Tanda Kebahagiaan dan Kesengsaraan


TintaSiyasi.com -- Sobat. Abdullah bin Masúd ra berkata, “ Kesenangan dan ketenangan itu ada pada keyakinan dan ridha, sedangkan kegundahan dan kesedihan itu ada pada keraguan dan ketidakrelaan. Rasulullah SAW hidup dengan penuh keridhaan terhadap semua yang ditetapkan Allah. Beliau ridha terhadap semua yang dipilihkan Allah dalam segala urusan, baik senang maupun susah, berat maupun ringan, kaya maupun miskin, serta sehat maupun sakit. Beliau selalu bersama Allah, percaya kepada Allah, pasrah kepada Allah, menyerahkan semua urusan kepada Allah, serta menerima apa yang dipilihkan Allah. 

Sobat. Siapa yang ingin bahagia, hendaklah dia ridha kepada takdir. Siapa yang menerima takdir, tidak akan merasa gelisah. Siapa yang ridha kepada takdir, Allah akan meridhainya dan menghilangkan kesedihan dalam hatinya. Oleh karena itu, masuklah ke dalam surga keridhaan, niscaya Anda akan selamat dan bahagia.

Sobat. Rasulullah SAW bahagia karena beliau selalu qanaáh dengan apa yang diberikan Allah dan ridha dengan pembagian Allah. Beliau tidak berambisi mendapatkan kekayaan dan kenikmatan duniawi. Beliau tidak pernah dikuasai oleh keserakahan hawa nafsu. Beliau merasa cukup dengan rezeki yang sedikit, serta mensyukuri apa yang ada. Demikianlah, siapa yang qanaáh pasti hidupnya tentram, bahagia, aman dan tenang. Rasulullah SAW bersabda, ”Sungguh beruntung orang Islam yang mendapatkan kecukupan rezeki dan diberi rasa qanaáh terhadap apa yang Allah berikan” (HR. Muslim).

Sobat. Rasulullah SAW hidup bahagia karena bertawakal kepada Allah SWT, senantiasa menyerahkan urusan kepada Allah, tetapi tetap disertai dengan usaha, sehingga Allah pun memberinya kecukupan, penjagaan, dan perlindungan.

Sobat. Ketahuilah bahwasanya tanda kebahagiaan itu ada sebelas perkara:

Pertama. Zuhud terhadap dunia dan cinta kepada akhirat.
Kedua. Senantiasa ingin beribadah dan membaca Al-Qur'an. 
Ketiga. Sedikit bicara tentang hal yang tidak perlu. 
Keempat. Senantiasa memelihara shalat lima waktu. 
Kelima. Bersikap wara’ tehadapa barang haram maupun syubhat, sedikit atau banyak. 
Keenam. Bersahabat dengan orang yang baik-baik. 
Ketujuh. Berlaku tawadhu’ tidak sombong. 
Kedelapan. Dermawan lagi pemurah. 
Kesembilan. Belas kasih terhadap sesama makhluk Allah SWT. 
Kesepuluh. Menjadi orang yang bermanfaat bagi sesama makhluk. 
Dan kesebelas. Banyak mengingat mati.
Demikian penjelasan Abu Laits Assamarqandi dalam kitab Tanbihul Ghafilin.

Sobat. Rasulullah SAW hidup bahagia dengan kesabarannya yang begitu besar, sehingga setiap kesulitan terasa mudah dan jalan perjuangan yang jauh terasa dekat. Beliau menganggap kesabaran adalah anugerah ilahi yang paling agung. Beliau hidup bahagia dengan selalu mengingat nikmat Allah dan mensyukurinya serta menyatakan kesyukuran. Dan lisannya senantiasa bertahmid sebagai pengamalan firman Allah :

