Ajarilah Anakmu Shalat dan Jangan Sepelekan Shalat

TintaSiyasi.com -- Sobat. Shalat adalah rukun kedua dari rukun Islam. Shalat adalah amal pertama yang akan dihisab kelak pada hari kiamat sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, “Amal pertama kali yang akan diperhitungkan dari seorang hamba adalah sholat. Jika sholatnya benar, niscaya ia akan sukses dan berhasil menjalani perhitungan Allah SWT, tetapi jika sholatnya rusak, sungguh ia telah merugi” (HR. al-Bukhari).

Sobat. Suri teladan yang baik memiliki dampak  yang besar pada kepribadian anak. Sebab mayoritas yang ditiru anak berasal dari kedua orang tuanya, bahkan dipastikan pengaruh paling dominan berasal dari kedua orang tuanya. “Kedua orang tuanyalah  yang menjadikan Yahudi, Majusi atau Nasrani.” Sesungguhnya kesalehan orang tua termasuk faktor pendukung terbesar dan berpengaruh untuk perkembangan anak-anak.

Sobat. Ada beberapa tips untuk mengatasi perilaku menyepelekan shalat :

Pertama. Mendidik anak dengan bertahap untuk melaksanakan shalat. Gunakanlah ucapan-ucapan motivasi, seperti hadiah, doa, dan pujian. Jika tidak berpengaruh, gunakanlah perintah dan pukullah sekadarnya sehingga terjadi suasana saling mengingatkan dan saling memotivasi. Rasulullah SAW bersabda, “Ajarilah anak-anak kalian shalat ketika ia berumur tujuh tahun dan pukullah mereka (jika tidak mau shalat) jika telah berumur 10 Tahun” (HR. Ahmad).

Kedua. Menyebut berulang-ulang nash-nash yang menganjurkan untuk melaksanakan shalat, serta keutamaan-keutamaan sholat kepada putra-putri kita.  Allah SWT berfirman :

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَاۖ لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًاۖ نَّحْنُ نَرْزُقُكَۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ 

Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa“ (QS. Thaha (20) : 132).

Sobat. Ayat ini menjelaskan amanat berikutnya yang tidak kurang pentingnya dari perintah sebelumnya ialah perintah Allah kepada Nabi SAW menyuruh untuk keluarganya mengerjakan salat dan sabar dalam melaksanakan shalat dengan menjaga waktu dan kesinambungannya. Perintah itu diiringi dengan perintah yang kedua yaitu dengan peringatan bahwa Allah tidak minta rezeki kepada Nabi, sebaliknya Allah yang akan memberi rezeki kepadanya, sehingga Nabi tidak perlu memikirkan soal rezeki keluarganya. Oleh sebab itu keluarganya agar jangan terpengaruh atau menjadi silau matanya melihat kekayaan dan kenikmatan yang dimiliki oleh istri-istri orang kafir itu. Demikianlah amanat Allah kepada Rasul-Nya sebagai bekal untuk menghadapi perjuangan berat, yang patut menjadi contoh teladan bagi setiap pejuang yang ingin menegakkan kebenaran di muka bumi.

Mereka harus lebih dahulu menjalin hubungan yang erat dengan Khaliq-nya yaitu dengan tetap mengerjakan salat dan memperkokoh batinnya dengan sifat tabah dan sabar. Di samping itu haruslah seisi rumah tangganya mempunyai sifat seperti yang dimilikinya. Dengan demikian ia akan tabah berjuang tidak diombang-ambingkan oleh perhiasan kehidupan dunia seperti kekayaan, pangkat dan kedudukan. 

Amanat-amanat inilah yang dipraktikkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya sehingga mereka benar-benar sukses dalam perjuangan mereka sehingga dalam masa kurang lebih 23 tahun saja Islam telah berkembang dengan pesatnya di seluruh jazirah Arab dan jadilah kalimah Allah kalimah yang paling tinggi dan mulia.

