TintaSiyasi.com -- Analis senior Pusat Kajian dan Analisis Data (PKAD) Fajar Kurniawan menyatakan banyak politisi mengidap islamofobia.
"Saya kira ini kan kemudian patut diduga bahwa memang tadi banyak politisi-politisi kita yang kemudian mengidap islamofobia akut," ujarnya dalam Kabar Petang: Nasdem dan Anies Benci HTI dan FPI? di YouTube Khilafah News, Rabu (28/01/2023).
Menurut dia, jika pernyataan kader Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Hermawi Taslim yang ditujukan kepada FPI dan HTI terus dilakukan secara sistematis, menunjukkan bahwa islamofobia telah menjangkiti para politisi. "Takut dengan apa-apa yang berbau Islam, padahal mereka sebenarnya juga berharap suara dari umat Islam," sambung Fajar.
“Menurut saya, dari menyikapi apa yang tadi disampaikan oleh si Hermawi Taslim tadi itu, jadi kalau ini terus-menerus dilakukan secara sistematis oleh Nasdem, maka menurut saya ini juga punya potensi yang sangat besar untuk kemudian menjerumuskan Nasdem ke dalam jurang kebangkrutan, begitu ya," jelasnya.
Jika dilihat dari pernyataan dan harapan yang sejatinya ingin diraih, Fajar menganalisis adanya ketidakselarasan. "Kan aneh, begitu ya, kalau suaranya diharapkan, tetapi kenapa kemudian substansinya ditakuti, kenapa substansinya ditinggalkan, ini kan tidak matching, tidak selaras antara harapan dengan faktualnya," kritik Fajar.
Fajar juga menyayangkan saat ajaran-ajaran Islam tidak mendapatkan apresiasi di negeri ini. "Padahal kita tahu bersama bahwa negeri ini adalah negeri Islam. Negeri muslim kan seharusnya mendapatkan tempat yang layak, begitu pula seharusnya seluruh ajaran-ajaran Islam itu mendapat banyak apresiasi, mendapatkan dukungan yang gegap gempita dari penguasa negeri ini, tetapi kan tidak seperti itu," ungkapnya.
Menurut Fajar, Nasdem kini telah terjebak dalam wacana politik identitas. "Maka yang bisa kita lihat adalah bahwa kader Nasdem atau Nasdem-nya juga terjebak di dalam wacana politik identitas," ujarnya.
Fajar juga kembali mengingatkan bahwa tanpa suara umat Islam, maka pemilihan itu tidak akan memiliki legitimasi hukum. "Mereka berharap umat Islam terlibat di dalam kontestasi itu terutama adalah diharapkan suaranya, karena tanpa suara umat Islam, maka tidak mungkin pemilihan itu legitimate, begitu. Namun, di satu sisi sadar kalau umat Islam ini punya kesadaran politik yang benar, maka itu adalah lonceng kematian buat mereka. Sehingga, mereka menggunakan sejumlah instrumen dan sejumlah wacana yang kemudian dilakukan, bahkan apa namanya untuk kemudian bisa memastikan apa pun yang nanti akan keluar sebagai pemenang yang sudah dalam genggaman mereka," sambungnya.
Pernyataan Hermawi mengenai FPI dan HTI yang dapat mengkhawatirkan posisi Nasdem juga disampaikaan oleh Prof. Dr. Suteki, S.H., M.Hum. Pakar Hukum dan Masyarakat.
Menyelamatkan Negeri
Analis Senior PKAD itu juga mengungkapkan bahwa FPI dan HTI justru sedang menyelamatkan negeri ini.
“Kedua ormas ini betapa kontribusi mereka selama ini justru sedang menyelamatkan negeri ini bukan merobohkan bangunan negeri ini, dua ormas ini justru menjadi contoh kita semua. Merekalah yang paling getol untuk menjaga kedaulatan menjaga keutuhan negeri ini, dengan apa namanya? dengan tindakan-tindakan yang nyata tanpa pamrih, kecuali mengharapkan ridha Allah Subhanahu Wa Ta'ala," paparnya.
Dalam kesempatan itu, Fajar menyebutkan beberapa kontribusi nyata yang dilakukan FPI dan HTI. "Contoh saja misalkan dari terjadi bencana kalau saya tahu misalkan FPI dulu di Aceh merekalah termasuk orang-orang yang mempelopori, mereka di sana di fase-fase awal, merekalah yang setiap hari mengangkut mayat-mayat korban tsunami yang bergelimpangan di mana-mana. Orang-orang FPI itu ya termasuk juga orang-orang HTI saya kira," ungkapnya.
Tidak berhenti di situ. Di belasan puluhan bencana setelah itu juga mereka hadir, dan selalu hadir di dalam melayani umat, memberikan pelayanan kepada umat, kemudian juga menyembuhkan umat melalui mental healing atau spiritual. Healing dan seterusnya, jadi ini sebuah kontribusi yang signifikan," lanjutnya.
Tidak hanya terjun langsung dalam bencana, FPI dan HTI juga berkontribusi langsung dalam menyelamatkan generasi muda. "Kemudian misalkan kalau sekarang kita sedang disuguhkan pada betapa dekadensi moral, saya kira FPI dan HTI ini Paling gencar untuk membina umat menyadarkan para siswa untuk teguh di dalam memegang nilai-nilai syarak yakni nilai-nilai syariat Islam, teguh di dalam memegang hukum-hukum syariat Islam. Tentu ini semua adalah dalam rangka untuk menjauhkan generasi-generasi muda tadi dari dampak-dampak negatif kapitalisme," bebernya.
FPI dan HTI juga sangat lantang menyuarakan keresahan terhadap sumber daya alam yang diserahkan kepada Asing. "Saya kira ini juga kedua formasi yang paling lantang untuk menyuarakan agar Bagaimana sumber daya alam ini bisa dikelola secara berdaulat secara penuh oleh negara dan tidak diserahkan pada Asing yang tidak diserahkan pada para oligarki ekonomi. Ini tidak ada lagi yang lain yang selantang kedua ormas ini," ungkapnya.
Kedua ormas Islam tersebut juga turut menyuarakan pentingnya penegakkan hukum. "Kemudian ketika hukum diinjak-injak juga, dua ormas ini juga tidak lelah, kemudian mereka terus menyuarakan pentingnya penegakkan hukum pentingnya untuk menjadikan hukum Islam itu panglima, dan tidak menjadikan hukum sebagai alat kekuasaan," sambungnya.
Dari contoh yang telah disebutkan tadi, menurut Fajar justru kedua ormas ini yang memberikan harapan untuk menuju kebangkitan. "Maka kedua ormas inilah yang sebenarnya justru sedang terus berusaha untuk menumbuhkan keyakinan-keyakinan, menumbuhkan optimisme bahwa Indonesia masih punya masa depan bahwa kita itu masih punya Islam, dan Islam lah yang akan membawa negeri ini dari keterpurukan menuju kebangkitan," tandasnya.[] Hima Dewi
0 Komentar