Mengenang Koh Steven, si Pemulung Amal yang Totalitas Beramal sampai Detik-Detik Bertemu Ajal



TintaSiyasi.com -- Pembatalan secara tiba-tiba acara Road to Hijrahfest 'Surabaya Islamic Festival' yang sedianya dilaksanakan pada 14-16 Oktober 2022 di Jatim Expo, Surabaya memang membuat sedih banyak pihak, terlebih penyelenggara. 

Namun, bukan pembatalan acara akibat protes salah satu ormas yang membuat tangis panitia Hijrahfest pecah. Melainkan, kepergian pendiri Mualaf Center Indonesia (MCI) Steven Indra Wibowo menghadap Allah di hari itulah (Jumat, 14/10/22) yang membuat Arie Untung, Andy Anthony, para ustaz serta semua pihak merasakan kepedihan yang mendalam.

Saat acara dibatalkan, meski harus sibuk mengembalikan dana tiket peserta yang sebelumnya ludes terjual, artis founder Hijrah Fest (HF) itu tak patah arang dan memberi semangat pada publik agar menunggu tanggal dan lokasi pengganti dalam unggahan instagramnya.

Namun, ketika kabar Steven Indra Wibowo meninggal dunia, ia tak kuasa membendung air matanya. Ia lalu menyadari hikmah di balik pembatalan HF ialah untuk mengantar Koh Steven, panggilan akrab Steven Indra Wibowo ke peristirahatan terakhirnya.

Tak hanya Arie, sahabat Humas MCI Andy Anthony Lee juga merasakan kepedihan mendalam akibat kehilangan sahabatnya. Terlebih, dia bersama Koh Steven saat detik-detik akhir malaikat menjemput.

Detik-Detik Bertemu Ajal

Hari itu di hotel tempat penginapan panitia HF Andy sempat mengingatkan Koh Steven untuk istirahat. Andy melihat founder MCI itu tampak kelelahan. Sebab, ayah 4 anak itu sudah tiba di Surabaya sehari sebelum HF dimulai. Sementara sebelumnya, ia juga sibuk untuk acara di Yogyakarta. 

Ditambah lagi, Andy tahu biasanya pada malam hari Koh Steven masih melayani para mualaf dari luar negeri yang berkonsultasi. Andy menduga sahabatnya itu kurang istirahat. Koh Steven memang dikenal tidak pernah absen dalam event kebaikan.

"Koh, tidur dulu," kata Andy dikutip Topswara dari kanal YouTube Cerita Untungs, Senin (17/10/2022).

Alih-alih tidur, pria yang punya keahlian barista kelas internasional itu justru memesan kopi. Andy menduga kondisi Koh Steven malam itu kurang baik. Ia dan istrinya terus memperhatikan Koh Steven. Mereka cemas melihat Koh Steven sering menekan-nekan dadanya.

"Koh, kita ke IGD, yuk!" ajak Andy.
"Nggak, emang elu," tolak Koh Steven yang justru meledek. Biasanya memang Andy dibawa ke rumah sakit untuk disuntik bila asam lambung akutnya kambuh.
 
Tak lama berselang, usai Maghrib mereka makan hidangan yang disajikan untuk panitia. Koh Steven masih tampak berselera. Namun, ketika makanan di piringnya akan habis, tiba-tiba ia berhenti. Ia tampak kelelahan. Kemudian, ia berbaring. 

Andy dan istrinya terus memperhatikan. Mereka makin cemas ketika tiba-tiba Koh Steven tampak tak sadar. Mereka panggil-panggil Koh Steven untuk membangunkan. Koh Steven sempat terbangun dan sadar. Namun, ia kembali tertidur.

Dengan panik mereka mencari ambulans. Karena merasa lama, mereka menggunakan mobil yang baru saja tiba mengantarkan pengunjung hotel. Andy mengambil alih kemudi, menyetir secepat mungkin hingga mereka tiba di rumah sakit lebih cepat dari waktu normal. 

Dua dokter dengan sigap melakukan penanganan. Jantung Koh Steven dipacu. Sekian tindakan dilakukan dokter. Sayang, Koh Steven belum juga sadar.  Dokter kemudian mengajak Andy berbicara di ruangan lain. "Koh Steve kemungkinan sudah enggak adanya waktu di perjalanan," kata Dokter.

Andy kembali lagi ke IGD secepatnya. Ia pegang badan sahabat karibnya masih hangat. Karenanya, Humas MCI itu tidak percaya pimpinannya sudah tiada. Tetapi fakta berkata lain. Kepedihan Andy membuncah. Istri dan teman-temannya menenangkan Andy hingga ia ridha terhadap qadha. 

Koh Steven pulang dalam keadaan husnul khatimah. Orang-orang yang mengurus jenazahnya bersaksi Koh Steven pulang dalam keadaan bersih. Tubuhnya harum. 

Hujan yang mengguyur Surabaya malam itu pun tak menyurutkan orang-orang yang hendak menyolatkannya. Saat jenazah disholatkan pertama kali di rumah sakit, dihadiri lebih dari 40 orang. Hingga saat pemakamannya di Bandung, ribuan umat Islam turut mengantar dan mendoakannya.

Si Pemulung Amal Memborong Amal Shalih

Kepergian Steven Indra Wibowo menyisakan kenangan atas beragam kebaikan yang ia semai. Banyak pihak yang mengungkap kesaksiannya atas amal shalih yang telah diperbuat Koh Steven. Karenanya tak sedikit yang mengatakan, Koh Steven memang menyebut dirinya Pemulung Amal, tapi sebenarnya ia pemborong amal.

