Membaca Gempa Cianjur: Antara Fenomena Alam dan Teguran Allah



TintaSiyasi.com -- Teriakan dan tangisan memenuhi peristiwa gempa di Cianjur, Senin, 21 November 2022 lalu. Hingga tulisan ini dibuat korban masih bertambah. Dikutip dari kompas.com, data terbaru dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga Selasa (22/11/2022) pukul 17.00 WIB, korban jiwa akibat gempa Cianjur mencapai 268.

Gempa yang terjadi tidak terlepas dari fenomena alam, namun sebagai seorang Muslim, sepatutnya memahami, setiap musibah yang hadir tidak sekadar fenomena alam, melainkan teguran agar manusia kembali pada aturan-aturan Allah SWT. Apalagi hari ini, kemaksiatan dikemas dengan apik dan menarik. Mereka yang melakukan kemaksiatan sudah dalam bentuk terang-terangan dan terang benderang. Seolah sudah putus urat malunya. Sebagai contoh kemaksiatan yang mengundang bencana yaitu, zina, riba, dan L68TQ. Bisa jadi turunnya musibah karena penguasa hari ini tidak menjalankan fungsinya sebagai pencegah kemungkaran. Kemungkaran marak dan merusak di berbagai lapisan masyarakat.

Mengungkap Penyebab Kerusakan dan Jatuh Korban Gempa Cianjur

Penyebab gempa bumi di Cianjur pada Senin (21/11) siang, telah diungkap oleh pihak BMKG. Kepala BMKG Dwikorita mengungkapkan bahwa penyebab gempa Cianjur diduga akibat dari pergerakan Sesar Cimandiri. Dikutip dari detik.com, menurut situs ESDM Provinsi Lampung, apa itu sesar adalah bidang rekahan yang disertai oleh adanya pergeseran relatif satu blok terhadap blok batuan lainnya. Istilah sesar disebut juga dengan patahan. 

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono mengatakan, skala gempa bumi yang mengguncang Cianjur, Jawa Barat, pada Senin (21/11/2022) siang sebenarnya tidak terlalu besar. Namun, gempa bermagnitudo 5,6 itu menimbulkan kerusakan signifikan karena berjenis tektonik kerak dangkal atau shallow crustal earthquake. "Karakteristik shallow crustal earthquake sangat dangkal. Jadi memang energinya itu dari pusat yang dipancarkan, yang diradiasikan ke permukaan tanah itu masih kuat," kata Daryono dalam tayangan Kompas TV, Selasa (22/11/2022).

Menilik dari penjelasan di atas, wilayah Cianjur memang berpotensi terjadi gempa. Namun, gempa terjadi dan menelan banyak korban karena sebagai berikut. Pertama, banyaknya bangunan yang runtuh dan roboh. Seharusnya bangunan di wilayah berpotensi gempa dibuat berdasarkan kontruksi rumah tahan gempa. Namun, hal itu diabaikan sehingga ketika gempa terjadi runtuhan gedung atau bangunan berpotensi menyebabkan banyak korban. Kedua, tanah longsor. Gempa yang terjadi menyebabkan terjadinya tanah longsor. Hal inilah yang menyebabkan banyaknya korban jiwa.

Membahas gempa dalam aspek penyebab secara fisik memang akan bisa dijelaskan dengan meneliti dan mengamati kejadian yang telah terjadi. Namun, dalam perspektif Islam, setiap bencana yang terjadi itu hanya ada dua kemungkinan. Kalau bukan karena ujian berarti karena teguran. Teguran Allah SWT terhadap manusia adalah teguran karena banyaknya manusia yang mengabaikan perintah dan larangan-Nya.

Gempa, Antara Fenomena Alam dan Teguran

Musibah gempa telah dijelaskan dalam Al-Qur'an. Dalam berbagai ayat Al-Qur'an dijelaskan perihal gempa sebagai berikut. Pertama, dalam Al-Qur'an surah Az-Zalzalah ayat 1-2, Allah SWT berfirman tentang gempa bumi.

Surah Az-Zalzalah Ayat 1
إِذَا زُلْزِلَتِ ٱلْأَرْضُ زِلْزَالَهَا

Artinya: Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat),

Surah Az-Zalzalah Ayat 2
وَأَخْرَجَتِ ٱلْأَرْضُ أَثْقَالَهَا

Artinya: Dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya.

Kedua, surah Al-Ankabut ayat 37 juga menjelaskan tentang adanya gempa bumi.