أَوَعَجِبۡتُمۡ أَن جَآءَكُمۡ ذِكۡرٞ مِّن رَّبِّكُمۡ عَلَىٰ رَجُلٖ مِّنكُمۡ لِيُنذِرَكُمۡۚ وَٱذۡكُرُوٓاْ إِذۡ جَعَلَكُمۡ خُلَفَآءَ مِنۢ بَعۡدِ قَوۡمِ نُوحٖ وَزَادَكُمۡ فِي ٱلۡخَلۡقِ بَصۜۡطَةٗۖ فَٱذۡكُرُوٓاْ ءَالَآءَ ٱللَّهِ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ 

Apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepadamu peringatan dari Tuhanmu yang dibawa oleh seorang laki-laki di antaramu untuk memberi peringatan kepadamu? Dan ingatlah oleh kamu sekalian di waktu Allah menjadikan kamu sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah lenyapnya kaum Nuh, dan Tuhan telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu (daripada kaum Nuh itu). Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat keberuntungan” (QS. Al-A’raf (7) : 69).

Sobat. Dalam ayat ini, Allah menerangkan kecaman Nabi Hud kepada pemuka-pemuka kaumnya, bahwa tidak patut mereka merasa heran dan ragu-ragu terhadap kedatangan peringatan dan pengajaran dari Tuhan yang dibawa oleh seorang laki-laki di antara mereka. Pengajaran Allah itu datang kepada mereka justru pada saat mereka berada dalam kesesatan. Semestinya mereka tidak perlu ragu kepada pribadi orang yang membawa seruan. Hendaknya mereka mempergunakan akal pikiran untuk memperhatikan seruan yang dibawa kepada mereka itu yaitu seruan yang benar, seruan yang menyelamatkan diri mereka dari azab Allah. 

Ia juga mengingatkan mereka akan nikmat dan rahmat Allah, bahwa mereka bukan saja sebagai ahli waris kaum Nuh yang diselamatkan Allah dari topan karena keimanan mereka kepada-Nya, tetapi juga Allah melebihkan mereka dengan kekuatan fisik serta tubuh yang besar. 

Oleh sebab itu hendaklah mereka bersyukur kepada Allah dengan bertakwa kepada-Nya. Kalau mereka tidak bersyukur, Allah akan menjatuhkan azab-Nya sebagaimana Allah menjatuhkan azab kepada kaum Nuh yang ingkar dan menggantikan kedudukannya dengan bangsa lain. Mereka diingatkan kepada nikmat Allah itu agar mereka bersyukur dengan menyembah-Nya seikhlas-ikhlasnya sehingga mereka menjauhi kemusyrikan dengan meninggalkan penyembahan berhala. Dengan demikian mereka harus meninggalkan penyembahan berhala untuk mencapai kebahagiaan pada hari kemudian dan mendapat tempat pada sisi Allah yang telah disediakan untuk hamba-hamba-Nya yang bersyukur kepada nikmat-Nya.

Sobat. Berpikirlah dan bersyukurlah! Lihatlah daftar berbagai kenikmatan dan ingatlah! Jadikanlah kesyukuran sebagai kebiasaan! Mendekatlah kepada Allah dengan ibadah, karena itu adalah penyebab ditambahkan kenikmatan. Contohlah Rasulullah SAW Imam dari para ahli syukur serta teladanilah beliau, sebaik-baiknya ahli dzikir!

Sobat. Rasulullah SAW hidup bahagia karena tidak pernah menangisi derita masa lalu dan menyesali hari-hari kelam yang telah berlalu. Namun beliau senantiasa berjuang agar ‘hari ini’ diberkahi Allah, setiap harinya penuh dengan ihsan, ketaatan dan kebahagiaan serta menyongsong masa depan yang lebih baik.