Pria berdarah Tionghoa kelahiran Jakarta pada 14 Juli 1981 itu memang baru mengucapkan dua kalimat syahadat di tahun 2000. Namun, amal shalihnya yang kasat mata saja luar biasa.

Sebagai lulusan S3 King Abdullah University, Arab Saudi keilmuan mualaf yang mengubah namanya menjadi Indra Wibowo ash-Shiddiqi itu mumpuni. Namun, ia lebih suka dipanggil Koh Steven dibandingkan panggilan Ustaz. Ia pun tetap menyebut dirinya sebagai Pemulung Amal.

"Kita ini jangan sombong di dunia. Kita cuma pemulung. Apa sih, yang kita kumpulin, amal kan? Ngumpulin duit, mati nggak dibawa, amal ya sudah dipulung aja. Kita nggak ngerjain yang besar-besar," cerita Steven dalam akun YouTube Vertizone 7 bulan lalu.

Totalitas beramal shalih betul-betul ia wujudkan. Ia korbankan tak hanya raga dan harta dalam dakwah Islam. Jiwa pun ia pertaruhkan. 

Ia dakwah turun lapang. Bukan hanya di kota, tetapi sampai masuk ke pelosok-pelosok, bahkan hingga mancanegara. Luka bekas terkena mandau di kakinya menjadi saksi perjuangan dakwahnya penuh risiko. 

Namun, hasilnya sungguh luar biasa. Totalitasnya dalam dakwah itu menjadi wasilah datangnya hidayah bagi sekian banyak orang. Begitu banyak orang kafir ber-Islam, ratusan murtadin pun kembali bersyahadat dengan perantara dakwahnya. Bahkan, Arie Untung mengisahkan, ada satu daerah di kaki gunung di Boyolali, Jawa Tengah, dia dakwahi hingga satu kampung bersyahadat. Di sana MCI juga membangun masjid. 
 
Tak hanya dikenal telah meng-Islam-kan banyak orang, Steven Indra Wibowo juga dikenang sebagai sosok yang totalitas dalam berderma. Ia totalitas menjauhi riba. Hartanya ia belanjakan di jalan Allah. 

Di antaranya, ketika wabah Covid-19 melanda, ia jual aset-aset senilai Rp14 miliar untuk membeli alat pelindung diri (APD) lalu ia sumbangkan. Di kesempatan lain ia juga mengeluarkan Rp100 juta untuk mengajak 100 wanita malam kembali ke jalan Islam. Hasilnya, 95 persen tertunjuki hidayah.

Dalam dakwah bersama Hijrah Fest sendiri, Koh Steven totalitas memberi  dukungan hingga ia bertemu dengan malaikat yang menjemputnya.

"Hijrah Fest pertama, (Koh Steven) diundang jadi pembicara, bawa tim berikut kendaraan dan fasilitas hotelnya semuanya dia yang bayar," kenang Arie Untung.

Di momen Hijrah Fest lainnya, dengan keterampilannya menjadi pilot berlisensi untuk jet pribadi dan beberapa jenis pesawat lain, Koh Steven menjemput Ustad Abdul Somad untuk mengisi acara Hijrah Fest. 

Koh Steven bersama MCI tak pernah ingin absen dari agenda-agenda dakwah. Ia bersama timnya ingin selalu terlibat dalam HF dan acara-acara semisalnya. Bagi Koh Steven, tiada kata lelah dalam dakwah. 

"Capeknya itu nanti kalau Allah yang suruh kita berhenti. Ya udah, itu kita sudah disuruh istirahat. Itulah istirahat yang kita cari-cari," kata Koh Steven yang dikenang Andy.

Tiada berhenti beramal dibuktikan Koh Steven. Sebelum HF Surabaya, ia menghadiri acara dakwah di Yogyakarta. Di sana ia membagikan hadiah umroh gratis kepada 6 orang untuk berangkat bersamanya pada 20 Oktober 2022. 

Sementara untuk Hijrah Fest Surabaya, Koh Steven juga tak tanggung-tanggung. Bukan hanya pikiran dan tenaga yang ia curahkan. Ia juga mengerahkan beberapa kendaraan dan ambulans, juga pasukan volunteer.

Tak disangka, acara tiba-tiba dibatalkan. Akhirnya, Jumat pagi yang sedianya panitia sibuk hari pertama expo, saat itu panitia terpaksa sibuk mengembalikan uang tiket peserta. 

Namun, meski uang pendaftaran dikembalikan, pembatalan acara itu membuat orang-orang yang di boot makanan bersedih. Sudah banyak makanan mereka buat, tetapi acara batal. Mereka bingung, akan dijual ke mana ratusan porsi makanan yang sudah susah payah mereka persiapkan?

Tanpa ambil pusing, Koh Steven si Pemulung Amal menjadikan kegalauan peserta Hijrah Fest itu sebagai kesempatan untuk memborong amal shalih sedekah shubuh di hari Jumat. Ia borong semua makanan itu. Dibeli semua, lalu ia bagikan ke semua orang yang ada. 

Mengenang kepergian Koh Steven membuat Arie Untung menemukan hikmah besar di balik batalnya HF Surabaya. Baginya, saat itu menjadi momen semua sahabat dan para ustaz berkumpul untuk mengantarkan Koh Steven pulang ke peristirahatan terakhir.

"Di Surabaya, (Koh Steven) mengerahkan beberapa kendaraan dan pasukan volunteer dan ambulans. Acara dibatalkan, ambulans yang meluncur dari Bandung ke Surabaya tidak membawa siapa-siapa, kecuali beliau sendiri," kata Arie.[] Saptaningtyas

Sumber tulisan: Topswara.com 

Posting Komentar

0 Komentar