Memahami Hakikat Ibadah


TintaSiyasi.com -- Sobat. Kebanyakan orang membatasi ibadah hanya pada shalat, zakat, puasa, haji, umrah, dan sejenisnya. Ibadah-ibadah tersebut memang benar merupakan bagian dari fondasi ibadah dan pilar ketaatan. Akan tetapi konsep yang sebenarnya menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah adalah seluruh gerak dalam kehidupan merupakan ibadah. 

Sobat. Ibadah adalah segala sesuatu yang terikat dengan hukum syarak dan pasti dicintai dan diridhai Allah melalui perkataan dan perbuatan, baik yang tampak maupun yang tersembunyi. Ibadah juga mencakup rukun Islam, rukun Iman, rukun Ihsan, amalan hati, berbuat baik, menjaga silaturahim, berlaku dengan akhlak yang baik, berbagi kepada sesama, tidak egois, rendah hati, amar makruf nahi mungkar, memberi manfaat kepada orang lain, menahan diri dari bahaya, berbelas kasih kepada sesama manusia dan juga kepada hewan.

ÙˆَÙ…َا Ø®َÙ„َÙ‚ۡتُ ٱلۡجِÙ†َّ ÙˆَٱلۡØ¥ِنسَ Ø¥ِÙ„َّا Ù„ِÙŠَعۡبُدُونِ  

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku” (QS. Adz-Dzariyat (51) : 56).

Sobat. Ayat ini menegaskan bahwa Allah tidaklah menjadikan jin dan manusia melainkan untuk mengenal-Nya dan supaya menyembah-Nya. Dalam kaitan ini Allah swt berfirman: 

ٱتَّØ®َØ°ُÙˆٓاْ Ø£َØ­ۡبَارَÙ‡ُÙ…ۡ ÙˆَرُÙ‡ۡبَٰÙ†َÙ‡ُÙ…ۡ Ø£َرۡبَابٗا Ù…ِّÙ† دُونِ ٱللَّÙ‡ِ ÙˆَٱلۡÙ…َسِيحَ ٱبۡÙ†َ Ù…َرۡÙŠَÙ…َ ÙˆَÙ…َآ Ø£ُÙ…ِرُÙˆٓاْ Ø¥ِÙ„َّا Ù„ِÙŠَعۡبُدُÙˆٓاْ Ø¥ِÙ„َٰÙ‡ٗا ÙˆَٰØ­ِدٗاۖ Ù„َّآ Ø¥ِÙ„َٰÙ‡َ Ø¥ِÙ„َّا Ù‡ُÙˆَۚ سُبۡØ­َٰÙ†َÙ‡ُÛ¥ عَÙ…َّا ÙŠُØ´ۡرِÙƒُونَ

Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan” (QS. At-Taubah (9) : 31).

Sobat. Pada ayat ini dijelaskan bentuk kesesatan Ahli Kitab, kaum Yahudi, dan kaum Nasrani, masing-masing mengambil dan mengangkat Tuhan selain Allah SWT. Orang Yahudi menjadikan pendeta agama mereka sebagai Tuhan yang mempunyai hak menetapkan hukum menghalalkan dan mengharam-kan. Sedang orang-orang Nasrani menjadikan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan yang harus ditaati dan disembah. Dalam Islam, kedudukan pemuka agama, tidak lebih sebagai seorang ahli yang mempunyai pengetahuan mendalam tentang seluk beluk syariat. Segala pendapat dan fatwa yang dikemukakan, hanyalah sebagai penjelasan dari hukum-hukum Allah yang harus disertai dan didasarkan atas dalil-dalil yang nyata dari firman Allah SWT, atau sunnah Rasul. Mereka tidak berhak sedikit pun membuat syariat, karena syariat adalah hak Allah semata.

Menurut penganut agama Nasrani, di samping Isa Almasih dianggap sebagai Tuhan yang disembah, ada juga yang menyembah ibunya, yaitu Maryam, padahal Isa adalah seorang rasul seperti rasul-rasul sebelumnya dan Maryam ibunya, hanya seorang perempuan yang salehah dan tekun beribadah sehingga mendapat gelar Maryam Al-Butul, dan keduanya makan dan minum sebagaimana halnya manusia-manusia yang lain. Firman Allah SWT:

Almasih putra Maryam hanyalah seorang Rasul. Sebelumnya pun sudah berlalu beberapa rasul. Dan ibunya seorang yang berpegang teguh pada kebenaran. Keduanya biasa memakan makanan (al-Ma'idah/5: 75).

Pemeluk Kristen, Katolik dan orang-orang Ortodok menyembah murid-murid Isa dan pesuruh-pesuruhnya, begitu juga kepala-kepala dan pemuka-pemuka agamanya, yang dianggap suci, dan dijadikannya perantara yang akan menyampaikan ibadah mereka kepada Allah. Mereka juga menganggap pendeta-pendeta mereka mempunyai hak mengampuni ataupun tidak mengampuni sesuai dengan keinginannya, padahal tidak ada yang berhak mengampuni dosa kecuali Allah SWT, sebagaimana firman-Nya:

Dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? (Ali-Imran/3: 135).

