Sistem Sekuler Liberal Akar Masalah Pekerja Migran


TintaSiyasi.com -- Pemerhati Keluarga dan Generasi Ustazah Wiwing Noraeni mengatakan masalah pekerja migran terutama yang menimpa perempuan adalah dampak dari penerapan sistem sekuler liberal. 

“Akar masalah dari yang terjadi hari ini terkait dengan pekerja migran, terutama yang menimpa perempuan, ini karena sistem sekuler liberal yang diterapkan hari ini,” ujarnya dalam program Kuntum Khaira Ummah: Haruskah Perempuan Menjadi Pekerja Migran Demi Hidup Sejahtera? Jumat (19/5/2023) di kanal YouTube Muslimah Media Center. 

Ia mengatakan dengan kondisi kemiskinan yang dialami, tingkat pendidikan dan keahlian yang rendah serta tidak tersedianya kesempatan kerja di dalam negeri, membuat para pekerja migran seperti tidak ada pilihan lain. Segala resiko dengan terpaksa harus ditanggung demi mendapatkan pekerjaan. 

"Mereka juga nggak akan mau meninggalkan anak-anak mereka tentunya. Apalagi anak-anak yang masih kecil gitu ditinggalin," ujarnya. 

Dia mejelaskan sistem ekonomi kapitalisme yang sekarang diterapkan telah mengakibatkan kemiskinan dan kesenjangan ekonomi yang semakin lebar. 

Lebih lanjut dia menjelaskan faktor kemiskinan tersebut menyebabkan para pekerja migran rela menghadapi resiko yang sangat besar. Sudah menjadi rahasia umum bahwa begitu banyak masalah yang menimpa para pekerja migran. Walaupun demikian, peminat pada sektor ini masih sangat banyak. 

"Selain faktor kemiskinan yang parah, kenekatan para pekerja migran ini juga disebabkan karena lapangan pekerjaan yang sempit. Banyak para suami yang tidak bekerja, karena tidak tersedianya lapangan pekerjaan. Lapangan pekerjaan yang sempit, sementara kebutuhan mendesak. Berbondong-bondonglah pergi ke luar negeri,” jelasnya. 

Dia menjelaskan dampak dari kemiskinan itu menyebabkan masyarakat tidak mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang yang tinggi. Akibatnya kemampuan intelektualitas dan skill yang dimiliki menjadi sangat rendah. Pada akhirnya para pekerja migran ini hanya bisa bekerja di sektor-sektor rendah seperti menjadi pembantu rumah tangga. 

Ia mengatakan selain tingkat pendidikan yang rendah, akses informasi yang kurang juga menyebabkan calon pekerja migran rentan dengan masalah penipuan. Mereka akhirnya tertarik dengan opini tentang migrasi ke luar negeri yang dengan pekerjaan yang bagus dan seterusnya. 

"Pingin yang cepet, pingin yang mudah, gitu kan. Akhirnya malah mereka kena kasus-kasus imigrasi yang ilegal, yang tidak resmi,” ungkap Wiwing. 

Dia melanjutkan, bahwa hal seperti itu tidak mungkin terjadi jika masyarakat sejahtera. Apalagi kalau kemudian para suami pekerjaannya sudah cukup memadai. Maka para istri tidak perlu bekerja. 

"Sehingga bisa fokus dengan bagaimana dia berkhidmat pada suaminya. Bagaimana dia menikmati perannya sebagai ibu yang mengurus anak-anaknya, yang mendidik anak-anaknya menjadi generasi yang terbaik, generasi khairu ummah,” pungkasnya. [] Muhammad Sholeh

Posting Komentar

0 Komentar