Banyak Titik Kritis Sejarah yang Diinisiasi Pemuda


TintaSiyasi.com -- Intelektual Muda Dhika Widayat mengungkap banyak titik-titik kritis sejarah yang diinisiasi oleh pemuda.

"Banyak titik-titik kritis sejarah itu diinisiasi oleh pemuda," ungkapnya di hadapan ratusan peserta acara Peringatan Isra' Mi'raj 1444 H : Indonesia Berkah dengan Islam Kafah, Sabtu (18/02/2023).

Ia membayangkan, seandainya Bung Karno dan Bung Hatta tidak diculik oleh golongan pemuda, mungkin enggak akan ada proklamasi 17 Agustus 1945. "Nah, inilah peran pemuda walaupun culik menculik," ungkapnya.

Selain contoh di atas, ia menambahkan, Muhammad Al Fatih yaitu pemuda berumur 21 tahun bisa menakhlukkan Konstantinopel. "Bayangkan pemuda hari ini usia 21 tahun mungkin aktivitasnya hanya mabar," tandasnya.

Demikian juga, lanjut dia, untuk meruntuhkan sebuah peradaban, yang dirusak adalah pemuda. Bahkan kerusakan generasi muda saat ini sudah sistematis, terstruktur dan sangat masif. Jadi sudah by design semua dan luar biasa. Bahkan untuk merusak generasi muda mereka bisa mengeluarkan jutaan bahkan miliaran.

"Standar manusia kepada pemuda itu sudah turun drastis sekali, misalnya kalau ada anak muda rajin shalat saja itu rasanya sudah luar biasa sekali. Meskipun setelah shalat aktivitasnya pacaran, buka aurat dan sebagainya. Itu saja sudah dipandang luar biasa," terangnya.

Di Jawa Tengah, bebernya, dispensasi nikah tahun 2022 sebanyak 11.000, bahkan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengatakan bahwa 40 persen kejadian kehamilan itu kehamilan di luar nikah. Bahkan di Wonosobo sudah ada anak SMA pelaku LGBT (lesbi, gay, biseks dan transgender).

Terstruktur, Sistematis dan Masif

"Untuk membangkitkan generasi muda Muslim sekarang membutuhkan kekuatan yang terstruktur, sistematis dan masif. Hal ini butuh peran dari segala lini, ada dari tokoh ulama, dari sesepuh bahkan juga dari anak muda sendiri," lugas dia.

Menurutnya, anak muda butuh bimbingan hikmatus suyut (kebijaksanaan bimbingan) dari orang tua.

"Hanya ada satu cara untuk menghijrahkan anak muda, caranya adalah dakwah," tegas dia.

Diakuinya semangat pada anak muda memang tinggi, kalaupun ada aksi misalnya, teriakan takbir anak-anak muda itu pasti paling keras. Namun kadang ilmunya rendah bahkan finansialnya juga rendah.

"Anak muda sekarang itu kalau disuruh ayo ngaji, berapa lama ngajinya? Seminggu sekali, dua jam. Jawaban anak-anak muda, ya nanti kalau sempat," ujarnya.

Itulah fakta sekarang, lanjut dia, maka Dhika mengajak peserta peringatan Isra' Mi'raj untuk terus mengajak anak-anak muda dalam menekuni pembelajaran tsaqafah Islam agar peradaban segera beralih dari era yang berat menjadi era yang mudah.

"Bahkan perjuangan itu tidak hanya butuh semangat. Kata Ibnu Khaldun bahwa sekarang itu era yang berat. Dan di era yang berat itu yang harus kita lakukan adalah sabar dan tekun belajar," terangnya.

Pendidikan tidak Instant

Dalam  mendidik generasi muda, Intelektual muda menilai hal itu tidak instant. Hasilnya bisa dilihat dalam dua puluh tahun ke depan. Munculnya orang-orang seperti Musthafa Kemal At Tarturk yang menghancurkan khilafah ataupun orang-orang yang mengakui piagam PBB (Persatuan Bangsa Bangsa) sebagai sumber syariat itu akibat dari pendidikan ketika mereka masih muda.

"Maka, untuk mendidik generasi itu enggak bisa setahun dua tahun, yang bisa untuk mendidik generasi itu untuk dua puluh tahun ke depan," pungkasnya.[] Heni

Posting Komentar

0 Komentar