فَكَذَّبُوهُ فَأَخَذَتْهُمُ ٱلرَّجْفَةُ فَأَصْبَحُوا۟ فِى دَارِهِمْ جَٰثِمِينَ

Artinya: Maka mereka mendustakan Syu'aib, lalu mereka ditimpa gempa yang dahsyat, dan jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat-tempat tinggal mereka.

Ketiga, surah Al-An'am ayat 65 juga menceritakan adanya azab yang berasal dari langit dan bumi. Azab yang berasal dari bumi ini meliputi gempa bumi.

قُلْ هُوَ ٱلْقَادِرُ عَلَىٰٓ أَن يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِّن فَوْقِكُمْ أَوْ مِن تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا وَيُذِيقَ بَعْضَكُم بَأْسَ بَعْضٍ ۗ ٱنظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ ٱلْءَايَٰتِ لَعَلَّهُمْ يَفْقَهُونَ

Artinya: Katakanlah: "Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahami(nya)".

Keempat, surah Al-Araf ayat 78.

فَاَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ فَاَصْبَحُوْا فِيْ دَارِهِمْ جٰثِمِيْنَ - ٧٨

Artinya: Lalu datanglah gempa menimpa mereka, dan mereka pun mati bergelimpangan di dalam reruntuhan rumah mereka.

Kelima, surat Al-Waqiah ayat 4.
اِذَا رُجَّتِ الْاَرْضُ رَجًّاۙ - ٤

Artinya: Apabila bumi diguncangkan sedahsyat-dahsyatnya.

Keenam, surah Al-Mulk ayat 16.
ءَاَمِنْتُمْ مَّنْ فِى السَّمَاۤءِ اَنْ يَّخْسِفَ بِكُمُ الْاَرْضَ فَاِذَا هِيَ تَمُوْرُۙ - ١٦
Artinya: Sudah merasa amankah kamu, bahwa Dia yang di langit tidak akan membuat kamu ditelan bumi ketika tiba-tiba ia terguncang?

Dari paparan ayat di atas dapat dipetik beberapa khazanah berikut. Pertama, gempa adalah peristiwa menunjukkan kemahabesaran dan kemahakuasaan Allah SWT. Bukan sekadar fenomena alam, gempa adalah bukti kebesaran Allah SWT. Seharusnya dengan musibah gempa ini mampu menyadarkan manusia akan hubungannya dengan Allah SWT. 

Kedua, betapa lemahnya manusia ketika musibah datang tak berdaya menghadapinya. Maka, patutkah manusia hari ini sombong menolak syariat yang Allah SWT turunkan? Manusia hanyalah makhluk kecil lagi lemah yang tak pantas membangkang atas segala perintah Allah SWT. Seharusnya potensi yang dimiliki manusia digunakan untuk menjalankan segala perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Namun, hari ini tidak demikian, justru banyak manusia sombong menolak hukum Allah SWT dengan berbagai dalih yang mengada-ada.

Ketiga, bisa jadi gempa yang terjadi diakibatkan karena kemaksiatan yang terjadi. Jika Allah SWT menegur kita walaupun dengan musibah, tandanya Allah sayang sama kita. Karena ingin menghapus dosa kita dengan ujian yang menimpa kita. Sehingga, ke depan manusia lebih taat dan kuat akidahnya. Hanya saja, apakah manusia-manusia di muka bumi ini menyadarinya? Jika musibah yang terjadi adalah peringatan agar kita kembali ke jalan Islam? 

Sebagai manusia yang memiliki akal, seharusnya mampu mengindra ini semua. Namun, karena kesombongan dan keangkuhan manusia, terkadang tidak mampu menyadari hal tersebut. Sehingga, bukan bertobat mendekat kepada Allah SWT, justru bersikap biasa seolah bencana yang terjadi hanya soal fenomena alam.

Strategi Politik Islam dalam Mengatasi Bencana

Dulu pernah terjadi gempa di Madinah. Ketika terjadi gempa di Madinah, Rasulullah Muhammad SAW lalu meletakkan kedua tangannya di atas tanah dan berkata, "Tenanglah … belum datang saatnya bagimu.’’ Lalu, Nabi SAW menoleh ke arah para sahabat dan berkata, "Sesungguhnya Rabb kalian menegur kalian … maka jawablah (buatlah Allah ridha kepada kalian)!”

