TintaSiyasi.com -- Menyikapi usulan BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) untuk mengawasi tempat-tempat ibadah, Cendekiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto menyatakan bahwa narasi radikal-radikalisme harus dihentikan karena telah menimbulkan ketegangan.
“Semestinya harus dihentikan pula itu narasi radikal-radikalisme. Karena sekian tahun dikembangkan telah menimbulkan ketegangan,” ujarnya dalam Diskusi bertajuk BNPT & Usulan Pengawasan Rumah Ibadah di kanal YouTube Official, pada Ahad (10/9/2023).
Ia menjelaskan bahwa sampai hari ini umat Islam tidak pernah mendapatkan penjelasan yang gamblang mengenai makna radikalisme yang seringkali dimaknai negatif. Padahal, jika mengacu pada apa yang pernah disampaikan oleh Bung Karno menjelang kemerdekaan, kata radikal bermakna positif dan dibutuhkan dalam upaya memerdekakan Indonesia.
“Kalau kita mengacu pada apa yang pernah disampaikan oleh Bung Karno jelang periode kemerdekaan, (radikal, red) itu bermakna positif. Bahwa untuk merdeka, kita butuh partai pelopor, dan salah satu ciri pelopor itu punya spirit radikal dinamis,” jelasnya.
Ustaz Ismail juga menambahkan bahwa hari ini radikalisme telah menjadi istilah peyoratif dan secara semena-mena dimaknai negatif, lalu dihubungkan dengan Islam dan masjid. Alhasil, BNPT merasa perlu mengawasi masjid karena dianggap menjadi tempat pengembangan paham radikal.
“Jadi apa yang terjadi di masjid sehingga BNPT merasa perlu mengawasi masjid? Karena dianggap sebagai radikal. Apa yang dimaksud dengan radikal?” tanyanya
Ia juga berujar bahwa ada ketidaknyambungan antara masalah besar yang dihadapi negeri ini, yakni maraknya kasus korupsi dan semestinya pemerintah berkonsentrasi untuk memerangi korupsi. Namun, yang dilakukan malah sibuk mengurusi radikalisme. Dan yang mencengangkan, orang-orang yang tertangkap korupsi adalah mereka yang sibuk menuduh dan menyerang soal radikalisme.
“Yang tertangkap korupsi adalah mereka-mereka yang menuduh atau yang menyerang radikal-radikalisme itu,” mirisnya
Ustadz Ismail menduga, ketidaknyambungan antara masalah besar dan solusi yang diambil pemerintah tersebut disebabkan oleh dua kemungkinan, pertama karena ada motif internal untuk menambah anggaran, menambah/menjaga eksistensi, sehingga seolah-olah BNPT masih diperlukan. Karena itu harus dijaga momentumnya, harus diangkat terus bahwa masih ada banyak persoalan yang berkaitan dengan terorisme-radikalisme.
“Kemungkinan yang pertama, motif internal yang tadi sudah disebut. Ini adalah trik-trik untuk menambah anggaran, menambah atau menjaga eksistensi sehingga seolah-olah badan ini (BNPT, red) masih diperlukan,” duganya.
Ia melanjutkan, kemungkinan kedua karena ada latar belakang politik untuk memerangi kelompok-kelompok atau figur-figur yang kritis terhadap pemerintah atas nama memerangi radikalisme.
“Kemudian yang kedua adalah ini ada latar belakang politik. Politik apa? Politik untuk memerangi kelompok-kelompok atau figure-figur yang kritis terhadap rezim, terhadap pemerintah, atas nama memerangi radikalisme,” tutupnya. []Nurwati
0 Komentar