Sobat. Adapun tanda kecelakaan atau kesengsaraan juga ada sebelas:

Pertama. Rakus mengumpulkan harta. 
Kedua. Hanya ingin memperturutkan syahwat dan keenakan-keenakan dunia. 
Ketiga. Ucapan kotor dan suka menggunjing orang. 
Keempat. Meremehkan sholat lima waktu. 
Kelima. Bergaulnya dengan orang-orang yang durhaka. 
Keenam. Buruk budi pekertinya. 
Ketujuh. Berlaku congkak lagi sombong. 
Kedelapan. Menolak manfaat dari sesama manusia. 
Kesembilan. Sedikit belas kasihnya terhadap orang-orang yang beriman. 
Kesepuluh. Kikir.
Dan kesebelas. Tidak ingat mati. Yakni bahwasanya apabila seseorang ingat akan mati, maka dia takkan menolak memberi makan dan belas kasih terhadap sesama Muslim, baik laki-laki maupun perempuan.

Sobat. Rasulullah SAW hidup bahagia, karena beliau menebarkan berbagai macam kebaikan kepada manusia, baik dalam bentuk hidayah, ilmu, pengaruh, makanan , harta, maupun akhlak mulia. Kemudian Allah membalas kebaikan beliau dengan kelapangan dada dan ketenangan pikiran.Suatu balasan yang sesuai dengan kebaikannya. Sebab, balasan itu diberikan sesuai dengan jenis amalannya.

Siapa yang menginginkan kebahagiaan jiwa, ketenangan pikiran, rasa aman, ketentraman, maka hendaklah dia menebarkan berbagai macam kebaikan kepada hamba-hamba Allah.

Sobat. Salah satu penyebab utama kebahagiaan Nabi Muhammad SAW adalah kemesraannya dengan Al-Qur'an. Beliau hidup bersama Al-Qurán. Al-Qur'an adalah teman, sahabat, dan karib beliau. Al-Qur'an adalah wahyu yang beliau dapatkan dari sisi Tuhannya. Siapa saja yang membersamai Al-Qur'an dengan penuh penghormatan, penghargaan, dan pemuliaan, niscaya Allah akan melimpahkan kepadanya karunia agung yang tak terbayangkan sebelumnya. Di antaranya kelapangan dada, ketenangan hati, serta lenyapnya keresahan, kesedihan, dan kegundahan.

Allah SWT Berfirman :

الٓرۚ كِتَٰبٌ أَنزَلۡنَٰهُ إِلَيۡكَ لِتُخۡرِجَ ٱلنَّاسَ مِنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِ بِإِذۡنِ رَبِّهِمۡ إِلَىٰ صِرَٰطِ ٱلۡعَزِيزِ ٱلۡحَمِيدِ

Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji” (QS. Ibrahim (14) : 1).

Sobat. Dalam firman Allah SWT sesudah Alif Lam Ra menjelaskan maksud dan tujuan diturunkannya Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad. Allah menurunkan Al-Qur'an kepada Rasulullah agar petunjuk dan peraturan-peraturan yang dibawa Al-Qur'an itu dapat menjadi tuntunan dan bimbingan kepada umatnya. Dengan petunjuk itu mereka dapat dikeluarkan dari kegelapan ke cahaya yang terang-benderang, atau dari kesesatan dan kejahilan ke jalan yang benar dan mempunyai ilmu pengetahuan serta peradaban yang tinggi, sehingga mereka memperoleh rida dan kasih sayang Allah SWT di dunia dan di akhirat.

Penegasan tentang fungsi Al-Qur'an ini sangat penting sekali, apalagi jika dihubungkan dengan ayat-ayat yang lalu, di mana Allah swt telah menyebut-kan adanya orang-orang yang mengingkari Al-Qur'an, baik sebagian, maupun keseluruhannya.

Selanjutnya dalam ayat ini diterangkan bahwa Rasulullah hanya dapat menjalankan tugas tersebut di atas dengan izin dan bantuan dari Allah SWT, dengan cara memberi kemudahan dan menguatkan tekad beliau dalam menghadapi segala rintangan. Al-Qur'an merupakan jalan yang dibentangkan Allah yang Mahakuasa dan Maha Terpuji bagi Nabi Muhammad dan umatnya. []


Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku The Power Of Spirituality, Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo, Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Posting Komentar

0 Komentar