa pun. Hanyalah jalan dakwah Islam yang akan menang dan dimenangkan. Insyaallah, kehidupan Islam akan terwujud di bawah institusi yang diridhai Allah SWT dan sesuai tuntunan Nabi Muhammad SAW, yakni khilafah 'ala minhajin nubuwwah.[]

Oleh: Ika Mawarningtyas
Dosol Uniol 4.0 Diponorogo dan Direktur Mutiara Umat Institute 

Materi Kuliah Uniol 4.0 Diponorogo, Rabu, 11 Januari 2023 di bawah asuhan Prof. Dr. Suteki, S.H., M. Hum.
#Lamrad #LiveOpperessedOrRiseUpAgainst

Posting Komentar

0 Komentar