Amerika Punya Slogan Freedom yang Diekspor ke Seluruh Dunia

TintaSiyasi.com -- Pakar Biologi Molekuler Ahmad Rusydan Handoyo Utomo, Ph.D. mengatakan, Amerika Serikat mempunyai slogan freedom (kebebasan) yang diekspor ke seluruh dunia.

“Amerika itu kan punya slogan yang diekspor ke seluruh dunia namanya freedom,” ujarnya dalam bincang hangat, Potret Masyarakat Sekuler di AS, Ahad (1/1/2023), di YouTube UIY Official.

Menurutnya, apa yang sudah diamati selama 17 tahun di Amerika, tidak mereka sadari, kalau freedom itu aturan dari selain manusia.

“Karena Amerika itu, pernah mencoba untuk melarang alkohol, sempat menjadi sosial isu pada awal-awal perang dunia pertama. Dan mereka berusaha membuat kongres prohibition undang-undang pelarangan,” paparnya.

Karena itu, ia melanjutkan, ternyata alkohol bisa sampai membuat suami memukuli istri (KDRT: kekerasan dalam rumah tangga). Akhirnya kongres disetujui dan dijadikan hukum.

“Ketika dijadikan hukum akhirnya kan dilarang, setelah dilarang ternyata sebagian orang bisa meninggalkan alkohol terutama yang dari kelompok etnik Italia,” tutur Alumni Harvard University itu.

Jadi, ia menerangkan, Amerika itu pragmatis, jadi tidak bebas memasukkan agama ke ruang publik. “Bebas itu, selama masih bisa dinegosiasi oleh manusia, bisa diambil,” katanya.

“Kita harus hati-hati yaa, karena kata freedom sendiri itu sebenarnya enggak bebas nilai. Kalau kita perhatikan film-film Amerika seperti fighting for freedom, itu sebetulnya adalah jangan melibatkan aturan selain aturan manusia,” imbaunya.

Kalau begitu, menurutnya, nilai-nilai apa sebenarnya yang menggerakkan mereka. “Jadi, seperti yang dikatakan tadi bahwa agama itu, jangan dibawa ke ranah publik, agama sebatas dalam kehidupan,” ungkapnya.

Ia juga menjelaskan, nilai-nilai yang dianut oleh mereka adalah materialisme. Secara umum yang diutamakan adalah nilai-nilai manusia.

“Dari konteks ini sebetulnya, kita punya masalah. Karena kalau kita Islam tubuh kita ini enggak murni punya kita. Tidak bisa seenaknya saja menggunakan apa pun pada tubuh kita. Karena ada hukum boleh enggak boleh dalam Islam,” terangnya.

Jadi, ia mengungkapkan, cara mereka berinteraksi memang sepakat pada nilai kemanusiaan. Makanya ada istilah humanisme sekuler.

“Istilahnya betul-betul menunjukkan sekuler yang manusiawi. Karena sekuler sendiri intinya adalah tidak memasukkan nilai ketuhanan atau nilai-nilai agama,” paparnya.

"Karena apa? Kalau tidak ada kemanusiaannya, nanti bisa muncul otoritarian. Mereka takutnya ada penindasan karena agama atas nama agama,” pungkasnya. [] Mariyam Sundari

Posting Komentar

0 Komentar