Hal itu diingat oleh Umar bin Khattab r.a., ketika terjadi gempa pada masa kekhalifahannya, ia berkata kepada penduduk Madinah, Wahai Manusia, apa ini? Alangkah cepatnya apa yang kalian kerjakan (dari maksiat kepada Allah)? Andai kata gempa ini kembali terjadi, aku tak akan bersama kalian lagi!”

Dikutip dari Republika.co.id, seorang dengan ketajaman mata bashirah seperti Umar bin Khattab bisa, merasakan bahwa kemaksiatan yang dilakukan oleh para penduduk Madinah, sepeninggal Rasulullah dan Abu Bakar As-Shiddiq telah mengundang bencana. Umar pun mengingatkan kaum Muslimin agar menjauhi maksiat dan segera kembali kepada Allah. Ia bahkan mengancam akan meninggalkan mereka jika terjadi gempa kembali. Sesungguhnya bencana merupakan ayat-ayat Allah untuk menunjukkan kuasa-Nya, jika manusia tak lagi mau peduli terhadap ayat-ayat Allah.

Imam Ibnul Qoyyim dalam kitab Al-Jawab Al-Kafy mengungkapkan, Dan terkadang Allah menggetarkan bumi dengan guncangan yang dahsyat, menimbulkan rasa takut, khusyuk, rasa ingin kembali dan tunduk kepada Allah, serta meninggalkan kemaksiatan dan penyesalan atas kekeliruan manusia. Di kalangan Salaf, jika terjadi gempa bumi mereka berkata, ‘Sesungguhnya Tuhan sedang menegur kalian’.’’

Ketika terjadi bencana seperti gempa, selain melakukan recovery yang harus dilakukan oleh penguasa adalah bertobat dan mengajak umatnya bertobat untuk kembali kepada Islam. Musibah pertanda teguran adalah bentuk sayang Allah SWT kepada umatnya dan hal ini perlu disikapi dengan baik dan bijak. Jangan sampai diabaikan peringatan dan sampai istidraj. Istidraj adalah ketika kelalaian kita terhadap perintah Allah SWT dibalas dengan banyak-banyak kenikmatan. Astaghfirullahal'adzim, sungguh ini justru sesuatu yang mengerikan. Allah enggan menegur kita malah mengguyur dengan banyak kenikmatan yang melenakan.

Oleh karena itu, tidak ada jalan lain kecuali negeri ini segera kembali dan batobat pada Allah SWT dengan menerapkan syariat Islam secara kaffah. Memang ini bukan perkara mudah, namun apalagi yang dicari di muka bumi ini selain keridhaan Allah SWT? Jika para penguasa masih sombong dan ngotot dengan sistem aturan yang lahir dari orang-orang asing dan hawa nafsu mereka sendiri, tidak hanya bencana yang monumental, namun kerusakan sistemis akan ditemui di negeri ini.

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut.

Membahas gempa dalam aspek penyebab secara fisik memang akan bisa dijelaskan dengan meneliti dan mengamati kejadian yang telah terjadi. Namun, dalam perspektif Islam, setiap bencana yang terjadi itu hanya ada dua kemungkinan. Kalau bukan karena ujian berarti karena teguran. Teguran Allah SWT terhadap manusia adalah teguran karena banyaknya manusia yang mengabaikan perintah dan larangan-Nya.

Sebagai manusia yang memiliki akal, seharusnya mampu mengindra musibah ini. Namun, karena kesombongan dan keangkuhan manusia, terkadang tidak mampu menyadari hal tersebut. Sehingga, bukan bertobat mendekat kepada Allah SWT, justru bersikap biasa seolah bencana yang terjadi hanya soal fenomena alam.

Oleh karena itu, tidak ada jalan lain kecuali negeri ini segera kembali dan batobat pada Allah SWT dengan menerapkan syariat Islam secara kaffah. Memang ini bukan perkara mudah, namun apalagi yang dicari di muka bumi ini selain keridhaan Allah SWT? Jika para penguasa masih sombong dan ngotot dengan sistem aturan yang lahir dari orang-orang asing dan hawa nafsu mereka sendiri, tidak hanya bencana yang monumental, namun kerusakan sistemis akan ditemui di negeri ini.[]

Oleh: Ika Mawarningtyas
Direktur Mutiara Umat Institute dan Dosen Online Uniol 4.0 Diponorogo 
#Lamrad
#LiveOpperessedOrRiseUpAgainst
MATERI KULIAH ONLINE
UNIOL 4.0 DIPONOROGO
Rabu, 23 November 2022
Di bawah asuhan Prof. Dr. Suteki, S.H., M. Hum.

Posting Komentar

0 Komentar