TintaSiyasi.com -- Menanggapi rencana penggusuran oleh pemerintah terhadap warga yang berada di wilayah rempang dan galang dengan tujuan untuk dijadikan lahan pengembangan proyek Rempang Eco-City menurut Direktur Pusat Analisis Kebijakan Strategis (PAKTA) DR. Erwin Permana, S.P., M.E., itu merupakan tindakan tidak adil karena masyarakat rempang sudah lama tinggal di daerah tersebut dan mereka sudah tinggal di sana jauh sebelum Indonesia itu ada
"Sejarah mereka itu luar biasa, artinya mereka sudah ada di sana jauh sebelum Indonesia ada. Tiba-tiba akan digusur dengan rencana untuk membuat industri ini. Nah, di mana rasa keadilannya." ujarnya di YouTube Khilafah News: Konflik Rempang, Dikuasai Pengusaha, Menggusur Warga? Selasa (12/09/2023).
Lalu ia melanjutkan, kalau kemudian akhirnya muncul konflik, maka itu merupakan hal yang sangat masuk akal, justru tidak masuk akal ketika mereka yang sudah turut temurun tinggal di tempat itu kemudian tiba-tiba digusur.
"Dan digusurnya pun bukan dengan cara yang baik yaitu dengan pendekatan persuasif, justru pendekatannya dengan cara represif, diturunkan ribuan aparat yang menggunakan senjata berpeluru karena dan berkendaraan lapis baja," paparnya.
Kemudian ia menyampaikan bahwa waktu untuk warga mengosongkan kawasan itu sangat dekat hingga tanggal 28 sepetember 2023 ini. "MasyaAllah, sekarang sudah Tanggal 12 September, artinya dalam jangan waktu 2 minggu ke depan ribuan orang di sana yaitu 10.000 orang tidak akan bisa tidur karena memikirkan mata pencaharian yang akan dicarinya, lalu di mana akan menyekolahkan anak-anaknya," ungkapnya.
"Jadi kalau akhirnya warga rempang dan galang melakukan aksi penolakan, itu hal yang sangat patut dan rasional. Justru pemerintah yang tidak berpihak kepada masyarakat," imbuhnya.
Kemudian ia menyampaikan, kondisi ini berbeda ketika Islam diterapkan, misalnya pada sejarah yang cukup terkenal, ketika salah satu gubernur di Mesir yaitu sahabat Umar bin khatab ingin melakukan pelebaran masjid di Mesir yang memakai tanah seorang yahudi dan orang yahudi itu menolak meskipun akan diganti dengan yang lebih besar.
"Orang yahudi itu menghadap Umar bin Khatab dan mengadukan hal tersebut, seketika Umar langsung mengirimkan pesan kepada Gubernur Mesir itu dengan pesan yang singkat yaitu dengan mengirimkan tulang yang digaris dengan pedang," urainya.
Kemudian, hanya dengan pesan singkat itu, gubernur Mesir itu langsung membatalkan rencana penggusuran rumah orang yahudi tersebut.
"Mengapa Umar meminta membatalkan pembangunan masjid karena membangun masjid bisa di lokasi mana saja tapi kalau membangun jiwa manusia itu lebih penting," jelasnya.
"Jika paradigma pembangunan kita semacam ini, maka negeri kita akan menjadi negeri yang besar tanya harus tergopoh-gopoh membangun industri tanpa harus mengorbankan masyarakat. Oleh karena itu rencana pengusuran kawasan rempang harus dibatalkan," tutupnya.[] Emmy
0 Komentar