Jika Rasul dan keluarganya menghadapi berbagai kesulitan, beliau mengajak keluarganya untuk shalat, sebagaimana diriwayatkan dari Sabit, ia berkata : 

Apabila keluarga Nabi ditimpa kesusahan, beliau memerintahkan mereka, "Ayo shalatlah, shalatlah," Sabit berkata, "Para nabi jika tertimpa kesusahan mereka segera menunaikan shalat." (Riwayat Ibnu Abi hatim)

Ketiga. Mengingat pengaruh shalat dalam kehidupan dunia sebelum akhirat berupa kelapangan dada, kebahagiaan, keberhasilan, taufik, dan kepercayaan diri serta ketenangan jiwa.  Allah SWT berfirman dalam Ibrahim ayat 40 mengajarkan doa yang hendaklah dibaca berulang-ulang :

رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِن ذُرِّيَّتِيۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ  

Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku” ( QS. Ibrahim (14) : 40).

Sobat. Pada ayat ini dilukiskan lagi pernyataan syukur Ibrahim pada Allah atas segala rahmat-Nya. Ia bertambah tunduk dan patuh kepada Allah, dan berdoa agar Allah menjadikan keturunannya selalu mengerjakan shalat, tidak pernah lalai mengerjakannya sedikit pun, sempurna rukun-rukun dan syarat-syaratnya, dan sempurna pula hendaknya mengerjakan sunah-sunahnya dengan penuh ketundukan dan kekhusyukan.

Ibrahim as berdoa agar keturunannya selalu mengerjakan shalat, karena shalat itu adalah pembeda antara Mukmin dan kafir dan merupakan pokok ibadah yang diperintahkan Allah. Orang yang selalu mengerjakan shalat, akan mudah baginya mengerjakan ibadah-ibadah lain dan amal-amal saleh. Shalat dapat mensucikan jiwa dan raga karena shalat dapat mencegah manusia dari perbuatan keji dan mungkar, sebagaimana firman Allah SWT:
"Dan laksanakanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (shalat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan" (Al-Ankabut/29: 45).

Ibrahim as memohon kepada Allah SWT agar menerima ibadah-ibadahnya. Keinginan beribadah kepada Tuhan ini lebih diutamakannya dari keinginan mengikuti kehendak bapaknya, sebagaimana firman Allah SWT: "Dan aku akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang engkau sembah selain Allah, dan aku akan berdoa kepada Tuhanku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku" (Maryam/19: 48).

Yang dimaksud dengan doa dalam ayat ini adalah ibadah. Rasulullah SAW menyatakan bahwa doa itu adalah ibadah. Kemudian beliau membaca firman Allah SWT: "Sesungguhnya orang-orang yang ada di sisi Tuhanmu tidak merasa enggan untuk menyembah Allah dan mereka menyucikan-Nya dan hanya kepada-Nya mereka bersujud" (Al-Araf/7: 206).

Keempat. Memahami dan mengerti konsekuensi  hukuman  bagi orang  yang meninggalkan shalat, baik hukuman agama maupun hukuman duniawi, berupa terhalang pintu rezeki, kesempitan dada, rasa malu, kekhawatiran, tersandung permasalahan rumit dan frustasi, serta azab yang ditimpakan kepada orang yang meninggalkan shalat di dalam kubur dan pada hari kiamat kelak. Orang  yang  meninggalkan shalat telah meninggalkan hubungan antara ia dan Tuhannya, ia menutup pintu doa dikabulkan, pintu rezeki, pintu kesuksesan, dan pintunya dalam mendapatkan taufik antara ia dan Tuhannya.

Kelima. Membiasakan dirimu ketika mendengar azan untuk berhenti dari aktivitas apa pun, baik rapat, muktamar, menelepon, riset, menulis, maupun membaca. Cukup lakukanlah  shalat  karena kehidupanmu tidak akan sukses dan bertambah menjadi lebih baik tanpa melaksanakan  shalat.

