Dunia Internasional Tidak Pernah Objektif dalam Konflik Palestina-I5r4el


TintaSiyasi.com -- Pengamat Politik Internasional Ustazah Iffah Ainur Rohmah menilai dunia internasional tidak pernah objektif karena sekian banyak teror I5r4el tidak pernah dianggap sebagai teror besar dan mematikan.

"Bahkan, sejak awal 2023 begitu terus-menerus serangan itu tak henti-hentinya dan tidak pernah dunia internasional menunjukkan sikap objektif terhadap teror-teror yang dilakukan oleh I5r4el. Artinya, teror yang dilakukan oleh I5r4el sebegitu banyaknya tidak pernah dianggap sebagai teror yang lebih besar dan lebih mematikan dibandingkan apa yang hari ini dilakukan oleh Hamas. Seolah-olah demikian," ungkapnya dalam acara Muslimah Talk: Bias Internasional terhadap Aksi Badai Gaza di kanal YouTube Muslimah Media Center, Sabtu, 14 Oktober 2023. 

Dalam hal ini, Iffah menyeru umat muslim agar tetap konsisten membela yang benar dan menentang yang batil, termasuk dalam memandang masalah Palestina. "Saya ingin mengajak sahabat untuk menjaga konsistensi kita terhadap mana yang hak dan batil itu dengan melihat setidaknya ada tiga hal," jelasnya.

"Pertama, Palestina ini adalah ardul muhtallah, tanah yang diduduki, occupied land. Setiap inci dari tanah Palestina itu sudah diduduki oleh I5r4el tanpa hak, bahkan saudara-saudara kita di Gaza terpenjara oleh tembok yang sangat tinggi yang dibuat oleh I5r4el," sambungnya. 

Kedua, menurutnya karena dunia Barat sejatinya penuh dengan kepentingan sehingga dengan sengaja memunculkan konflik untuk kepentingannya. 

"Dunia Barat punya kepentingan besar terhadap posisi geopolitik Palestina, terhadap kekayaan, baik sumber daya alam, sumber daya ekonomi ataupun sumber daya politik di Timur Tengah. Maka, hari ini terus dimunculkan konflik-konflik di wilayah tersebut, khususnya melalui apa yang dilakukan oleh I5r4el dengan menduduki Palestina. Tentu saja, dengan itu mereka bisa terus melakukan tawar-menawar kepentingan ekonomi dan kepentingan politiknya terhadap negara-negara di Timur Tengah," terangnya. 

Ketiga, posisi seorang muslim harus menunjukkan keberpihakan kita terhadap sesama muslim. "Keempat, bagaimana semestinya standing position negara-negara di dunia Islam. Kalau kita melihat bahwa dunia Barat dan komunitas internasional kompak menunjukkan dukungannya terhadap I5r4el, maka semestinya pemimpin-pemimpin di dunia Islam juga menampakkan sikapnya menjaga kewibawaan Islam dan menjaga kehormatan serta keselamatan saudaranya sesama muslim," paparnya.

Iffah mengingatkan mengenai kewajiban membantu saudara muslim yang membutuhkan dengan mengutip surat al-Anfal ayat 72 yang artinya "(Akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan."

“Mestinya para pemimpin muslim, tokoh-tokoh kaum muslimin di berbagai belahan dunia, dan juga kita semua sebagai umat Islam, mestinya menampakkan sikap yang sama, yaitu sikap mendorong agar para pemimpin kita mengerahkan semua yang dimilikinya untuk membebaskan Palestina dari cengkraman atau pendudukan I5r4el. Kalau Israel menggunakan kekuatan militer, tentu mereka saudara kita di Palestina hanya bisa dilepaskan dari pendudukan I5r4el itu dengan melawan kekuatan militer yang dimiliki I5r4el," tegasnya.

Iffah menilai, keberadaan muslim di seluruh penjuru dunia harusnya mampu menampakkan kekuatannya dalam membela saudara muslimnya di Palestina. Akan tetapi, menurutnya saat ini muslim belum bisa menampakkan kekuatannya karena belum ada pemimpin yang memberi komando untuk hal itu.

“Kita umat yang besar. Umat yang besar itu saat ini memang sedang tidak bisa bersuara dan tidak bisa menampakkan kekuatannya karena belum adanya komando dari pemimpin muslim yang takut kepada Allah, yang berani menegakkan hukum-hukum syariat, termasuk menegakkan hukum bagaimana memberikan solusi atas pendudukan yang dilakukan terhadap Palestina," sambungnya. 

Iffah mengatakan dengan adanya permasalahan ini semestinya umat muslim kembali menyadari bahwa umat membutuhkan satu pemimpin dalam naungan sistem khilafah.  

“Kasus ini semestinya menyadarkan kita, kita membutuhkan kembalinya kesatuan kaum muslimin di bawah naungan panji Lailahaillallah di bawah naungan sebuah sistem politik berdasarkan Islam, sebuah naungan sistem Khilafah," tutupnya.[] Hima Dewi

Posting Komentar

0 Komentar