Dekadensi Moral Generasi: Buah Pahit Kapitalisme Sekuler Liberal


TintaSiyasi.com -- Dekadensi (kemerosotan atau kemunduran) moral pada generasi makin mengerikan, terlebih menimpa generasi Muslim saat ini. Dalam bulan September ini saja, telah banyak kasus yang menimpa generasi, baik sebagai pelaku ataupun korban. 

Sebagaimana yang diwartakan Kompas.com (10/9/2022), siswi Sekolah Menengah Atas (SMA) di Jumapolo, Karanganyar mengalami kontraksi saat jam pelajaran, akhirnya melahirkan bayi dan dinikahkan. Ia menyembunyikan kehamilannya saat di lingkungan sekolah. Dan menurut pengakuan sang siswi, yang menghamilinya adalah siswa dari SMA lain. 

Masih di bulan September, dilansir news.detik.com (18/9/2022), seorang gadis remaja usia 13 tahun diperkosa di hutan kota daerah Jakarta Utara. Pelaku berjumlah 4 orang yang juga masih di bawah umur ditangkap polisi tidak lama setelah kejadian.

Masih di laman news.detik.com (16/9/2022), remaja perempuan berusia 15 tahun menjadi korban penyekapan dan dipaksa melayani pria hidung belang oleh perempuan berinisial EMT di apartemen Jakarta Barat. Polisi menyebut tidak ada bagi hasil dari bisnis prostitusi yang dijalankan pelaku. Dengan iming-iming uang korban rela menjadi pekerja seks komersial (PSK), saat ditawari pelaku pada tahun 2021.

Di atas hanya beberapa kasus yang viral dan terekspos oleh media dua pekan di bulan September ini. Tak menutup kemungkinan masih banyak kasus lain yang tak terendus media. Belum lagi kasus-kasus remaja sebelumnya baik bullying, tawuran, narkoba, miras, dan lain-lain yang menjadi rantai jerat yang menarik generasi ke jurang dekadensi moral yang makin dalam.

Lebih miris lagi, negara yang seharusnya sebagai periayah umat diharapkan mampu mengurai rantai jerat generasi, namun solusi yang diberikan hanya sekadar tambal sulam tak menyentuh akar permasalahan. Kapitalisme sekuler liberal wajar tak mampu memberi jawaban persoalan generasi. Harus disadari, sistem kehidupan hari inilah biang keladi. Dekadensi moral pada generasi bukan sekadar kegagalan kapitalisme sekuler liberal, namun wujud dari buah pahit sistem kehidupan hari ini.


Dekadensi Moral Generasi, Buah Pahit Kapitalisme Sekuler Liberal

Dekadensi moral pada generasi telah menampakkan wujud karakter generasi yang mengerikan. Tak terkecuali juga menimpa generasi Muslim hari ini. Menemukan generasi yang memiliki karakter seorang Muslim yang sejati hari ini pasti teramat sulit. Wajar, sistem Islam tak lagi mewarnai cara didik generasi. 

Perihal dekadensi moral pada generasi ini sudah lama menjadi sorotan banyak pihak, dalam artikel yang dimuat radarsemarang.jawapos.com (3/3/2021), mengutip Surur (2010: 129-135), ada tiga faktor yang menyebabkan dekadensi moral di kalangan pelajar, di antaranya:

Pertama, formulasi pendidikan moral dan lemahnya sistem evaluasi pendidikan moral. Seperti yang kita ketahui bahwa penanaman dan pembentukan nilai-nilai moral di sekolah lebih dikenalkan secara teoritis daripada praktik di lapangan. 

Kedua, kurangnya pembiasaan dalam pendidikan moral. Untuk bisa mencapai kesempurnaan moral, para siswa harus dibiasakan untuk mempraktikkan nilai-nilai moral yang ada di sekolah.

Ketiga, kurangnya role model dalam pendidikan moral. Dalam hal ini, proses pembentukan moral siswa menjadi lebih baik tidak akan lepas dari role model yang baik di sekolah. Para siswa memiliki kecenderungan untuk meniru perilaku guru di sekolahnya karena guru merupakan role model yang ada di sekolah. Oleh sebab itu, sudah sepantasnya guru memberikan contoh yang baik kepada siswa-siswinya. 

Berbagai macam upaya dan evaluasi mengenai dekadensi moral generasi ini saya yakin telah menjadi sorotan banyak praktisi pendidikan. Tidak ada seorang pun yang menginginkan kehancuran pada generasi. Dekadensi moral yang makin parah akan menjatuhkan generasi pada karakter yang lemah, rusak, dan menghancurkan masa depan peradaban.

Jika kita mau menelisik lebih jauh lagi, dekadensi moral ini tidak hanya menjangkiti generasi tapi lebih kepada seluruh lapisan masyarakat. Berarti, ada kerusakan yang bersifat sistemis. Bagaimana dengan cara pandang kehidupan hari ini, dalam bernegara, bermasyarakat, bahkan setiap individu? Karena wujud karakter manusia termasuk generasi, pasti akan terpengaruh oleh sistem kehidupan yang diterapkan.