Adapun kaum Yahudi, mereka menambahkan hukum lain kepada syariat agamanya. Mereka tidak mencukupkan dan membatasi diri pada hukum yang terdapat dalam Taurat sebagai pedoman hidupnya, tetapi menambah dan memasukkan hukum-hukum lain yang didengarnya dari kepala-kepala agama mereka sebelum hukum-hukum itu dibukukan menjadi peraturan yang harus dituruti dan ditaati oleh pemeluk Yahudi.

Demikianlah kesesatan-kesesatan yang telah diperbuat Ahli Kitab, padahal mereka itu tidak diperintahkan, kecuali menyembah Tuhan Yang Satu, Tuhan Seru sekalian alam, yaitu Allah SWT, karena tidak ada Tuhan Yang berhak disembah kecuali Dia. Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya baik mengenai zat-Nya, sifat-sifat-Nya maupun afal-Nya. Mahasuci Allah SWT dari apa yang mereka persekutukan. Apabila mereka percaya bahwa pemimpin-pemimpin mereka itu berhak menentukan suatu hukum, berarti mereka mempunyai kepercayaan bahwa ada Tuhan yang disembah selain Allah SWT yang dapat menimpakan penyakit dan menyembuhkan, menghidupkan dan mematikan tanpa izin Allah. Semua itu timbul dari kehendak hawa nafsu dan akal pikirannya, tidak bersumber dari wahyu Ilahi.

Pendapat tersebut sama dengan pendapat az-Zajjaj, tetapi ahli tafsir yang lain berpendapat bahwa maksud ayat tersebut ialah bahwa Allah tidak menjadikan jin dan manusia kecuali untuk tunduk kepada-Nya dan untuk merendahkan diri. Maka setiap makhluk, baik jin atau manusia wajib tunduk kepada peraturan Tuhan, merendahkan diri terhadap kehendak-Nya. Menerima apa yang Dia takdirkan, mereka dijadikan atas kehendak-Nya dan diberi rezeki sesuai dengan apa yang telah Dia tentukan. Tak seorang pun yang dapat memberikan manfaat atau mendatangkan mudarat karena kesemuanya adalah dengan kehendak Allah. Ayat tersebut menguatkan perintah mengingat Allah SWT dan memerintahkan manusia supaya melakukan ibadah kepada Allah SWT.

Sobat. Rasulullah SAW adalah imam para ahli ibadah. Beliau mengajari umat bagaimana menyembah Tuhannya dan memperhambakan manusia kepada penciptanya. Ibadah apa pun yang tidak berasal dari beliau dan tidak beliau ajarkan, maka ibadah itu dianggap batal dan tidak diterima oleh Allah SWT. Sebagaimana dalam hadits Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa mengamalkan suatu perkara yang tidak kami perintahkan, maka ia tertolak” (Muttafaq álaih).

Sobat. Seluruh aktivitas Rasulullah SAW adalah ibadah. Shalatnya, puasanya, zakatnya, haji, umrahnya, dakwahnya, tidurnya, terjaganya, makan dan minumnya, ungkapan-ungkapannya, bahkan hingga hembusan nafas dan pandangannya adalah ibadah. Dahulu Nabi Muhammad SAW pernah menyampaikan bahwa jika kita melakukan hal-hal yang disenangi dan melakukannya untuk menaati Allah SWT maka niat baik itu akan berubah menjadi ibadah. Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah engkau menafkahkan suatu nafkah dengan tujuan untuk mencari ridha Allah, melainkan engkau akan mendapatkan pahala lantaran dari nafkah pemberianmu itu, hingga sesuap makanan yang engkau suguhkan ke mulut isterimu” (Muttafaq ‘alaih).

Sobat. Betapa luas konsep ibadah dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW. Ajakan dan dakwahnya didasarkan pada keseimbangan dan mencakup semua aspek di dalam kehidupan manusia. Hal ini selaras dengan sabda Nabi SAW, “Sesungguhnya Rabbmu mempunyai hak atasmu, jiwamu mempunyai hak atasmu, dan isterimu mempunyai hak atasmu, maka berikanlah setiap hak kepada orang yang berhak” (HR al-Bukhari).

Sobat. Ikutilah sunah Nabi Muhammad SAW sewajarnya, tidak kurang dan tidak lebih! Sebab sesungguhnya tidak ada keberhasilan dan kesuksesan tanpa mengikuti bimbingan beliau dan kepatuhan pada sunahnya. Dan bersahaja dalam melaksanakan yang sunah lebih baik daripada bersungguh-sungguh dalam melakukan bidáh, ‘’Ikutilah Sunnah Nabi SAW jangan lakukan bidáh..dan ini sudah cukup bagi kalian.” Bukankah sebaik-baik mengikuti adalah mengikuti penghulu para Rasul dan Imam para ahli ibadah yakni Rasulullah SAW. Semoga shalawat dan salam dari Allah SWT senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW hingga hari kiamat. []


Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.  
Penulis Buku Gizi Spiritual, Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo, Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Posting Komentar

0 Komentar