Keenam. Menjaga shalatmu karena menjadikan dosa-dosamu diampuni sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, ”Barangsiapa yang berwudhu dan menyempurnakan wudhunya lalu berjalan menuju shalat fardhu, lalu ia shalat bersama manusia atau sholat berjamaáh di dalam masjid, niscaya Allah mengampuni dosa-dosanya.”

Ketujuh. Jika kamu bersujud kepada Allah SWT dan menjaga sholatmu, kamu akan mengalahkan keraguan, kegelisahanmu dan kesedihan-kesedihanmu, serta mengalahkan setan yang terkutuk. Allah SWT berfirman :

وَلَقَدْ نَعْلَمُ أَنَّكَ يَضِيقُ صَدْرُكَ بِمَا يَقُولُونَ فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَكُن مِّنَ السَّاجِدِينَ  

Dan Kami sungguh-sungguh mengetahui, bahwa dadamu menjadi sempit disebabkan apa yang mereka ucapkan, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu di antara orang-orang yang bersujud (shalat)" (QS. Al-Hijr (15) : 97-98).

Sobat. Ayat ini memberi jaminan kepada Nabi Muhammad bahwa Allah SWT memeliharanya dari tindakan orang-orang musyrik Makkah yang memperolok-olok dan menyakitinya serta memelihara Al-Qur'an dari usaha-usaha orang-orang yang ingin mengotorinya.

Ath-Thabari menyampaikan riwayat dari Sa'id bin Jubair bahwa orang-orang musyrik Makkah yang memperolok-olok Al-Qur'an dan Nabi Muhammad ialah al-Walid bin Mugirah, al-'As bin Wa'il, Al-'Adi bin Qais, Aswad bin Abdu Yaguts, dan Aswad bin Muththalib. Mereka semua terkenal dalam sejarah, dan sebab-sebab kematian mereka adalah akibat tindakan mereka sendiri.

Menurut suatu riwayat diterangkan bahwa suatu ketika Nabi SAW yang berada di hadapan orang-orang kafir Makkah, mereka saling mengedipkan mata tanpa setahu Nabi Muhammad SAW, dan berkata sesamanya dengan maksud mengejek Nabi, "Inikah orang yang mendakwakan dirinya nabi?" Pada waktu itu, Jibril as menyertai Nabi, lalu Jibril menusuk punggung orang-orang yang memperolok-olokkan itu dengan jarinya, sehingga menimbulkan bekas, luka, dan borok yang busuk baunya. Tiada seorang pun yang mendekati mereka karena baunya itu. Maka turunlah ayat ini yang menegaskan bahwa Nabi SAW dilindungi Allah SWT dari gangguan orang-orang kafir.

Allah mengetahui bahwa Nabi SAW merasa sedih karena olok-olokan dan tindakan orang-orang kafir. Untuk mengobati kesedihannya itu, Allah memerintahkan Nabi SAW untuk bertasbih, mensucikan Allah dari segala sesuatu yang menyekutukan-Nya, shalat, rukuk, sujud, banyak melakukan ibadah, berbuat baik, dan mengekang hawa nafsu. Hal ini berlaku pula bagi kaum Muslimin sampai akhir hayat mereka.

Sobat. Telah diriwayatkan dari Rasulullah SAW  bahwa Rasulullah  bersabda dalam sebuah hadits yang shahih  sebagai berikut: “Barangsiapa yang menjaga shalat maka shalat itu akan menjadi cahaya baginya serta bukti dan penyelamat pada hari kiamat. Barangsiapa yang tidak menjaga sholat, tiadalah mendapat cahaya, bukti, dan keselamatan baginya pada hari kiamat. Justru, pada hari itu, ia akan dibangkitkan bersama-sama dengan Firáun, Qarun, Haman, dan Ubay bin Khalaf” (HR. Ahmad). []


Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual, Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo, Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Posting Komentar

0 Komentar