Problem Besar Anak Muda Ketika Hiburan Menempati Posisi Sesembahan

TintaSiyasi.com -- Merespons fenomena anak muda menyambut konser Coldplay, Dai Mudah Ustaz Felix Siauw mengatakan menjadi problem besar anak muda sekarang ketika hiburan sudah menempati sampai pada posisi sesembahan. 

“Saya pikir yang menjadi problem besar bagi anak-anak muda zaman sekarang adalah ketika hiburan ini sudah menempati posisi lebih daripada hiburan. Saya melihat posisinya ketika sudah sampai pada itikaf, ada sesembahan," ujarnya dalam Fokus: Coldplay dan Fenomena Hedonisme, di kanal YouTube UIY Official, Ahad (21/5/2023).

Dia menjelaskan bahwa sesembahan atau itikaf yang dimaksud jika mengutip penjelasan ulama-ulama terdahulu dalam mendefinisikan makna itikaf yang diungkapkan Nabi Ibrahim saat mengomentari para penyembah berhala. Ada ciri khusus aktivitas tersebut, yakni fokus. Sehingga melupakan aktivitas lainnya serta melakukan pembelaan terhadap sesuatu yang disukainya. 

“Kenapa beritikaf? ketika saya baca ulama-ulama menjelaskan itikaf itu ada dua syarat pertama adalah mereka sangat manteng sampai mereka melupakan segala sesuatu yang lain, yang kedua adalah mereka kalau diganggu marah, ini adalah ciri-ciri orang lagi beribadah," jelasnya. 

Ia mengakui bahwa entertainment atau hiburan tidak terlalu berbahaya jika tetap diposisikan sebagai hiburan. Karena hiburan merupakan bagian integral dari kehidupan manusia. Walaupun ia meyakini bahwa setiap hiburan tidak ada satupun yang bebas nilai, termasuk musik. 

“Konser Coldplay ini saya melihat bahwa hiburan sudah naik levelnya. Bukan hanya menjadi sebuah hiburan untuk sebagian orang. Sehingga kepada orang-orang yang tadi barusan bilang anak kita misalnya ada yang senang musik ataupun segala macam, saya pikir yaitu dikembalikan pada hukum musik awal. Kalau berbicara tentang musik memang betul tidak ada satupun musik yang bersifat bebas nilai," ungkapnya. 

Menurutnya, dalam menempatkan hiburan ada kalanya seseorang memperlakukan berbeda-beda sesuai kondisinya. “Saya pikir cuma sekadar porsinya saja, kalau ada orang-orang misalnya sibuk, ya porsinya tidak terlalu banyak. Kalau ada orang-orang yang tidak terlalu sibuk, berarti porsinya biasa” ujarnya. 

Lebih lanjut ia menilai bahwa fenomena ini menjadi sebuah tantangan yang harus diselesaikan khususnya oleh orang tua. Kegagalan orang tua untuk berkomunikasi baik dengan anaknya dikhawatirkan akan tergantikan oleh yang lain termasuk musik. 

“Kegagalan berkomunikasi atau gagal punya satu jalur untuk bisa saling tukar pikiran dengan anaknya ini sudah bisa dipastikan akan diambil oleh yang lain. Apakah itu oleh musik, apakah itu oleh film, apakah itu grup-grup yang lain yang lebih berbahaya seperti LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) dan seterusnya," pungkasnya. []Muhaimin

Posting Komentar

0 Komentar