Tunaikanlah Hak Allah terhadap Hamba-Nya


TintaSiyasi.com -- Sobat. Allah SWT telah menetapkan Islam untuk mengontrol gerak kehidupan dan meluruskan perilaku manusia. Seruan apa pun yang tidak sesuai dengannya adalah propaganda destruktif yang menyeru untuk melepaskan diri dari agama dan menghentikan pengaruhnya. 

Sobat. Generasi pendahulu berhasil menguasai dunia dan mencapai surga setelah membenarkan amal-amalnya dengan perbuatannya dan menjadikan Islam mengontrol keadaan dan geraknya.

Allah SWT berfirman :

قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُم بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا أُولَٰئِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ وَلِقَائِهِ فَحَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فَلَا نُقِيمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَزْنًا

"Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?” Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. Mereka itu orang-orang yang telah kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia, maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat.” (QS. Al-Kahf (18) : 103-105).

Sobat. Ayat ini menjelaskan perintah Allah kepada Nabi Muhammad untuk mengatakan kepada orang-orang yang membantahnya di antara Ahli-ahli Kitab yaitu Yahudi dan Nasrani, "Maukah kamu diberi tahu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya yaitu orang-orang yang telah bersusah payah mengerjakan suatu perbuatan yang dengan perbuatan itu ia mengharap pahala dan karunia, tetapi yang mereka peroleh hanyalah malapetaka dan kebinasaan, seperti orang-orang yang telah membeli barang dengan mengharapkan keuntungan, tetapi yang diperolehnya hanyalah kerugian belaka.

Yaitu orang-orang yang sia-sia perbuatannya dalam menghimpun kebaikan di dunia, mereka melakukan perbuatan yang bertentangan dengan perbuatan yang diridhai Allah dan mereka menyangka bahwa mereka telah berbuat yang sebaik-baiknya. Kemudian ternyata mereka telah berbuat keliru dan menempuh jalan yang sesat sehingga amal perbuatan yang telah mereka kerjakan itu tidak memberi manfaat sedikit pun bagaikan debu yang terbang habis dihembus angin.

Mereka yang sia-sia usahanya itu ialah orang-orang yang kufur terhadap ayat-ayat Tuhan dan kufur pula terhadap hari kebangkitan padahal di hari itu mereka akan dihadapkan kepada hari perjumpaan dengan Allah. Oleh karena itu segala amal mereka akan hapus sehingga tidak ada lagi amal kebajikan yang akan ditimbang di atas neraca timbangan mereka. Karena yang akan memberatkan timbangan pada hari Kiamat hanyalah amal saleh yang bersih dari kemusyrikan.

Sobat. Dalam suatu riwayat bahwa Rasulullah Muhammad SAW bertanya kepada Mu’adz bin Jabl mengenai hak Allah terhadap hamba-Nya. Kemudian Nabi Muhammad SAW menjawab dengan sabdanya : Fainna Haqqa Allah ‘Alal’ibaadi An ya’buduuhu walaa yusyrikuu bihi syai’aan – “Sesungguhnya hak Allah terhadap hamba-Nya adalah menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun.”

Sobat. Ibadah adalah nama yang mencakup segala yang disukai Allah dan di ridhai-Nya berupa perkataan dan perbuatan lahir dan batin. Seperti; sholat, zakat, puasa haji, perkataan yang jujur, menunaikan amanah, berbakti kepada kedua orang tua, silaturahim, memenuhi janji, amar makruf dan nahi mungkar, jihad melawan orang kafir dan munafik. Juga berbuat baik kepada tetangga, anak yatim, orang miskin, ibnu sabil, harta yang dimiliki berupa manusia (hamba sahaya, pelayan), binatang, juga doa, zikir, membaca dan berbagai ibadah lainnya.

Sobat. Hak dan kewajiban dalam Islam merupakan seruan untuk meluruskan perilaku manusia, mengontrol gerak kehidupannya, dan ajakan untukmengikat antara Iman dan amal saleh. Karena itu, agama adalah pergaulan (muámalah); Tidak ada iman bagi orang yang tidak memiliki amanah, dan tidak ada agama pada orang yang tidak memenuhi janji. Menghidupkan hak-hak tersebut antara orang-orang Muslim mengandung arti menghidupkan agama, mengikat bumi dengan langit dan menyambungkan manusia dengan Khaliq-nya.

Sobat. Mari kita menuju Iman dan amal sholeh. Mari menuju Allah SWT dan hukum-hukum-Nya. Mari menuju rahmat, menuju surga Naím, menuju kondisi yang baik, ketenangan jiwa dan kebahagiaan dunia dan akherat.

Allah SWT berfirman :

وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَآمَنُوا بِمَا نُزِّلَ عَلَىٰ مُحَمَّدٍ وَهُوَ الْحَقُّ مِن رَّبِّهِمْ كَفَّرَ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَأَصْلَحَ بَالَهُمْ  

Dan orang-orang mukmin dan beramal soleh serta beriman kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad dan itulah yang haq dari Tuhan mereka, Allah menghapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan memperbaiki keadaan mereka.” (QS. Muhammad (47) : 2).

Sobat. Dalam ayat ini, Allah membagi manusia menjadi dua golongan: pertama, golongan kafir, yaitu orang-orang yang mengingkari kekuasaan dan keesaan Allah, menyembah tuhan-tuhan yang lain selain Dia, menghalangi manusia beribadah kepada-Nya, membuat-buat cara beribadah kepada-Nya menurut pendapat dan keinginan sendiri, mencela dan menghalangi manusia beriman kepada Allah dan kepada Nabi Muhammad. Seluruh perbuatan golongan ini tidak mengikuti petunjuk-petunjuk Allah yang termuat di dalam Al-Qur'an dan hadis Rasul-Nya, tetapi mengikuti keinginan sendiri dan mengikuti petunjuk setan. 

