Konstantinopel Bebas Bukan pada 29 Mei 1453, tapi Sejak Rasulullah Melisankan

TintaSiyasi.com — Dai Muda dan Inspirator Hijrah Nasional Ustadz Felix Siauw (UFS) mengungkapkan, kejadian tepat pembebasan Kota Konstantinopel bukan pada tanggal 29 Mei 1453, melainkan sejak keluarnya dari lisan Rasulullah SAW.

"Kapan terjadi pembebasan Konstantinopel? Biasanya banyak yang berkata, 29 Mei 1453. Jawabannya yang lebih tepat bukan itu, yang lebih tepat adalah semua itu terjadi (pembebasan konstantinopel) ketika keluar dari lisan Rasulullah SAW. “Laa tuftahanal konstantinnia,” akan dibebaskan Kota Konstantinopel. Bahwa itulah yang menjadi sebab, itulah yang menjadi saat ketika kosntantinopel itu bebas,” ujarnya dalam Mengingati 1453, Senin (29/05/2023) di kanal YouTube Felix Siauw.

UFS menegaskan, setiap hal yang disampaikan oleh Rasulullah SAW adalah sesuatu yang pasti terjadi. Salah satunya Rasulullah SAW berkata akan dibebaskannya Kota Konstantinopel, maka pada hakikatnya Kota Konstantinopel sudah bebas saat itu juga.

Walaupun, Ia melanjutkan, secara realitas/faktanya Kota Konstantinopel pada saat itu belum bebas. Setelah berselang 825 tahun, barulah orang-orang Muslim bisa melihat Kota Konstantinopel itu bebas.

Ia menjelaskan, sebagai seorang Muslim tidak mengukur perkataan Rasulullah SAW dengan kondisi/fakta sekarang, melainkan dengan kondisi yang akan datang. Semua itu terwujud atas dasar keyakinan (percaya kepada apa-apa yang Rasul ucapkan pasti terbukti), sehingga melahirkan kekuatan dan kemampuan (untuk membebaskan Konstantinopel). “Itulah datangnya kekuatan, itulah sumber daripada kekuatan, sumber daripada kemampuan yaitu keyakinan,” ujarnya.

UFS menuturkan, terkadang orang-orang Muslim yang cita-citanya akhirat, masih kalah jauh dengan orang-orang yang hanya berpikir tentang dunia. Mereka lebih semangat, lebih kuat, bahkan lebih maksimal dalam mewujudkannya. Maka, sudah seharusnya seorang Muslim tidak kalah semangat, kuat dan maksimal dalam melayakkan diri sebagai orang yang mewujudkan perkataan Rasulullah SAW.

“Seyakin apa kita dengan Rasulullah SAW? Secinta apa kita? Serindu apapun kita dengan Rasulullah SAW? Itu yang menentukan kadar kehidupan kita dan prestasi kita dalam kehidupan kita,” pungkasnya.[] Istiqomah

Posting Komentar

0 Komentar