Sistem kehidupan hari ini, yakni kapitalisme sekuler liberal telah menampakkan karakter generasi yang diciptakannya. Bahkan, pendidikan berbasis Islam kesulitan mencetak generasi Muslim yang hakiki di tengah gempuran kapitalisme sekuler liberal. Nampak, kasus bullying tak sekadar menyasar remaja di sekolah umum, namun juga mulai marak terjadi di lingkungan pesantren. Inilah buah pahit penerapan sistem kehidupan kapitalisme sekuler liberal. Mengapa ini terjadi?

Pertama. Kapitalisme sukses mencetak individu-individu yang individualis dan materialistis, sekadar mengejar manfaat. Dari pejabat tertinggi negara hingga rakyat jelata terjerat kapitalisme. Para pemimpinnya sibuk melanggengkan kepentingan para kapitalis, sedangkan para kapitalis sibuk mencari celah memanfaatkan rakyat kecil sebagai objek meraup keuntungan. 

Akibat lemahnya peran penguasa meriayah rakyatnya, ditambah kerakusan para kapitalis dalam upaya memperoleh keuntungan sebesar-besarnya, rakyat jelata dibuat kelimpungan memenuhi kebutuhan hidupnya. Alhasil, celah keluarga mendidik anak-anaknya terabaikan, tercipta anak-anak yang sekadar tercukup materi. Belum lagi, pendidikan dalam kapitalisme juga lebih menekankan lulusan-lulusan yang siap kerja, guna memenuhi kebutuhan para kapitalis.

Kedua. Sekularisme dengan racunnya mencetak individu-individu yang makin jauh dari agamanya. Tujuannya untuk menjauhkan aturan agama dari aturan kehidupan, telah memudarkan akidah setiap Muslim. Apalagi saat negara yang menjadi agen utamanya. Mulai dari upaya memoderasi agama, monsterisasi ajaran Islam, hantu radikalisme telah menelusup ke dalam benak masyarakat. Alhasil, menjadikan individu-individu Muslim yang fobia terhadap agamanya sendiri, mempertentangkan syariat Tuhannya, jauh dari karakter generasi yang bertakwa.

Karenanya, sangat kontradiktif ketika dalam dunia pendidikan digaungkan karakter pelajar Pancasila yang salah satunya bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, namun faktanya terjerat dalam moderasi beragama, monsterisasi ajaran Islam, hantu radikalisme. Godam yang sengaja diarahkan penguasa terhadap ajaran Islam secara kaffah, berikut seruan moderasi beragama telah mengeliminasi pembentukan karakter generasi Muslim yang hakiki.

Ketiga. Liberalisme yang menyasar seluruh lapisan masyarakat, telah melengkapi kerusakan yang diakibatkan kapitalisme sekuler. Makin nampak ketika menyasar generasi yang masih labil dalam memahami tujuan kehidupannya. Sifat individualisme yang materialistik, ketika terjauhkan dari nilai-nilai agamanya akan menciptakan individu yang hedonis saat teracuni liberalisme. Merasa bebas berbuat sekehendaknya ketika itu mampu memuaskan keinginannya. Tak heran banyak generasi yang terjebak dalam berbagai kasus tawuran, bullying, free seks, narkoba, miras, perkosaan, human traffiking, dan lain-lain.

Sistem kehidupan kapitalisme sekuler liberal telah mencetak karakter generasi yang bermoral rendah. Bahkan, generasi Muslim telah terjerat rantai kebusukannya hingga terseret dalam jurang dekadensi moral yang makin dalam. Inilah kenyataannya, bahwa dekadensi moral generasi merupakan buah pahit penerapan kapitalisme sekuler liberal di tengah-tengah kehidupan.


Dampak Dekadensi Moral pada Generasi

Dekadensi moral pada generasi telah menghancurkan karakter generasi. Terutama karakter generasi Muslim, telah didorong jauh dari karakter generasi Muslim yang hakiki. Di antara dampak nyata yang telah menjerat generasi adalah:

Pertama, individualis dan hedonis. Demi kesenangan yang dikejar, mereka rela menabrak aturan agamanya. Seks bebas dan narkoba menjadi hal yang biasa. Bahkan tawuran dijadikan ajang menunjukkan eksistensi dirinya. 

Kedua, materialistis telah merasuki karakter generasi, demi materi rela melakukan segala cara.

Ketiga, generasi yang rapuh, lemah, tidak berkualitas, dan jauh dari kemuliaan. Atas nama ide toleransi dan HAM, rela mengkebiri syariat agamanya sendiri. Menoleransi perilaku menyimpang L987 yang jelas dilarang, menanggalkan hijab demi slogan my body my authority. Demi eksistensi diri rela melakukan berbagai konten-konten negatif. Bahkan, tren bunuh diri telah menjangkiti generasi.