Sobat. Semua perbuatan yang berdasarkan perbuatan setan tidak ada artinya di sisi Allah walaupun perbuatan itu baik bagi manusia dan kemanusiaan. Perbuatan itu seolah-olah buih yang timbul di permukaan air, kemudian hilang tanpa bekas sedikit pun. Oleh karena itu, semua amal dan perbuatan yang dikerjakan oleh orang-orang musyrik tidak ada arti dan pahalanya di sisi Allah di akhirat nanti. Mereka hanya mendapat balasan di dunia yang diperoleh dari manusia, walaupun bentuk amal dan perbuatan itu seperti budi pekerti yang mulia, berhubungan dengan orang lain (silaturrahim), memberi makan orang miskin, memelihara anak yatim, membuat usaha-usaha kemanusiaan, memelihara dan mendirikan masjid. 

Sobat. Pekerjaan seperti ini adalah pekerjaan yang pernah dikerjakan oleh orang-orang musyrik Makkah, seperti memakmurkan Masjidil Haram, melindungi orang-orang yang memerlukan perlindungan, membantu orang-orang yang mengerjakan thawaf dan sebagainya.
Allah berfirman:
 
Dan Kami akan perlihatkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami akan jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan. (Al-Furqan/25: 23).

Kedua, golongan mukmin, yaitu orang-orang yang mengakui keesaan Allah, taat hanya kepada-Nya saja, beribadah sesuai dengan petunjuk Allah, tidak menurut kemauan sendiri dan menjauhi larangan-Nya, beriman kepada Al-Qur'an yang dibawa Nabi Muhammad, dan membantu manusia melaksanakan ibadah kepada-Nya. Ini adalah golongan yang diridai Allah. Amal dan perbuatan golongan mukmin diterima Allah, diampuni segala dosanya, mereka mendapat pahala di dunia sedang di akhirat akan mendapat kebahagiaan yang abadi.

Sobat. Menurut Ibnu 'Abbas, ayat pertama diturunkan berhubungan dengan orang-orang yang memberi makan tentara musyrik Mekah pada waktu Perang Badar. Mereka ada dua belas orang, yaitu Abu Jahal, al-harits bin Hisyam, 'Utbah bin Rabi'ah, Syaibah bin Rabi'ah, Ubay bin Khalaf, Umayyah bin Khalaf, Munabbih bin al-hajjaj, Nubaih bin al-hajjaj, Abu al-Bukhturi bin Hisyam, Zam'ah bin al-Aswad, hakim bin hazam, dan al-harits bin 'Amir bin Naufal. Mereka semua mempunyai amal kebajikan pada masa Arab Jahiliah, seperti menyediakan minuman jemaah haji, memberi makan para tamu yang datang ke Masjidilharam, melindungi dan menjaga hak tetangga, dan sebagainya. Semua amal mereka dibatalkan pahalanya oleh Allah, seakan-akan mereka tidak pernah berbuat apa pun, karena dasar diterimanya suatu amal dan perbuatan adalah iman kepada Allah dan Nabi Muhammad. 

Sedangkan ayat kedua diturunkan berhubungan dengan orang Ansar di Medinah. Mereka beriman kepada Allah dan Nabi Muhammad, membantu orang-orang Muhajirin yang baru datang dari Mekah hijrah bersama Nabi Muhammad, dan mengikuti perintah dan menjauhi larangan Allah.

Ya Allah, kami berlindung kepada-Mu dari tubuh yang tidak tegak kepada-Mu. Kami berlindung kepada-Mu dari hati yang tidak merindukan-Mu. Kami berlindung kepada-Mu dari doa yang tidak sampai kepada-Mu, dan kami berlindung kepada-Mu dari mata yang tidak menangis kepada-Mu. Mari kita segera menuju tujuan ibadah hanya untuk Allah semata. Itulah tujuan yang sangat disukai-Nya, diridhai-Nya, di mana manusia diciptakan untuk itu. 

Sebagaimana firman-Nya :

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ  

Aku Tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat (51) : 56).

Sobat. Ayat ini menegaskan bahwa Allah tidaklah menjadikan jin dan manusia melainkan untuk mengenal-Nya dan supaya menyembah-Nya. Dalam kaitan ini Allah SWT berfirman: 
Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang MahaEsa; tidak ada tuhan selain Dia. Mahasuci Dia dari apa yang mereka persekutukan. (At-Taubah/9: 31).

Pendapat tersebut sama dengan pendapat az-Zajjaj, tetapi ahli tafsir yang lain berpendapat bahwa maksud ayat tersebut ialah bahwa Allah tidak menjadikan jin dan manusia kecuali untuk tunduk kepada-Nya dan untuk merendahkan diri. Maka setiap makhluk, baik jin atau manusia wajib tunduk kepada peraturan Tuhan, merendahkan diri terhadap kehendak-Nya. Menerima apa yang Dia takdirkan, mereka dijadikan atas kehendak-Nya dan diberi rezeki sesuai dengan apa yang telah Dia tentukan. Tak seorang pun yang dapat memberikan manfaat atau mendatangkan mudarat karena kesemuanya adalah dengan kehendak Allah. Ayat tersebut menguatkan perintah mengingat Allah SWT dan memerintahkan manusia supaya melakukan ibadah. []


Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku BIGWIN dan Buku Gizi Spiritual, Dosen Pascasarjana Universitas Islam Tribakti Lirboyo, Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Posting Komentar

0 Komentar