Rencana Penggusuran di Pulau Rempang Bukti Kezaliman Penguasa

Tintasiyasi.com -- Zalim, itulah satu kata yang pantas untuk menyebut rezim yang tengah berkuasa saat ini. Betapa tidak, hanya demi membela kepentingan para oligarki, pemerintah begitu tega melukai rakyatnya sendiri yang mempersenjatai ribuan aparatnya dengan senapan karet dan gas air mata.

Tepatnya pada Kamis 7 September 2023 terjadi bentrok antara aparat dan warga Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau, hal ini dipicu dengan aksi aparat yang memaksa masuk ke kawasan pemukiman di daerah Rempang.

Hal ini menyebabkan sejumlah warga terluka dan diamankan, hingga pelajar yang dilarikan ke Rumah Sakit karena terkena gas air mata.

Apa yang sebenarnya terjadi di Pulau Rempang? Kenapa bentrokan sampai pecah dan mengakibatkan banyak warga menjadi korban? 

Berdasarkan informasi dari Fraksi Rakyat Indonesia, pecahnya bentrok dengan aparat gabungan TNI-Polri, Ditpam Badan Pengusahaan (BP) Batam, dan Satpol PP dipicu oleh warga yang tidak setuju dengan rencana Proyek Strategis Nasional (PSN) di kawasan mereka.

Pasalnya, 10.000 warga Pulau Rempang-Galang yang tersebar di 16 Kampung Melayu Tua, terancam tergusur dan terusir dari ruang hidup yang telah mereka huni turun-temurun sejak 1834 (Pikiranrakyat,8/09/2023).

"Ruang hidup mereka diincar pebisnis rakus yang didukung rezim Jokowi yang pro investasi, meski membuat rakyatnya sendiri mati," ucap Fraksi Rakyat Indonesia, Kamis 7 September 2023.

Masih berdasarkan pada sumber yang sama, mereka menuturkan bahwa PT Makmur Elok Graha (MEG) diberikan konsesi 17.000 hektare sampai 2080 karena dianggap mampu menanam investasi Rp381 triliun. PT MEG merupakan anak perusahaan Artha Graha, yang sahamnya dimiliki oleh Tomy Winata.

"Konsesi itu diberikan oleh Badan Pengusahaan (BP) Batam selama 80 tahun untuk dijadikan kawasan bisnis Rempang Eco City di Pulau Rempang-Galang," tutur Fraksi Rakyat Indonesia.

"Hebatnya lagi, demi investasi itu bahkan KLHK rela melepaskan 7.560 hektare kawasan hutan yang penting bagi kelestarian ekosistem untuk dijadikan proyek tersebut,"tambahnya.

Sungguh ini merupakan kezaliman yang luar biasa. Seorang pemimpin yang semestinya menjadi pelindung dan pengayom umat malah menghadapi rakyatnya sendiri seperti menghadapi penjahat kelas kakap.

Semestinya pemerintah lebih mengedepankan kepentingan rakyatnya daripada para oligarki yang begitu berambisi untuk mengeruk kekayaan Indonesia.

Sejarah Pulau Rempang dan Pulau Galang

Kalau kita menilik sejarah Pulau Rempang dan Galang, rakyat yang tinggal di wilayah itu sudah tinggal 300 tahunan yaitu semenjak 1700-an, kemudian membentuk kesultanan Islam Riau Lingga.

Oleh karena itu, tercatat dalam sejarah kesultanan Islam Riau Linga ini turut berjuang melawan penjajah Belanda dalam mempertahankan Indonesia. Semestinya mereka itu oleh pemerintah diberikan keistimewaan karena merupakan keturunan para pejuang bangsa.

Ini malah akan digusur dari kawasan bersejarah tersebut dan di relokasi ke tempat yang masyarakat pun tidak bisa menjamin kelangsungan hidup berikutnya.

Dari sini dapat dipahami bahwa mengapa masyarakat Pulau Rempang dan Galang menolak direlokasi karena tempat mereka tinggal sekarang memiliki nilai historis yang tinggi, jika nanti itu dipakai untuk Eco City, maka makam para leluhurnya dan budaya yang sudah sekian ratus tahun akan musnah begitu saja.

Maka penolakan masyarakat Pulau Rempang dan Galang ini sangat masuk akal karena mereka sudah menjadi penduduk asli di sana dan keadaannya damai dan tentram sebelum adanya rencana pembangunan proyek oleh pemerintah.

Justru yang tak masuk akal ini rencana pemerintah yang akan membuat proyek Evo city di kawasan itu karena itu bukan ditujukan untuk kepentingan rakyat tapi demi oligarki.

Dimana fungsi pemerintahan sebagai pelayan dan pelindung umat. Pemerintah malah membela para investor dan rela melukai rakyatnya sendiri.

Penguasa dalam Islam Lebih Mengutamakan Rakyat

Hal ini sangat jauh berbeda dengan penguasa yang berada dalam sistem Islam.

Sebagai contoh khalifah Umar bin Khatab ketika mendapatkan laporan dari seorang yahudi yang mengadukan rumahnya akan digusur karena untuk pelebaran masjid oleh gubernur mesir yaitu Amr bin Ash.

Umar bin Khatab langsung mengirimkan pesan singkat dengan menggoreskan pedang pada sepotong tulang yang memberikan isyarat pada gubernur Mesir agar tidak berbuat zalim.

Padahal itu untuk perlebaran masjid, tapi Umar bin Khatab berpikir bijak, karena lebih menghargai perasaan rakyatnya daripada peluasan sebuah bangunan.

Inilah yang seharusnya dilakukan oleh penguasa saat ini pada rakyatnya. Seorang penguasa yang mengutamakan rakyatnya akan menjadi garda terdepan dalam melindungi rakyatnya hingga tetes darah penghabisan, bukan malah lebih memilih para oligarki dan para cukong China.

Rasulullah Saw telah bersabda berkaitan dengan penguasa yang berlaku zalim kepada rakyatnya;

 حَدِيثُ مَعْقَلِ بْنِ يَسَارٍ عَنِ الْحَسَنِ أَنَّ عُبَيْدَ اللَّهِ بْنِ زِيَادٍ عَادَ مَعْقَلَ بْنَ يَسَارٍ فِي مَرَضِهِ الَّذِي مَاتَ فِيْهِ، فَقَالَ لَهُ مَعْقَلَ : إِنِّي مُحَدِّثُكَ حَدِيثًا سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُوْلِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: مَنْ مِنْ عَبْدِ اسْتَرْعَاهُ اللَّهُ رَعِيَّةً فَلَمْ يَحُطْهَا بِنَصِيْحَةٍ إِلا لَمْ يَجِدْ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ. أخرجه البخاري في كتاب الأحكام باب من استرعى رعية فلم ينصح).

Al-Hasan berkata, Ubaidillah bin Ziyad menjenguk Ma'qal bin Yasar ra, ketika ia sakit yang menyebabkan kematiannya, maka Ma'qal berkata kepada Ubaidillah bin Ziyad, "Aku akan menyampaikan kepadamu sebuah hadits yang telah didengar dari Rasulullah saw, aku telah mendengar Nabi saw bersabda;
"Tiada seorang hamba yang diberi amanat rakyat oleh Allah lalu ia tidak memeliharanya dengan baik, melainkan Allah tidak akan merasakan padanya harumnya surga (melainkan tidak mendapat bau surga)."[]

Oleh: Emmy Emmalya
(Analis Mutiara Umat Institute)

Posting Komentar

0 Komentar