Keempat, terjerat kriminalitas dan trouble maker. Kasus tawuran masih menjadi persoalan generasi hari ini, bahkan tak sedikit berujung kematian. Bullying juga makin marak mengidap generasi, mengakibatkan depresi hingga hilangnya nyawa. Tak sedikit kasus kekerasan seksual telah menyeret generasi sebagai pelakunya, bahkan telah merasuk ke dalam tubuh pesantren-pesantren.

Dampak dekadensi moral yang diakibatkan kapitalisme sekuler liberal benar-benar telah menjauhkan karakter generasi Muslim yang hakiki. Menjadikan mereka generasi individualis, hedonis, materialistis. Generasi rapuh, lemah, tidak berkualitas, dan kehilangan kemuliaannya. Generasi yang terjerat kriminalitas dan trouble maker, yang menyisakan persoalan yang tak kunjung selesai, menyeret ke dalam jurang dekadensi moral yang makin dalam.


Cara Ampuh Membentengi Generasi dari Dekadensi Moral

Kapitalisme sekuler liberal adalah akar permasalahan terjadinya dekadensi moral pada generasi. Dekadensi moral akan terus terjadi hingga jatuh ke jurang lebih dalam, apabila kapitalisme sekuler liberal masih dibiarkan mengatur kehidupan manusia. Setiap persoalan hanya akan selesai dengan tuntas dengan menyingkirkan akar permasalahannya.

Kerusakan generasi saat ini bukanlah karakter asli dari kaum Muslim. Karena Allah SWT telah menjadikan umat ini sebagai khairu ummah. Sebagaimana dalam firman-Nya menyatakan bahwa umat Muslim adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. 

Imam Muslim meriwayatkannya pula melalui jalur Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda: “Kita adalah orang-orang yang terakhir, tetapi orang-orang yang pertama di hari kiamat, dan kita adalah orang yang mula-mula masuk surga” (Tafsir Ibnu Katsir terkait QS Ali Imron 110).

Begitu juga dalam QS Al Baqarah ayat 143, "Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu."

Menjadi khairu ummah adalah karakter hakiki dari seorang Muslim. Khairu ummah berarti menjadi generasi pemimpin yang berdaulat dan menjadi generasi yang menguasai dunia dengan identitas kemuslimannya untuk mewujudkan peradaban yang membawa rahmat bagi seluruh alam semesta. Bukan generasi seperti saat ini, yang berada dalam ketiak penjajah, terjajah dan terintervensi, bergantung dan tereksploitasi, menjadi miskin dan terbelakang.

Islam menjadikan generasi hebat yang mampu menggali potensinya untuk mengukir sejarah gemilang. Islam memberi kesempatan bagi pemuda manapun meraih impiannya, mengukir prestasinya, menggali lebih dalam potensinya. Inilah kesempatan yang dicari-cari oleh pemuda manapun. Menciptakan generasi yang mumpuni memberikan kontribusinya bagi umat, membangun peradaban gemilang.

Islam telah mengukir kegemilangannya dengan generasi hebat yang dihasilkannya. Hanya Islam yang menjadikan pemuda 21 tahun, mampu memimpin pasukan menakhlukkan Konstantinopel. Ia dijuluki sebaik-baik pemimpin dalam hadis Rasulullah, bahkan sebelum kemunculannya. Ialah Muhammad Al Fatih. Hanya dengan menggenggam Islam, pemuda rela menanggalkan kemewahan hidupnya. Menjadi duta Islam pertama, mengenalkan Islam kepada suku Aus dan Khajrat, hingga tak ada satupun rumah yang tidak membicarakan Islam dan Muhammad SAW. Ialah Mus'ab bin Umair. Hanya dalam Islam, pemuda belia yang memiliki keutamaan ilmu dan pemahaman telah dipercaya menjadi penasehat Khalifah Umar bin Khattab. Ialah Ibnu Abbas. Hanya dalam Islam, pemuda berusia 18 tahun bisa menjadi salah seorang panglima perang terhebat sepanjang masa. Ialah Usamah bin Zaid. Hanya dalam Islam, pemudi belia menjadi guru bagi para orangtua. Ialah Sayyidah Aisyah ra.

Pemuda-pemuda di atas hanyalah sedikit contoh, bagaimana tidak? Peradaban Islam yang bertahan selama 13 abad, tidak diragukan telah menciptakan generasi-generasi muda yang mumpuni, menjadi penopang tegaknya peradaban. Hanya dapat tercapai ketika mereka menggenggam Islam.

Jadi, cara ampuh membentengi generasi dari dekadensi moral adalah dengan mencabut sistem kehidupan kapitalisme sekuler liberal yang menjadi biang keladi terjadinya dekadensi moral generasi. Dan menggantinya dengan sistem Islam yang diterapkan secara komprehensif di seluruh lini kehidupan. Sehingga terwujud karakter generasi Muslim yang hakiki, menempati posisinya sebagai khairu ummah di atas muka bumi. []

#LamRad
#LiveOppressedOrRiseUpAgainst


Oleh: Dewi Srimurtiningsih
DosOl Uniol 4.0 Diponorogo

Posting Komentar

0 Komentar