TintaSiyaai.com -- Pemerhati Dunia Islam, Ustazah Iffah Ainur Rochmah mengungkapkan bahwa pada tahun 2050, populasi Muslim India akan menyalip Indonesia.
"Pada tahun 2050, populasi Muslim India akan menyalip Indonesia," ungkapnya dalam Bincang Sejarah dan Sirah bertema India, Negeri Muslim Terbesar Di Dunia? di kanal YouTube Muslimah Media Center (MMC), Ahad, (21/5/2023).
Ia mengatakan bahwa India pernah menjadi sebuah negara dengan jumlah penduduk sangat besar sekali, bahkan boleh jadi jika dihitung secara keseluruhan, India berpenduduk Muslim terbesar di dunia, dan bukan hanya di masa lalu, tetapi juga di era sekarang.
"Saat ini, Muslim di India sudah melebihi 200 juta, sedangkan jumlah penduduk Muslim di Indonesia belum mencapai 250 juta. Namun, data tersebut mengundang pro kontra dan konsekuensi-konsekuensi terhadap kehidupan kaum Muslimin, baik yang ada di India, maupun di luar India," jelasnya.
Di beberapa konten video yang beredar, kata Ustazah Iffah, kejadian miris dialami oleh kaum Muslimin di India, mulai dari penggusuran rumah di wilayah mayoritas Muslim oleh pemerintah India tanpa ampun. Sampai diangkat oleh media Internasional bahwa di dalam penggusuran tersebut bukan hanya dirugikan secara fisik, tetapi nyawa pun terancam.
"Hal itu terjadi karena keputusan pengadilan menyatakan bahwa mereka tidak boleh bertempat di situ, tetapi harus mencari tempat yang lain," mirisnya.
Selain itu, katanya, sejak beberapa tahun terakhir ini semenjak pemerintahan India dipegang oleh rezim Narendra Modi, seorang penganut Hindu garis keras yang sangat radikal, ternyata membuat penduduk Muslim di sana banyak yang tidak memiliki KTP dan Kartu Keluarga, padahal mereka sudah puluhan tahun tinggal di sana.
"Penganiayaan juga dahsyat sekali, bahkan sampai kepada pembunuhan. Dan ini nyata terjadi sejak tahun 2000-an hingga kini," ujarnya.
Ia mengungkapkan, dengan kondisi India yang seperti itu, meski berharap pada dunia internasional seperti PBB, maka jawabannya adalah sebagaimana peran PBB dalam kemampuan mengatur perdamaian dunia, kita bisa lihat raport-nya.
"Kaum Muslimin tentu saja tidak mau mendengar ataupun membaca apa yang ada dalam teks-teks yang ternyata hanya retorika saja. Mungkin seruan, slogan, kecaman, dan sebagainya, itupun retorika saja," imbuhnya.
Ia menambahkan, buktinya adalah apa yang bisa disaksikan, bukan apa yang bisa didengarkan. Ternyata dari waktu ke waktu, PBB yang diharapkan jadi penengah atau menengahi yang menimbulkan perdamaian ternyata itu hanya di atas kertas. Dan dari waktu ke waktu, Muslim di sana terus tertindas.
"Hal ini sebetulnya merupakan perkara yang seharusnya membuat kaum Muslimin memiliki kesadaran bahwa saudara Muslim kita di berbagai negara yang nasibnya seperti India perlu pertolongan," tandasnya. [] Nurmilati
0 Komentar