RISALAH PERANG PANJANG, SEBUAH PERTARUNGAN ABADI ANTARA AL HAQ DAN AL BATHIL

[Catatan Resensi Buku Eksklusif, Karya Intelektual Muda Muslim Bekasi]


Dalam sebuah diskusi keumatan yang diselenggarakan oleh Masyarakat Bekasi Peduli Kemanusiaan (MABES PEKA) pada Selasa - Rabu, 31 Desember 2019 hingga 1 Januari 2020, Penulis berkesempatan menjadi salah satu Nara Sumber bersama tiga nara sumber lain : Dr. M. Iqbal Hassarief, Sp.PD, FINASIM, Ust. Wildan Hasan M.Pd.I, dan Bapak H.Chairuman J Putro, B.Eng, M.Si.

Dr. M. Iqbal Hassarief, Sp.PD, FINASIM, adalah seorang dokter muda yang mendalami keahlian sebagai dokter Spesialis Penyakit Dalam. Disamping menggeluti dunia medis, dokter Iqbal juga serius merintis bisnis kuliner dengan mendirikan usaha  "A2 House Coffee”. 

Ust. Wildan Hasan M.Pd.I dikenal sebagai pendidik, Peneliti dan juga ulama muda yang sudah berkiprah secara nasional dan internasional. Ust Wildan juga aktif di beberapa organisasi diantaranya MUI, DDII, ICMI, PERSIS, ANNAS dan MIUMI (Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia).

Adapun Bapak H.Chairuman J Putro, B.Eng, M.Si, atau yang lebih akrab disapa Bang Choi, adalah Ketua DPRD Kota Bekasi. Aleg dari  PKS Kota Bekasi ini selain politisi juga seorang Tehnokrat yang dikenal dengan mottonya "Bila Anda Seorang Muslim yang Sahih, Maka Cukuplah Kunci-kunci Kesuksesan".

Pada kesempatan yang langka, diskusi yang diselenggarakan di Masjid Jannatul Firdaus, Taman Galaxi, Bekasi ini, Penulis begitu bahagia mendapatkan hadiah sebuah buku yang ditulis salah satu pembicara, dengan judul "RISALAH PERANG PANJANG" karya Ust. Wildan Hasan M.Pd.I.

Menambah spesial buku yang penulis terima, karena konon buku ini baru selesai dicetak, edisi terbaru. Jadi, penulis termasuk golongan awal yang mendapat kesempatan membaca buku ini.

Dari sisi judul, sebelum mulai memasuki halaman demi halamannya benak penulis langsung terbesit pikiran "satu babak epos perang abadi". Namun, bukan perang dalam makna sesungguhnya, yakni perang pemikiran, perang narasi, perang opini, perang argumentasi, yang semakin mengokohkan keyakinan bahwa agama Islam memang tinggi dan tak ada satupun agama yang menyamainya.

Benar saja dugaan penulis, dalam buku setebal 240 halaman ini dari sejak halaman awal hingga akhir intens membahas diskursus keumatan baik terkait isu pendidikan, filsafat dan ideologi (Islam dan liberalisme, sejarah (pemikiran Moh Natsir, Gajah Mada), dialektika kekhilafahan masa Utsman bin Affan yang dituding Nepotis, kebangsaan, Islam dan ke-Indonesia-an, Islam dan Negara, yang pembahasan rinciannya sampai pada diskursus mata pelajaran perang, hingga soal keteguhan dalam Islam.

Dari sisi rujukan pemikiran, buku yang ditulis oleh Ust Wildan ini lumayan lengkap karena mampu menunjukan hubungan kewajiban dan tanggung jawab Negara dalam pandangan Islam yang berkewajiban menjamin kebutuhan pokok masyarakat akan pendidikan, kesehatan dan keamanan. Hal ini merupakan pengembangan tanggungjawab kolektif negara diluar tanggungjawab yang bersifat pribadi yakni memenuhi kebutuhan kebutuhan sandang, pangan dan papan setiap orang per orang.

Ust Wildan mengutip pendapat Abdurahman Al Maliki dalam kitab As-Siyasah Al Iqthisodiyah Al Mutsla (1963), yang mengacu pada wasiat Rasulullah SAW yang diperkuat oleh ijma' para sahabat : "Imam adalah bagaikan Pengembala dan dialah yang bertanggungjawab atas gembalaannya itu".

Isu seputar perempuan juga tak luput dalam ulasan. Feminisme dijelaskan secara sistematis dimulai secara bahasa, pendapat-pendapat mengenai feminisme dan masalah ikutan akibat keyakinan atau paham feminisme ini.

Tentang santri, buku tersebut mengelaborasi ihwal haru santri nasional. Latar belakang hari santri yang lekat dengan peran ulama dan semangat jihad untuk membebaskan negeri dari penjajahan, tidak luput pula ditulis.

Ringkasnya, menurut hemat penulis buku ini layak dijadikan bahan bacaan bagi pengemban dakwah untuk menambah amunisi wawasan ilmu, untuk melanjutkan pertarungan abadi, dalam perang total antara keimanan dan kekufuran, antara yang hak dan yang bathil. Semoga, Allah SWT mencatat buku ini sebagai amal jariyah yang akan terus mengalirkan pahala, menginspirasi siapa saja yang membacanya untuk lebih bersemangat mengemban dakwah dan menyampaikan risalah Islam. []

Oleh : Ahmad Khozinudin, S.H.
Ketua LBH PELITA UMAT



Posting Komentar

0 Komentar