TintaSiyasi.com -- Menyikapi isu gender netral yang ada di salah satu international school di Indonesia, pengamat politik internasional, Dr. Erwin Permana mengatakan, Indonesia sedang digiring untuk mendukung kempanye global lgbt.
“Saya melihat itu. Setidaknya ada kaitan antara masifnya opini lgbt global, dengan belakangan ini yang terjadi di Indonesia. Ya, Indonesia sedang digiring untuk mendukung kampanye global lgbt. Itu ada kaitannya dengan tekanan global. Seperti yang terjadi di Indonesia, terutama berkaitan dengan sekolah internasional ini yang membuat gender itu ada gender netral,” tuturnya kepada Tintasiyasi.com, Jumat (11/08/2023).
Bahkan katanya, dalam pengisian registrasi di Dirjen Dikti juga telah dimuat opsi gender netral. Dan hal tersebut ia akui sangat aneh. Menurutnya, Indonesia telah menjadi negeri yang latah terhadap berbagai agenda-agenda Barat global.
“Ini kita menjadi negeri yang latah ya. Aneh memang. kita dulu ada fashion show, kita ikut-ikutan ngadain CFW. Ada berbagi agenda-agenda musik di Barat, di Amerika terutama. Terus kita ikut-ikutan latah. Sekarang sedang gencarnya lgbt, Indonesia pun ikut mengarah ke sana. Seakan-akan jenis kelamin itu bukan laki-laki atau perempuan. Orang bisa bebas milih mau jenis kelamin apa. Ini kita memang latah,” ujarnya.
Ibarat ada yang masuk sarang ular, buaya, atau biawak, Indonesia juga seolah-olah sedang mengikuti jejak tersebut. Barat mengkampanyekan lgbt, Indonesia ikut-ikutan. Apalagi setelah PBB menyatakan dukungannya terhadap kaum lgbt. Sementara Indonesia yang lemah, dan di bagian negara ketiga, hanya bisa latah.
Pemerintah dan Menteri Pendidikan Harus Bertanggung Jawab
Oleh karena itu, yang paling bertanggung jawab terhadap tumbuhnya kaum Sodom di Indonesia, menurut pengamat politik internasional itu adalah pemerintah, termasuk menteri pendidikannya.
“Oleh karena itu yang paling bertanggung jawab terhadap tumbuhnya kaum Sodom di Indonesia adalah pemerintah, termasuk menteri pendidikannya,” tegas Dr, Erwin Permana.
Namun sayang katanya, Pemerintah terutama Menteri Pendidikan sekarang justru seperti tidak berkutik untuk menghdapai lgbt. Sebaliknya jika diperhatikan, keduanya seperti anti dengan Islam dan ide-ide Islam, bahkan berusaha untuk dilenyapkan. Seperti kurikulum pembelajaran agama termasuk di PT, yang memang tidak punya proporsi.
Padahal, satu-satunya yang mampu mengadapi lgbt termasuk kemaksiatan lain, penyimpangan, maupun gagasan-gagasan sesat, hanyalah Islam. Jadi, selama negeri ini tidak berlandaskan Islam, persoalan lgbt tidak akan selesai.
Ia sangat yakin bahwa pemikiran sekuler tidak akan pernah bisa menyelesaikan persoalan lgbt. Malah katanya, sekulerisme adalah pintu yang membuka selebar-lebarnya untuk tumbuh suburnya lgbt.
Tidak bisa dipungkiri, bahwa Indonesia mengidap sekuler abis, termasuk menteri pendidikannya. Bukan berusaha melawan, tetapi justru memberikan ruang bagi kaum lgbt.
Di sisi lain, masih banyak sebenarnya umat Islam dan para ulama yang berusaha menentang dan menolak lgbt. Indonesia sebagai negeri mayoritas Muslim, dan sebagian besarnya masih sadar serta peduli terdahadap nasib generasi muda. Tetapi yang tidak peduli adalah penyelenggara negaranya.
“Namun, kapasitas ulama hanyalah sebatas memberikan seruan. Sedangkan untuk mengeksekusi kebijakan adalah wewenang pemerintah, termasuk menteri pendidikannya. Artinya, andai Menteri pendidikan tidak setuju, tinggal katakan bahwa tidak ada tempat, di negeri ini bagi siapapun yang berbau-bau tentang lgbt. Siapapun,” tegasnya.
Upaya Efektif Pencegahan dan Penyelesaian LGBT
Upaya efektif untuk pencegahan semakain berkembangnya perilaku lgbt menurut Dr. Erwin Permana adalah dengan mengembalikan Islam pada kehidupan berbangsa dan bernegara. Terutama terhadap generasi muda yang rentan terkena pengaruhnya.
“Bagaimana upaya efektif untuk mencegahnya? Dengan mengembalikan Islam pada kehidupan bernegara negeri ini terutama terhadap generasi rentan terpengaruh dengan ide lgbt ini,” jelasnya.
Ia menyebutkan, anak-anak muda harus ditanamkan akidah Islam serta edukasi dan kurikulum pendidikan yang berbasis Islam secara massif. Salah satu caranya dengan menambah bobot pendidikan Islam mulai dari tingkat SD, SMP, SMA, hingga Perguruan Tinggi.
“Hanya itu satu-satunya cara saat ini yang bisa kita lakukan untuk memerangi lgbt. Lgbt itu nggak bisa perangi dengan senjata. Nggak bisa. Nggak bisa diperangi dengan senjata biologis, nggak bisa. Kita bisa memerangi itu lgbt dengan aqidah Islam yang lurus, gitu,” tambahnya lagi.
Selanjutnya ia menyebutkan bahwa tempat tumbuh suburnya lgbt, adalah di negara-negara Muslim minoritas. Seperti di Eropa, dan negara Eropa lainnya.
Namun bagi negeri yang mayoritas Muslim, lgbt itu sebenarnya tidak mendapatkan tempat. Termasuk Indonesia, Timur Tengah, Malaysia. Tetapi kaum Lgbt selalu berupaya keras untuk mendapatkan tempat agar bisa tumbuh dan berkembang di negeri mayoritas Muslim.
“Artinya memang, Islam itu resisten terhadap lgbt. maka jika ingin Negeri Ini selamat kuat kedepan harus dengan menarapkan syariat Islam,” pungkasnya. [] M. Siregar
0 Komentar